CHAPTER #12
"Bahagiamu ada pada dirimu
sendiri, bukan pada
orang lain."
─Nana
***
CHAPTER 12
***
nanadamarys
♥ pravjacks and 110.123 others
Good morning! "Tell me honestly, the way I thought you're gonna be my love." ─ don't forget to listen The Way You Loved for start your day! #throwback
View more comments...
klarinna_d Apa Anda tidak mau pulang? I'm going Swiss this week!
ariendrataruna LO DIMANA?!
nanafanclub Cantiknya natural abis..
halalmakeup Cek Dm-nya Kak🙏
lambeompong Sweet banget ya Tuhan!♡
kecebongaktif Bismillah dengan atas izin mama dan papa, sy terima kamu jadi istri sy.
dindalarissa Yang, cakep bgt si temen kamu @ariendrataruna
noahastungkara i've missed you..
Nana membuang ponselnya sembarangan ketika membaca komentar Noah kepadanya tanpa rasa malu itu. Bisa-bisa, laki-laki itu muncul ketika Nana sedang berusaha mengenyahkan segalanya.
Di hadapannya, sudah ada beberapa musisi terkenal Indonesia yang tengah menggelar rapat pagi bersamanya di Jakarta Symphony Hall. Ya untuk apa lagi? Rencananya, Marcell ingin menggelar konser orkestra terbesar. Ditayangkan di seluruh stasiun televisi dengan tujuan agar masyarakat mengenal musik klasik secara lebih luas.
Well, Marcell membuat lembaga orkestra baru di Labelnya. Dan itu, mengikutsertakan Nana sebagai musisi. Kebayang senangnya? Pasti besar, dengan hal ini pula pikiran Nana berhasil teralihkan.
Dia belum pulang, sudah tiga minggu berjalan dan Nana memilih keluar dari zona nyamannya. Ia menjauhi Raphael sekaligus Arie, karena Upin-Ipin itu satu paket. Terkecuali, Prav yang kini tengah mendapatkan istirahat dan liburan pasca tur Amerika Utaranya.
Jakarta Concert Orchestra by Marcell Oetama, disingkat JCO akan diselenggarakan bulan depan sekaligus mengiringi hari kemerdekaan Republik Indonesia. And the new surprise is, President Indonesia will be a VVIP guest sebagai pengenalan JCO sebagai pengembangan musik klasik di Indonesia. Kalau kata Marcell sih, we gonna get International and beware for this euphoria!
Ternyata, strategi pemasaran JCO sudah lama dilakukan oleh Marcell, maklum.. Selama ini, Nana terlalu sibuk di JSH sampai tidak tahu apa yang Marcell lakukan. Nana sangat merasa beruntung karena berhasil di rekrut oleh Maestro muda terkenal seperti Marcell.
"So, JCO akan mulai siaran dan dibuka pertama oleh Bapak Presiden kita, Ken Maxwell Prananta," jelas Marcell menjelaskan kepada para musisi. "JCO dibuat bukan hanya untuk mendeklarasikan diri, tapi kita akan menunjukkan kualitas kita dalam setiap pertunjukkan."
Nana mengangguk setuju, lalu Marcell melanjutkan kembali. "Saya tidak akan membutuhkan para musisi Indonesia seperti kalian jika ini bukan project serius. Idealismenya, saya ingin JCO menjadi lapak edukasi musik klasik kepada individu yang tertarik dalam dunia musik."
"JCO juga akan mempertimbangkan faktor-faktor penonton dalam membuat program musik. Toh, kita konser tidak hanya akan selalu musik simfoni saja, tetapi kita akan lebih banyak menunjukkan konserto, overture dari abad 17 sampai abad 20. Oh─" Marcell mengetukkan jari di atas meja kaca dingin itu. "Paduan suara from Mas Stephen Hong yang mempunyai Youth Choir yang hebat, pasti akan diikutsertakan."
Stephen Hong, adalah pendiri Stephen Youth Choir adalah lembaga paduan suara musik yang sudah berdiri sejak tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh lima. Jadi, ya jangan diragukan lagi kualitas mereka. Nana dibuat takjub oleh power yang Marcell miliki berhasil menggaet manusia-manusia berkompeten.
Stephen Hong berdiri dan membungkuk dengan hormat kepada Marcell. "Menjadi kehormatan bagi saya, mewakili Stephen Youth Choir, saya dan keluarga SYC masih dan tetap dalam tahap belajar."
Marcell terkekeh pelan merasa lega mendengarkan nada bicara Stephen Hong yang sangat rendah hati. "I love your performance, Pak Stephen. You and your group being a winner in International Polyphonic Competition saat di Italia. Saya ada di sana, menonton Anda."
"Terima kasih, Pak Marcell." jawab Stephen Hong lagi.
"Dan lagi," kata Marcell memandang Nana dengan hangat. "We have a new talent. Very, very, very great talent and she's the one of family Label Marcell, Katarina." tunjuk Marcell kepada dirinya.
Nana menunjuk dirinya sendiri dengan kedua mata yang membulat. Semua orang seketika menatapnya. "Am I?"
"Of course Katarina. You're a golden, the one of best Cellist from Jakarta Symphony Hall. And then now, you being a Cellist from JCO."
Nana tidak menyangka dia akan ditunjuk langsung seperti ini. Dia berdiri, dengan kaku dan gugup namun tetap memasang wajah tenang.
"Saya bersedia menjadi pemain Cello utama di JCO, Pak Marcell." jawab Nana formal.
Marcell bertepuk tangan dan mengundang semua orang di dalam ruangan menjadi ikut bertepuk tangan. "Complete!" teriak Marcell dengan penuh kepuasan.
Nana hanya tersenyum, dia bahkan jadi ketakutan memikirkan jadwalnya yang mulai padat.
Oh gila!
Ini gila!
Nana akan mengerti kini, kenapa Pravinda sahabatnya sampai tak pernah ingat kembali ke rumah lagi setelah bergabung dengan dunia musik yang sebenarnya.
Welcome!
***
Setelah istirahat, Nana mendengar dari bagian HRD Jakarta Symphony Hall bahwa Noah bukan lagi bagian dari JSH. Kaget? Sangat dong, apa lagi hubungan Nana dam Noah sempat tersebar di seluruh kalangan anggota JSH. Bukan jadi rahasia umum kalau Nana pernah menjalin hubungan dengan Noah.
Reggy, Loli manajernya adalah dua orang yang tahu kenapa Nana bisa berakhir dengan Noah. Oh, satu lagi! Prav yang mengetahui segala kisah peliknya.
Tapi, tenang saja.. Nana kan sudah memutuskan untuk tidak mencintai siapa pun, untuk saat ini khususnya.
Dia bersama Reggy baru saja latihan, mereka baru saja melakukan harmonisasi bersama. Setelah ini, Nana harus mengunjungi gedung studio karena para grup Stephen Youth Choir datang hari ini. Menurut Marcell, dia harus melakukan perkenalan dan kemungkinan kerjasama untuk konser solo Nana di tengah sesi JCO nanti.
Yap, Nana akan tampil sendirian. Diiringi oleh Stephen Youth Choir dan kemungkinan Nana harus melakukan rehearsal dalam waktu dua minggu. Satu minggu ini, jadwal Nana padat, sore nanti Nana di undang ke acara talkshow dan mau tidak mau, Nana akan berusaha menjaga kondisi tubuhnya.
"Halo," sapa Nana ketika dia membuka studio satu di gedung Label Marcell.
Stephen Youth Chair adalah kumpulan anak-anak muda, yang masih berada di bangku kuliah. Setidaknya, tidak akan sulit bagi Nana untuk membaur jika mereka anak-anak muda.
"Halo Kak Nana!" sapa para remaja tersebut.
Stephen Hong menyambutnya dan Nana mengajaknya berjabat tangan. "Pak Stephen, saya mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mau bekerjasama dengan saya."
"Oh, Katarina.." ucap Stephen Hong. "Ini berkat bagi saya, you're a great girl, Katarina. Saya selalu menonton pertunjukkan kamu saat di JSH. Jadi, saya tidak akan meragukan lagi talenta kamu."
Nana mengangguk dengan ramah. "Saya takut, Pak Stephen.. Mungkin, jika saya nanti ada kekurangannya mohon bantuannya."
"Pasti, Katarina, pasti." jawab Stephen Hong dengan ramah. "Ini dia mereka, grup Alpha from Stephen Youth Chair, saya harap kamu bisa nyaman membaur dengan kami."
Nana menatap pada empat puluh anggota paduan suara itu. Mereka begitu memukau, dari grup sopran, mezzosopran dan alto. Kemungkinan Nana akan mengambil setengahnya dari Stephen Youth Chair untuk tampil bersamanya nanti.
"Katarina?"
Nana menoleh kepada seseorang yang baru saja memanggilnya. Ya, dia adalah Lolita manajernya.
"Ya, Mbak?"
"Your sister was here." kata Loli memberitahu.
Nana mengangkat bahunya dan mengerjapkan matanya. Ina menemuinya? Astaga..
"Thanks, Mbak Loli." lalu Nana pamit kepada Stephen Hong yang masih ada di studio untuk ditinggal olehnya.
Nana berjalan terburu-buru menuju ruangan pribadinya. Ya, dimana lagi? Ruang manajemen Nana memang selalu di isi oleh banyak orang, jelas staf yang bekerja dengannya.
Tampaknya, semua orang telah pergi dari ruangan dan hanya ada Ina di sana sendirian dengan pakaian formal blazer dan skirt hitam yang menunjukkan kesan aura wanita dewasa yang cerdas dan hebat dalam bekerja. Berbeda dengan Nana, si gadis penyuka seni dan musik yang gemar memakai celana jeans berukuran besar dan kaus kebesarannya yang selalu menutupi lekuk tubuh kecil itu.
"Oh, God..." ujar Ina bernapas lega kala melihat Nana yang tampak ada di hadapannya dengan nyata. "Lo sehat?" tanya Ina dengan khawatir.
Nana mengangguk. "Mm-hm," lalu dia berlari memeluk Ina dengan erat. "I miss you, Kak."
"Told ya, balik ke rumah!" omel Ina sembari menerima pelukan itu dan memukul bokong Nana. "Keras kepala, kemarin gue ke apartemen Reggy dan lo nggak ada di sana. Lo dimana sekarang? Udah beli apartemen?"
Nana menggeleng. "Belum, gue tinggal di apartemen Prav."
"Ya Tuhan..." erang Ina dengan kesal. "Si Prav nggak ada tuh kasih tahu gue!"
"Sengaja." jawab Nana seenaknya yang memicu pukulan di bokongnya lagi.
"Na, udah ya? What's wrong with you? Ini semua karena Noah?" tebak Ina penasaran.
"Kak, please.." geram Nana kesal. "I need time, I need space.."
"Dari siapa?! Dari gue?!"
Nana buru-buru menggelengkan kepalanya. "Bukan lo.."
"Terus siapa?"
"Raphael.." jawab Nana dengan jujur.
Ina tersenyum miring. "Sudah gue duga."
"Kak─"
"Raphael juga mencari lo, Na."
"Don't tell him, please.."
Ina mengangguk, merapikan anak rambut Nana dengan perlahan. "Semuanya nggak ada yang kekal, meskipun hubungan itu sudah terjalin sejak kecil. Lo sama Raphael bukan lagi orang asing, Na. Apa pun itu, komunikasikan ya?"
"It's hard." keluh Nana.
Ina menggeleng tidak mengerti. "Gue nggak tahu, to be honest sebenarnya apa yang sudah lo lakukan selama bertahun-tahun ini, Na? Membiarkan Raphael dengan wanita lain?"
"Kakak─"
"Gue nggak ngerti, konsep mencintai seseorang menurut lo itu gimana. Ini yang selalu Mama khawatirkan tentang lo, Na."
"Gue tahu.." Nana menunduk memperhatikan jari-jari tangannya yang kapalan karena selalu menggesek dan memainkan senar Cello.
Ina menghela napasnya pasrah. "Kalau menjauh hanya untuk menjaga, bukannya sudah lo lakukan dari dulu? Terus, kenapa harus sekarang rusaknya, Na?"
Pertanyaan Ina berhasil membuat Nana berpikir. Iya juga, kenapa harus rusak sekarang? Bukankah dia sendiri juga yang sudah mendeklarasikan diri tidak akan mencintai Raphael lagi?
"Be mindful, for your thought and emotions," ujar Ina berusaha menasihati Nana si keras kepala. Karena yang Ina tahu, jika Nana sudah mengatakan A, maka itu tidak akan bisa di ubah, begitu pun dengan keinginannya. "Perihal perasaan lo yang selama ini tidak pernah lo umbar, kenapa lo malah membiarkan semesta jadi tahu, Na?"
"..."
"Lo ngerasa di ledek sekarang? Oleh keadaan?"
Nana mengangguk lirih. "... Iya."
"Raphael doesn't need you?"
"He doesn't love me like I loved him."
"Better this way, apa yang sudah di takar untuk lo, tidak akan tertukar. Contohnya, lo pesan kopi di cafe, keinginan lo itu espresso, maka si pembuat kopi akan membuatkan pesanan sesuai dengan keinginan lo." Ina mengusap bahu Nana yang mendadak lesu. "Tugas yang mengantarnya siapa? Pelayan. Pelayan tahu tempat, rute, lokasi, dan siapa yang memesan tanpa mengenal benar, bukan?"
Nana mengangguk, Ina selalu membuatnya terkesan. Pemikirannya dewasa dan terbuka, sedikit membuat Nana lega.
"... Dan ketika lo menerima kopi yang sesuai dengan pesanan dan keinginan lo, lo merasa senang. I mean, lo harus menemukan seseorang yang ingin dicicipi oleh lo, yang ingin dirasakan oleh lo. Jadi, bukan hanya lo yang merasakan─tapi kalian berdua saling merasakan."
"..."
"Espresso terdengar pahit, tapi bagi penikmatnya. But all coffee terkenal akan rasa pahit namun memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Lo tidak boleh judge sebelum merasakannya, kan? So, di setiap cangkir meskipun dibuat dengan tanah liat yang sama tapi ketika bibir lo menempel di sana semua akan terasa berbeda."
"..."
"You can start with new person, Na. Manusia sama, wujudnya sama, tapi rasanya berbeda. Jika Raphael tidak mencintai lo, bukan tugas lo untuk mendesak dia agar menerima cinta lo, kan?"
Nana mengangguk lagi. Ina mengulas senyumannya. "Jadi, apa yang lo takutkan sekarang? Jangan rusak pertemanan lo dengan Raphael, okay?"
"Kak Ina.. Because I kissed him! Makanya gue ngerasa─malu."
Ina terkejut, karena dia tidak menyangka bahwa Nana akan seberani itu. "Seberapa berharganya ciuman itu, Na? Bagi lo."
"Berharga banget."
"Dan lo menyesal?"
Nana menggeleng. "Nggak, I can trully express myself with that kiss."
"Then, don't regret it. You not doing wrong, that dumbass Raphael maybe gonna hate you. But, I think you're guys so cute." ledek Ina.
Nana membuang napasnya kesal. "Kok lucu, sih?!"
"Habis, tingkah Raphael kayak orang di kejar hutang, Na. Kalau dia sampai menyadari perasaan lo sama dia selama ini, menurut lo Raphael bakal gila, nggak?"
Nana pesimis, dia tidak ingin lagi membayangkan ekspektasi akan Raphael kepadanya. "Nggak lah! Ngapain juga dia harus gila karena gue?"
"... Oh," kata Ina menyembunyikan tawanya.
"What's wrong with your 'Oh'?"
"Nothing, but I think something was terrible gonna coming to you, Na."
"Don't even dare.. Gue udah memutuskan untuk tidak mencintai Raphael lagi."
Ina membulatkan matanya. "Semudah itu?"
Nana mengangguk mantap. "Ya, semudah itu."
"Are you serious?"
"I meant it."
"Why?" tanya Ina yang masih terheran-heran.
Nana tersenyum puas dan menarik napasnya lega. "Karena gue, sudah punya segalanya, Kak."
"And that is?"
"Music, love, people, you, Mama, and the important is─I'm not losing myself for that bastards Boy."
Ina tertawa lega mendengarnya. "Bastards?"
"Ya, I will dumped that Boys very well."
Nana dan Ina saling melempar tatap dan tertawa menggelegar memenuhi ruang kerja Nana. Setidaknya, masih ada tawa-tawa lain yang harus Nana gali, meskipun tidak bersama orang yang dia cintai.
***
Happy friday everyone!
Bandung, 14 Januari 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro