Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

56- Prom night

Selamat Membaca 📖
Cusss💨

***
"Ini lo Van?" tanya Tomi dengan tatapan tak menyangka.

"Iyalah, emang lo kira siapa hah?!" bentak Vani pada Tomi gak ada baik-baiknya. Vani bahkan memukul pundak Tomi, walau tak keras.

"Ya, elo juga sih. Tapi keliatan beda banget," seru Tomi dengan tatapan menilai.

"Jelas dong, Tom. Ini itu hari istimewa dan gue dandan buat orang yang istimewa juga," seru Vani bersemangat.

"Lo barengan sama bintang tamu kemaren?"  tanya Tomi yang dibalas Vani dengan mengangguk antusias.

"Kok lo gak ngenalin dia ke kita-kita sih?" tanya Tomi dengan tatapan kesal.

"Ye.. kita masih temenan, lo doain aja deh. Ntar kalau udah ada perkembangan gue bakal kasih tau ke elo dan kenalin dia deh," Vani terkekeh sendiri menghayalkan hal-hal manis yang ia harapakan hari ini terjadi.

"Lo jangan kebanyakan ngayal Van, btw lo potong rambut karena ini juga?" tanya Tomi yang baru menyadari ada perubahan dari rambut Vani.

"Iya, gimana? keliatan lebih segar dan awet muda kan gue?" tanya Vani penasaran pada Tomi.

"Gak sih. Biasa aja. Tapi gue liat,
lo pake gaun putih kembang gini, berasa lagi mau nikahan aja ya," kekeh Tomi melihat Vani. Tomi sempat memegang renda-renda dari gaun Vani yang menurut Tomi berlebihan.

"Lo gila Tom? gue juga gak mau pake gaun putih gini, ini kan dress code, nyebelin lo emang! kalau gue nikahan yang pasti sama Exel lah. Gue bakalan pake gaun panjang kali, gak bakal pakai gaun kaya gini," tiba-tiba Vani bergaya bak model dengan kalem. Saat ini ia memakai gaun putih dengan hiasan jepitan rambut bulu-bulu bewarna senada. Rambutnya ia biarkan jatuh terurai.

"Gimana, Tom? gue udah cantik ngalahin artis-artis di tv gak?" tanya Vani sambil berlenggak-lenggok di hadapan Tomi seperti seorang model yang sedang fashion show di atas karpet merah.

(Fyi, dress code prom night kali ini adalah gaun putih untuk anak perempuan dan jas hitam untuk anak laki-laki.)


"Nah gitu lo cantik bener, Van. Gitu aja terus, gue yakin si Exel klepek-klepek sama lo, kalem dikit lah jadi cewek. Tapi, kalau lo entar nikahan jangan pake gaun panjang,"

"Kenapa?"

"Lo bakalan tenggelem, lo kan pendek!" lagi-lagi Tomi mengerjai Vani. Memang benar bila ia pendek. Namun, sekarang ia sedang menggunakan sepatu dengan hak yang sangat tinggi.

"Bawel banget lo!" Vani menjitak kepala Tomi karena kesal.

"Lo sih pake sepatu atau bakiak? tinggi amat hak sepatu lo Van, hak sepatu lo itu udah melebihi dari kadar hak yang lo punya buat tumbuh lebih tinggi lagi, Van," lagi-lagi Tomi mengerjai Vani. Sepertinya mengusili Vani adalah tambahan daftar hobby dari Tomi.

Vani tak membalasnya lagi, ia kini berjalan menuju lokasi pesta untuk menghindari celotehan tak berfaedah dari Tomi. Sayup-sayup Vani mendengar Tomi memanggil namanya. Tapi, Vani tak mau menghiraukannya. Ia malah melangkahkan kakinya panjang-panjang, meski kakinya sendiri pendek.

Hari ini adalah hari yang mereka tunggu, prom night. Seluruh siswa SMA negeri 33 Jakarta sudah datang. Namun, rekan undangan mereka banyak yang belum datang. Exel salah satunya.

***
"Xel, lo dimana?" Vani menelepon Exel yang sejak tadi tak kelihatan. Vani sungguh khawatir.

"Gue udah pas di depan hotelnya," seru Exel saat ia baru sampai dan kebetulan Vani meneleponnya.

"Yaudah, masuk aja, Xel," suruh Vani pada Exel.

"Gue segan, Van, lo keluar bentar ya, biar samaan masuknya," tawar Exel pada Vani.

"Oke, tunggu ya, Xel," balas Vani yang mengerti kalau Exel segan masuk ke dalam sendirian apalagi sudah terlambat dan ia menyuruh Vani untuk menjemputnya, agar datang secara bersama. Sewaktu akan berangkat tadi, Vani tiba-tiba membatalkan tawaran jemputan dari Exel. Vani ingin datang lebih cepat, sementara Exel tak bisa datang cepat, karena masih ada urusan. Vani terus mencari keberadaan Exel di dalam hotel. Ia hendak keluar untuk menemui Exel.

Namun, belum sampai beberapa langkah, langkah Vani harus terhenti. Acara akan segera dimulai dan Vani bingung, bagaimana cara menemui Exel sekarang, padahal ia sudah di dalam dan acara akan di mulai?

"Oke, sekarang acara dansanya kita mulai guys! jangan ada yang keluar lagi ya. Kalian sudah dapat topeng dari penerima tamu kan? sekarang, pakai topeng kalian masing-masing," pembawa acara mengkomando acara prom night kali ini. Pembawa acara itu adalah Daren, teman sekelas Tania.  Tania  juga datang di acara ini, berhubung Tania adalah siswi yang cukup berbakat dan terkenal, maka ia yang terpilih menjadi perwakilan junior perkelasnya.

Vani jadi bingung, bagaimana caranya ia menemui Exel kalau keadaan seperti ini? Akhirnya ia memilih untuk menelepon Exel lagi untuk memberitahu bahwa ia tak bisa datang ke sana.

"Lo masuk aja, Xel. Nanti di depan ada penerima tamu, lo bakal dikasih topeng, ini ada pesta topeng mendadak. Gue juga baru tau, gue gak bisa keluar. Pesta dansanya udah mulai. Sorry banget, Xel. Lo gak papa kan?" tanya Vani tak enak hati pada Exel.

"Yaudah," balas Exel singkat dan langsung mematikan panggilan itu.

Tut....

Setelah mematikan panggilan itu, Exel kini masuk ke dalam hotel. Sampai di depan, ia disambut hangat oleh penerima tamu dan mendapat cindera mata juga sebuah topeng, sesuai dengan perkataan Vani.

"Langsung dipakai aja topengnya kak," suruh salah seorang penerima tamu yang merupakan siswa kelas sebelas itu. Exel segera mengangguk dan memakai topeng itu.

Kini Exel sudah memasuki ruangan pesta dansa. Di sana cukup ramai, belum lagi sedang ada pesta topeng. Mereka semua yang ada di sana memakai topeng dengan motif yang sama, hal ini semakin membuat Exel kesulitan mencari Vani.

Brughh!

Exel menabrak seorang gadis. Dengan sigap, ia membantu gadis itu berdiri.

"Sorry, gue gak sengaja," Exel minta maaf dan gadis itu hanya mengangguk dan ingin pergi.

Semua orang yang ada di dalam pesta saat ini menggunakan topeng. Bukan pesta topeng, namun, memang seperti itu aturan dari pihak panitia. Hal ini merupakan kreativitas dari panitia prom night tahun ini.

"Sudah dinfokan kan, bahwa setiap orang dapat membawa pasangan? Sekarang cari pasangan kalian masing-masing!" teriak pembawa acara itu.

Semua yang ada di sana gelagapan, bahkan terdengar beberapa suara orang yang rusuh. Vani juga sama gelagapannya. Ia tak menemukan Exel. Dengan gerakan tergesah-gesah, akhirnya mengambil salah satu lengan pria yang ada di dekatnya.

Vani melihat bola mata itu, sangat asing baginya. Ia tak mengenali bola mata itu, tapi ia tetap tak mau melepaskan pasangan dansanya. Setidaknya ia dapat berdansa dan tidak terkena hukuman. Pihak panitia memberlakukan hukuman bagi peserta prom night yang tidak ada pasangan dansa saat pesta topeng.

"Jangan lupa, cari pasangan dansa kalian, kalau ga? bakal ada hukuman yang menanti," pembawa acara itu terkekeh geli melihat seluruh peserta porm night gelagapan.

Exel juga gelagapan, dengan buru-buru ia meraih tangan gadis yang ia tabrak tadi. Ia juga takut terkena hukuman.

"Ehh!" pekik si gadis itu saat Exel menarik tangannya.

"Please bantuin gue, lo harus jadi pasangan dansa gue ya? gue gak mau kena hukuman gak jelas itu," gadis itu hanya mengangguk tanpa mau berkomentar. Sejujurnya Exel bingung. Namun, ia bersyukur gadis itu tak menolaknya. Setidaknya Exel aman. Hanya itu yang dipikirkannya.

"Sekarang, tukar pasangan kalian dengan yang di samping kalian!" instruksi pembawa acara. Vani buru-buru mencari pria yang ada di sekitarnya dan yup! Vani dapat. Memang gerakan Vani sangat cepat, walau ia menggunakan sepatu dengan hak yang tinggi. Mungkin, karena ia takut terkena hukuman.

Sementara Exel, ia sangat kebingungan.

"Lo sama gue aja lagi, gak usah tuker-tukeran, gue gak tau mau cari pasangan yang mana lagi," Exel sungguh menyesal datang ke acara pesta ini. Memang sih, bukan salah Vani juga, Exel yang tak bisa datang cepat yang membuat Vani harus pergi duluan dan membuat Vani tak dapat menjemputnya di depan lobby hotel.

"Iya," hanya kata itu yang terdengar dari mulut gadis itu dan Exel lanjut lagi berdansa dengan orang yang sama. Ia semakin menjauhkan posisinya dari pembawa acara itu, takut ketahuan bila ia tak berganti pasangan.

"Van?" Vani mendengar namanya dipanggil oleh pasangan dansanya. Sepertinya pria itu mengenal Vani. Setelah memperhatikan manik mata itu, Vani akhirnya mengetahuinya.

"Jerry? ini lo?" tanyanya tak percaya. Sementara lawan bicara hanya bergumam.

"Gue gak nyangka kita bisa jumpa, padahal ada banyak orang loh di sini," kekeh Vani melihat Jerry. Bisa-bisanya mereka bertemu. Vani sekarang jadi penasaran dimana para sahabatnya itu berada. Kenapa sejak tadi, Vani tak melihat mereka? hanya Tomi dan Jerry yang mampu Vani temui.

"Sama, gue juga. Ehmm Van, habis ini lo gak langsung pulang kan?" tanya Jerry hati-hati. Ia takut Vani salah arti.

"Iya, gak bakal lah, Jer. Kenapa?" tanpa Vani masih memegang tangan Jerry sambil terus berdansa dengan Jerry. Mereka hanya dansa dengan memegang tangan, tidak lebih. Itu juga salah satu aturan dari panitia.

" Gak papa, cuma ada yang mau gue omongin, bisa?" kata Jerry serius.

"Apa, Jer? mending sekarang aja," tanya Vani penasaran.

"Nanti aja. Temui gue di taman setelah acara pesta topeng ini, gue bakal tunggu di kursi putih dekat air mancur," setelahnya Vani hanya mengangguk pertanda setuju.

"Ayo ganti pasangan lagi!" Pembawa acara itu sepertinya sedang mengerjai kakak kelasnya. Ia sendiri terkekeh melihat kakak kelas juga beberapa temannya yang menjadi perwakilan harus buru-buru mencari pasangan. Mungkin Daren sengaja melakukan hal ini untuk menambah kemeriahan acara yang ada, atau mungkin iseng semata.

Dengan sigap, Vani melepaskan tangan Jerry. Ia kini menarik tangan seorang pria yang tangannya dingin dan bertubuh tinggi. Sepertinya ia mengenal ciri-ciri pria seperti ini.

Akhirnya gue ketemu dia juga. Jodoh emang gak kemana. Batin Vani berbisik.

Sama dengan Vani, pria itu juga melihat Vani. Ia seperti mengenal  gadis di balik topeng ini. Terlebih lagi dengan penampilannya.

Dia pakai topeng aja masih keliatan cantik, gimana kalau keliatan wajahnya? Batin pria itu.

Vani terus berdansa sambil tersenyum. Begitu pula dengan pria yang menjadi pasangan dansa Vani, ia tersenyum bukan main. Sesekali ia mengusap-usap tangan gadis yang di hadapannya saat ini dan memperhatikan gaun  yang dikenakan Vani. Rambut Vani yang pendek bewarna cokelat juga sempat pria itu perhatikan. Intinya dia terus memperhatikan Vani. Dari ujung rambut sampai gaunnya.

Tanpa sadar, Vani tersanjung. Baru kali ini Exel bersikap manis seperti itu. Ia jadi malu sendiri. Vani hanya menunduk tanpa mau mendongak. Vani sedang tersipu malu. Ada rona merah yang tercetak di pipinya yang tak bisa ia sembunyikan, makanya ia terus menunduk.

"Oke, stop! pesta dansa topengnya udah selesai. Sekarang mari buka topeng pasangan kalian masing-masing!" seru Daren dari depan panggung. Ia menjeda kalimatnya, lalu lanjut lagi berkata,
"dalam hitungan ketiga kalian sudah membuka topeng pasangan kalian masing-masing. Sa-tu... du-a.. ti.... ga!"

Vani juga menghitung dalam hati
Satu.. dua.. tiga.. hitungan itu terasa lama sekali bagi Vani. Entah kenapa jantungnya berdebar-debar tak karuan. Vani tak tau mengapa. Padahal, sewaktu ia pertama kali bertemu dengan Exel, debaran jantungnya tak sehebat ini.

Dengan tangan gemetar Vani dan pasangan dansanya membuka topeng pasangannya secara bersamaan. Vani membuka topeng si pria, sementara si pria membuka topeng Vani.

Vani mengulurkan tangannya ke depan, tepat di topeng si pria. Ada rasa ragu yang menyelusup dalam hati Vani. Tapi, rasa penasarannya jauh lebih besar dari pada rasa ragunya. Sehingga ia memilih mempercepat gerakannya membuka topeng itu.

Begitu juga yang dilakukan pria yang ada di hadapan Vani. Ia juga tampak penasaran, tapi berusaha ia tutupi dengan senyuman manisnya.

Tunggu.. Vani melihat sesuatu yang aneh dari pria yang dianggapnya Exel ini.

Dia senyum? Exel kan senyumnya gak pernah selebar itu. Vani semakin kebingungan.

Akh.. mungkin dia terlalu terkesima sama penampilan istimewa gue kali ini. Ahh Exel, gini kek lo dari dulu ke gue. Gue kan bakalan gini terus buat lo, dandan yang spesial gitu. Lo sekarang kok tambah sweet aja ya Xel? ahh bisa diabetes lama-lama gue kalau Exel kaya gini. Gue harus cari penetral diabetes ini, gue gak mau mengidap diabes hanya karena dapat perlakuan manis. Kalau nelan janji manis, bisa kali ya gue sakit diabetes.

Vani mencoba untuk berpikir postif pada kemungkinan yang ada. Vani sempat-sempatnya tersenyum sambil mengkhayal.

Hingga suatu kenyataan membuat keduanya terkejut bukan main. Vani melotot melihat pria yang ada di hadapannya, begitu juga hal yang dilakukan oleh pria yang ada di hadapan Vani yang sangat terkejut melihat Vani. Mereka berdua sama-sama terkejut bukan main. Vani memilih mundur dan melepaskan tangan pria yang ada di hadapannya sekarang ini. Begitu juga si pria itu, dia langsung melepaskan tangan Vani.

"Lo..."

"Lo..."

Seru mereka berdua serentak

A/N

Hai hai hai.. Hana balik lagi. Gimana, ada yang bisa nebak?
Yang jawabannya bener aku kasih.... kasih ucapan selamat Hehehe😁

Terkahir, Aku mau bilang kalau ini part terpanjangku. 2000an kata. Gimana? udah berasa panjangnya gak? oke itu aja, kalau nambah lagi, takutnya makin panjang dan harus nambah sampai part selanjutnya😆

TBC
Sabtu, 7 Juli 2018





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro