CHAPTER #29
"Your call phone is my
favorite playlist."
─Raphael
[ akhirnya bucin bersama
orang yang tepat ]
***
CHAPTER #29
***
SEKARANG, rasanya sangat aneh, tapi familiar. Special things, kali ini Raphael menjemput Nana dari Jakarta Symphony Hall dengan situasi dan keadaan berbeda. Nana baru saja selesai untuk konser minggu ini. Di lobi, Nana melihat Raphael yang tengah berdiri sendirian, pria itu baru saja selesai pulang dari kantor.
Nana, menggendong Cello Case-nya yang besar dan berjalan mendekati Raphael. Senyumannya sudah terpatri sejak tadi. Sehabis pulang tahun baru di Bali, semuanya memang terasa baik-baik saja.
"Raf," panggil Nana.
Raphael mengangkat wajahnya dan memamerkan senyuman dan lesung pipit yang membuat Nana menarik napasnya.
"Hi baby girl.."
Ow, that's a weird one. "Norak!"
Raphael hanya tertawa, lalu pria itu mengambil alih Case Cello itu dan menggendongnya di bahu. Itu hal yang baru, dan Nana jelas terkejut.
"Raf, nggak usah─"
"Nggak usah cerewet," ujar Raphael menangkap bibir Nana dengan capitan jarinya. "Mau makan dimana? Apartemen gue?"
Nana mengangguk. "Boleh,"
Dan akhirnya, mereka berdua bertolak ke apartemen Raphael. Nana ingat, terakhir kali dia menginjakkan kakinya ketika dia di tampar oleh Intan. Jujur, hingga sekarang Nana belum meminta maaf dengan benar kepada Intan. Bagaimana pun, dia sudah merusak pertunangannya dengan Raphael.
Meskipun Raphael sudah menjelaskan beberapa kali bahwa alasan Raphael dan Intan berpisah karena murni kesalahan Intan yang sudah bermain belakang bersama Noah hingga mengandung.
Dan tahu apa jawaban Raphael pada saat itu? "Ya dia hamil anak Noah, tidur sama Noah. Masa iya gue yang harus tanggung jawab? Kecuali, kalau Intan memang buat anak sama gue."
Dan jawaban itu adalah jawaban paling mengesalkan yang pernah Nana dengar.
Sekarang, Nana merasa bahwa Raphael bersikap ya bagaimana menjelaskannya? Jelas ada yang berubah, Raphael agak menjaga sikapnya, pria itu berubah menjadi lembut, menghubunginya dengan intens, dan selalu membuat Nana berpikir─oh gue punya Raphael sekarang!
Rasanya, ketika kita memiliki sesuatu yang bisa kita klaim memang sangat membuat bahagia. Itu yang Nana rasakan, perdebatan kecil, kata-kata manis, dan bagaimana menyebalkannya Raphael yang harus dia hadapi it's crazy thing that Nana loves.
"Okay," Raphael sudah mandi, dan kini tengah memakai apron-nya. "Pasta?"
Nana mengangguk. "Apa pun, yang lo kuasai."
"Okay, Ma'am."
Raphael memulai memasak, Nana memperhatikannya sembari menopang dagu di kitchen island. Rambut pria itu masih basah, dan keinginan Nana untuk menggosoknya dengan handuk begitu besar.
"I just have a bolognese, you okay?"
"Mm-hm," jawab Nana simpel.
Raphael melanjutkan kembali masaknya. "Gimana tadi di kantor?" tanya Nana.
"Just a usual, meeting, coordination, and plan for new progress in new years." jawab Raphael sembari fokus memasak.
"Your Papa, helping you?" tanya Nana penasaran.
"Mm, just a bit."
Nana langsung mendengus. "Nggak mungkin lah, masa Om Bram nggak bantu lo."
"Bantu kok, tapi ya gitu.. Dia kan banyak sibuk di California."
"California?"
"Ya,"
"I heard from Crystal that you have a mansion at there?"
Raphael menuangkan spaghetti ke atas piring dan tersenyum kecil. "Dasar si mulut besar."
"Arie ngomel lho, Raf. Kata dia, lo suka menimbun harta yang nggak dia ketahui."
Raphael langsung tertawa sembari melepas apron yang dia pakai. "Ya masa gue mau jabarin harta gue sama dia."
"Dih sombong?"
"Nggak, that's not what I mean, Sayang.."
"Ugh..." Nana bergidik ngeri. "Merinding, Raf!"
"Biasakan dong?" tuntut Raphael. "Gue membangun mansion itu bukan karena keinginan gue, Na. It's Mama decision, I'm just follow her."
"Oh ya, soal Tante Cassie..."
"Mm?"
"Are you heard that your Papa comeback near to your Mom?"
Raphael mengangguk santai. "I know."
"Ampun.." decak kagum Nana. "Om Bram labil banget dah."
"That's old man." gumam Raphael setuju atas kekesalannya. "Kalau masih sayang, what do you expect gitu? Malah pakai acara cerai segala dulu."
Nana hanya terkekeh pelan dan mulai memakan spaghetti buatan Raphael. "Umm, you good." puji Nana.
Raphael langsung menyentuh dadanya sendiri. "You really mean it?"
"Iya,"
"This is your first time,"
"Apa?"
"Memuji gue."
Nana langsung melengos malas. "As your boyfriend Na."
Ampun.. Menghadapi Raphael yang seperti ini memang sangat melelahkan.
"Minggu ini gue ada konser. If you may wanna join with Arie and─"
"Of course, gue akan datang." potong Raphael cepat.
Padahal, Nana tidak menyangka kalau Raphael akan menjawabnya secepat itu. Maksudnya, dalam sepanjang hidupnya, bisa di hitung jari bagi Raphael untuk menonton konser Nana.
"Serius? Kalau lo keberatan, ya nggak usah nggak apa-apa."
"Na," panggil Raphel.
"Mm?" jawab Nana dengan mulutnya yang penuh.
"Apa lo masih bersikap tidak enak kepada gue?"
Nana menggeleng. "Bukan gitu, tapi lo kan memang jarang banget─bahkan kayaknya nggak pernah nonton orkestra. Jadi, gue asumsikan lo nggak suka dengan musik-musik klasik. I can understand."
"Sok tahu banget deh lo.." balas Raphael sewot. "Gue nggak nonton karena pasti ada keperluan, bukan sengaja nggak mau nonton. Dan lagian, lo itu nggak pernah kasih tiket sama gue, Na."
Nana langsung manyun, terang saja dia dulu tidak pernah memberikan tiket, waktu di beri saja Raphael bilang kalau dia dengan tunangannya Intan bukan penikmat musik.
Raphael menatapnya dengan sangsi sembari mengangkat dagunya. "Pasti lo lagi mikir yang dulu-dulu ya kan?"
Nana mengangguk jujur. "Lo kan dulu anti banget sama gue, meskipun ya kadang baik kalau ada butuhnya doang."
Raphael tersedak. "Jadi lo merasa gue anti sama lo?"
"IYA!" seru Nana penuh emosi. "Giliran berantem sama Intan, gue yang di cari. Intan juga nyari gue, ibarat lo yang berak gue yang bersihin berak lo, jahat banget!"
Sialannya Raphael malah tertawa. "Lo tahu nggak kenapa gue selalu cari lo kalau ribut sama Intan?"
"Kenapa?"
"Ya biar lo nggak lepas mikirin gue,"
"NGGILANI!"
"Ya habis, lo tuh kalau udah acuh, acuh banget, Na. Jahat, jutek, dan judes. Waktu sama Noah aja lo judes minta ampun!"
"Jujur ya, Noah tuh cowok yang bisa gue bikin sayang sama dia secepat itu." ujar Nana mulai ngoceh, padahal manusia di depannya sudah menahan emosi. "Setelah putus sama Alex, apa lagi Alex selingkuh tuh gue mikir apa cowok nggak ada yang mau serius sama gue? Eh, ternyata ada dong! Ketika Noah datang dan menawarkan segalanya kenyamanan sama gue."
"..."
"Terus ya, Raf.. Noah tuh nggak pernah maksa gue, dia selalu ingin tahu tentang gue tanpa harus gue yang mengatakannya." kata Nana sembari tersenyum. "Dia selalu punya inisiatif yang bagus."
"..."
"Tapi, waktu dia memutuskan semuanya, dia malah bahas tentang gue sama lo. Bagian ini, gue curiga dia tahu dari Intan." Nana masih setia bercerita. "Tapi nggak apa-apa lah ya, setidaknya sampai halaman akhir gue memang harus membaca tiap halaman. Gue sama Noah─"
"Bagus betul lo ngomongin Noah terus depan gue?!" sahut Raphael memotong ucapan Nana.
Nana langsung bungkam, wah.. Memang dia melakukan kesalahan ya? Apa salahnya dari berbagi cerita?
"Ya kan gue berbagi cerita aja, biar lo tahu kalau gue sama Noah tuh memang pernah seserius itu." ujar Nana dengan polosnya.
Raphael melipat kedua tangannya di depan dada beranjak dari stool. "Gue bete sama lo." ujarnya dengan menyebalkan, setelahnya Raphael meninggalkan Nana sendirian di kitchen island.
"LHO?! RAF?! LO KENAPA?!" teriak Nana memanggil pria itu.
Tidak ada jawaban, hanya suara bantingan pintu kamar yang membuat Nana berjengit kaget. Wah, kalau sudah begini apa Nana harus menghampirinya? Lagipula.. Nana berpikir, apa salah dia sekarang?
***
Raphael benar-benar badmood. Selepas dia meninggalkan Nana di dapur, Raphael memang langsung masuk ke kamarnya dan sialnya dia malah tertidur. Sadar, tubuhnya hangat dilingkupi oleh selimut, padahal posisinya saat berbaring pun tidak serapi saat Raphael masuk ke kamarnya. Nyatanya, dia tertidur dan Nana memasangkan selimut pada tubuhnya.
Tertidur lumayan lama, yang Raphael ingat jelas Nana. Tapi Nana sudah tidak ada lagi di apartemennya, gadis itu sudah pulang─tanpa membangunkannya, lagi-lagi menambah kekesalan Raphael. Setelah ini, dia akan meyakinkan diri kepada Nana bahwa gadis itu tidak akan boleh keluar dari apartemen miliknya tanpa sepengetahuan pemiliknya. Lihat saja nanti.
But, speaking of bad mood. Raphael tahu kalau dia agak childish kalau harus marah hanya karena Nana membahas Noah di hadapannya. Tapi jujur, kenapa ketika Nana membahas Noah malah muncul rasa insecure dalam dirinya? Raphael tidak bodoh, dia tahu benar bagaimana Noah memperlakukan Nana.
Apa Noah lebih baik dari dirinya? Itu yang menjadi pertanyaan besar dalam benaknya.
Akhirnya, Raphael memutuskan untuk merusuh di grup WhatsApp tanpa Nana di dalamnya.
Boys w/out Katarina🙉
Raphael: Test
Arie: Gamau baca, tapi udah kebaca
Raphael: kampret, dimana lo?
Arie: GI sama Dinda, mau middle night movie.
Raphael: Ah ajg, Netflix lebih baik:)
Arie: Ya gue mau nonton secara ekslusif!
Pravinda: Capek bgt anjjjjjj badan gw rasanya mau patah semua, rekomen tempat pijat!
Raphael: Pijat plus plus?
Pravinda: Gblk, gw serius.
Pravinda: TAPI HEH SIAH! Lo jadian sama Nana?
Raphael:
Arie: AJG RAPHAEL!
Raphael: WKWKWKWKK
Pravinda: WKWKWKWK
Arie: Tunggu pembalasan sy
Pravinda: Jawab monyet, gw aduin Tante Cassie lho ya?! @raphael
Arie:
Pravinda: Ah ajg🤣🤣
Pravinda: gw serius, lo sama Nana jadian?
Raphael: Dapet aja lo foto gw dari mana sialan? @arie
Raphael: Iya, kenapa? Ada masalah? @pravinda
Pravinda: nyante donggg, ya udh sih syukur berarti gaada masalah lg kan? Pertahanin Nana bgst.
Raphael: Kagak usah di ksh tau gw udh paham
Arie: Gw dpt dr Nana😋
Raphael: Kok Nana punya foto aib gw?!!!
Arie: Lupa lo dulu pacaran sama siapa? Influensyerrr goblok!
Pravinda: WKWKWK, VLOG INTAN SAMA LO BELUM DI HAPUSSSSS!
Raphael: Ah bangke, gw bakal minta Intan buat take down.
Pravinda: Mana bisa? Keburu Nana khatam dgn gaya pacaran lo yg alay itu😊
Raphael: Kampret, gw tuh mau nanya!
Arie: Nanya mah nanya aja bahlul!
Pravinda: (2)
Raphael: Apa bagusnya Noah dibandingkan gw?
Arie: Ceritanya lo lg insinyur nih?!
Raphael: IYA!
Pravinda:
Pravinda: Kurang memikat.
Raphael: GW SERIUS ANKATARA PRAVINDA ARJANTA!
Pravinda: YA GW JWB SERIUS RAPHAEL NARYAMA ARJANTA!
Arie: huft...
Arie: Untung gw bukan arjanta pemili
Arie: Knp lo insinyur sama Noah?!
Raphael: Ya masa gw hrs bersaing sama si kadal satu itu?
Raphael: Nana tuh ngomongin Noah seakan Noah itu mantan terindah dia.
Pravinda: lah kan memang iya?
Arie: Pffftttt... 🤣
Raphael: Gw heran, apa yg bagusnya dari si Noah? Udh mau otw jd bapak pula
Arie: Ceweknya mantan tunangan lo
Raphael: Ah ajg
Pravinda: Masa baru pacaran udh gelut lg sih Anda?!
Raphael: Gw gak gelut!
Pravinda: Ya trs apa?! Udh mulai nih begini, kalo ada apa2 tuh omongin, selesaikan.
Raphael: Kayaknya Nana msh belum lupa sama Noah😥
Pravinda: Ya bukan belum lupa, ya masih inget.
Arie: SAMA AJA KEHED!
Arie: Berhenti insinyur, Noah nggak punya mansion kayak lo.
Pravinda: Si ajg betul🤣
Raphael:
Pravinda: Sing genah, jgn main2 mulu. Jgn ambekan, Nana tuh nggak ngerti Raf kalo lo ambek2 ga jelas
Arie: That's right
Raphael: Memang tidak ada gunanya saya bertanya kepada Anda2
Arie: pergi lo!
Pravinda: Rewel betul, kek ABG baru pacaran aja
Raphael: Ya soalnya ini Nana!
Arie: Knp?
Raphael: Gw takut nyakitin dia😣😥
Dan tidak ada yang merespon lagi. Raphael menghela napas memikirkan nasib dirinya yang selalu─dan terus bersanding dengan Noah si kadal berbisa. Malas sekali. Apa nggak ada saingan lain? Jika bukan Kafka, Noah, jika bukan Noah, Alex. Ah, Nana dan koleksi mantannya yang limited.
Lalu, selang tak berapa lama, ponselnya bergetar. Raphael melihat siapa yang baru saja meneleponnya.
Katarina is Calling You.
Apakah Raphael shock? Tentu saja. Tapi dia berusaha tenang, dan sok cool ketika menjawab panggilannya.
"Halo?"
"Mm, halo?"
"Kenapa?" jawabnya ketus, padahal jiwanya sudah ketar-ketir.
"... Oh, masih bete?" tanya Nana kepadanya.
Raphael tidak menjawab, tapi kedua sudut bibirnya sudah berkedut sejak tadi.
"Katanya ada yang marah-marah di grup sebelah dan bete karena gue ngomongin Noah terus. I feel so sorry, it was bad to you, ya?"
Raphael langsung beranjak dari tempatnya. Kenapa Nana jadi terdengar sedih begini? Dan darimana Nana tahu informasi ini?
"No, gue nggak semarah itu. Lagi apa?" tanya Raphael mengalihkan pembicaraan.
"Baru beres mandi, sori gue tadi pulang nggak pamit because tidur lo nyenyak banget tadi."
"Don't be sorry, Sayang." balas Raphael dengan senyuman yang tercetak di bibirnya.
"Dasar," gerutu Nana. "Besok nggak usah jemput gue ya."
"LHO KENAPA?!" ujar Raphael bereaksi heboh.
"Kemungkinan gue besok nggak bakal pulang, mau ada rekaman di Label."
Raphael berdeham. "Ya udah, nanti kalau sempat gue ke sana."
"NGAPAIN?!"
"Ya mau mendukung pacar gue lah..."
"Nggak usah..."
"Bodo," decak Raphael. "Gue akan minta sama Bang Marcell kalau lo nggak boleh kecapekan."
"Jangan gitu dong, Raf.."
"Ya lo pun jangan gitu! Gue besok ke sana, kenapa sih? Takut ketahuan fans kalau lo punya pacar? Iya?"
Nana tertawa di seberang sana. "Ya ampun, fans gue mana peduli gue punya pacar apa kagak."
"Oh ya?" tanya Raphael penasaran. "Setahu gue fans tuh tukang ngatur kehidupan artisnya. Contohnya, kayak si Prav─fans dia banyak banget kek butiran pasir pantai, dan kebanyakan fans-fans fanatik yang menganggap idol mereka sebagai dewa."
Nana tertawa lagi. "Kalau Prav wajar lah, Raf. Dia keren kalau di panggung, suara adem, enak, punya wajah keren, pantas digandrungi cewek-cewek. Kalau gue? Seperempat fans gue yang nenek-nenek sama kakek-kakek penikmat musik klasik, yang ngerti sense musik dengan aliran berbeda."
"Tapi lo banyak fans-nya Nana."
"Masa iya?"
"Nggak ingat? Waktu lo konser bulan Agustus lalu, backstage penuh sama jalur orang dalam yang pengen punya sign lo?"
"Kan gue baru naik daun." jawab Nana.
"Najis!" balas Raphael dengan tawanya.
"Eh, Raf.. Expect nggak sih kita night call kayak gini? Rasanya aneh banget..."
Raphael tersenyum sembari berjalan membuka tirai kamarnya. "Iya, aneh tapi menyenangkan."
"Hilih, ujung-ujungnya cringe abis!"
"Kenapa lo balik gitu aja, sih?! Nggak bisa ya tidur di sini aja?"
"Lo mau digerebek sama Kak Ina, ya?"
Raphael langsung tertawa. "Kayaknya Kak Ina juga paham kali."
"Itu sih menurut lo, lagian Raf.. Nggak baik kalau gue berdua sama lo terus."
Raphael sontak membulatkan matanya. "JADI MENURUT LO GUE PEMBAWA HAL YANG TIDAK BAIK?!"
"Kalem Gan.. Jangan emosi. Bukan begitu, tapi kan lo dikit-dikit suka─"
"SUKA APA?!"
"Nyosor!"
Lalu tawa Nana pecah begitu saja, Raphael hanya manyun mendengarnya. "Nggak tahu ya, kalau nggak cium lo tuh rasanya nggak lengkap aja, Na. Kan, you made my day."
"Demi Tuhan, ternyata lo norak juga ya?"
"Baru tahu ya?" goda Raphael.
"Iya, kok bisa-bisanya cewek lo dulu betah banget sama lo."
"Ya gue kasih cinta?! Lo aja gue kasih cinta."
"Belum kerasa shay...."
Raphael mendengus, dalam batinnya dia berbicara lihat saja nanti. "Lo tuh mau jual mahal sampai kapan?"
"Gue nggak jual mahal, Raphael."
"Tapi lo selalu menolak gue."
"Bukan menolak, kayak apa ya─secara reality membayangkan lo kayak gini, sekarang sama gue tuh kayak. Wah, kok bisa ya gue pacaran sama sahabat gue sendiri?"
Raphael mengulum senyumannya. "... Like I never imagined of that, gue sama lo tiba-tiba pacaran aja, Prav aja sampai bertanya-tanya kok bisa gue suka sama lo."
"Ya bisa dong, Katarina.. We're have a feelings, you and me, cewek sama cowok. Apa yang salah?"
"Aneh aja, pacaran atau nggak kayak sama aja. Cuman ada bedanya sih."
"Apa?"
"Ya lo, jadi tukang nyosor!"
"KATARINA!"
Nana tertawa puas meledek Raphael. "... I know, you want the perfect scenario,"
"Nyanyi buat pacar nih?" goda Raphael.
"... But you can't control the way the water's flowing darling."
Raphael hanya mendengarkannya, dengan senyuman yang terus terpatri, dada yang terasa hangat, dan hal baru yang Raphael rasakan kepadanya karena berkat Nana.
"... When you try to, but I tell you what hurts the most, what hurts the most is you don't ever want to count the cost."
"..."
"... Of those words you say.."
Suara Nana yang lembut, dan berat membuat Raphael membaringkan kembali tubuhnya di atas ranjang.
Kenapa mencintai Nana terasa sangat benar?
"Gue mau bobo ya..."
Manja, dan menggemaskan. Kenapa Raphael seperti anak remaja yang baru jatuh cinta?
"Iya, sleep well Sayang."
"Mm, good night, Sayang."
Pip!
Raphael tercengang, Nana baru saja memanggilnya apa? Oh Tuhan.. Rupanya dia sudah menjadi budak cinta Nana sejak dulu sampai sekarang.
***
a/n:
Bucin kali ini disponsori oleh....
"Nggak perlu stella jeruk, gue udah
mabok sama Nana."
─Raphael.
"Monggo, Mas kalau mau icip."
─Stella.
"Apakah gue akan menjadi Bulol?"
─Nana.
Bandung, 29 Januari 2022.
Mau kasih masalah dikit ah...
─Give me, give me, now. Cha cha cha.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro