3- Quality time
Selamat membaca 📖
Setelah kejadian menyedihkan di acara pesta kemarin, akhirnya anak-anak merencanakan untuk mengajak Tasya 2 hari ini, sebelum akhirnya ia pergi Ke Yogyakarta.
Saat anak-anak tengah sibuk untuk melaksanakan rencana, Tasya justru merasa malas pergi. Karena ia tahu dengan seperti maka, akan lebih sulit lagi bagi dirinya untuk pergi dari keempat sahabatnya itu.
**Percakapan Group**
Sebenarnya mereka sudah ada group tapi, karena ada Tasya jadi mereka membuat group lagi agar menjadi sebuah kejutan bagi Tasya.
#The kampreters#
Tomi: Kita jadinya kemana?
Vani : Ke tempat biasa aja gimana?
Aldo: Udah sering Van, gimana kalau ke tempat lain aja? kan ini bakalan jadi moment yang bakal kita kenang beberapa tahun ini tanpa Tasya.
Jerry: Bener itu Do, yaudah kalo gitu kita kemana dong? ada ide gak?
Tomi: Kita ke pasar malam aja, biar seru main-main.
Vani: Boleh juga ide kamu Tom. Tapi, inikan masih pagi, lama lagi dong, gimana kalau kita mulainya dari siang aja sampe malam. Biar bisa ke pasar malamnya?
Jerry: Aku sih yes tapi, siang-sore kemana?
Aldo: Ke Kafe Nenek Moyangku aja. Di sana makanannya enak, selain itu juga bisa mesannya perkelompok gitu jadi pakai ruangan gitu, gimana?
Jerry: Aku setuju
Vani: Aku juga
Tomi: Aku sih yes tapi, lo tahu kan, Do lokasinya? awas kaya kemaren lagi jangan sampe nyasar.
Aldo: Sepokeh 👍 jam 12 kita ngumpul ya di rumah Tasya oke
Vani: 👌
Tomi: sep
Jerry: ok
*Obrolan selesai*
Kini Matahari sudah mulai menyengat, Tepat sudah Matahari di atas kepala. Dan anak-anak sudah berkumpul disana.
Tok tok tok
"Iya sebentar" jawab mama Tasya
"Ehh ada temennya Tasya, mari masuk nak. Tasya ada kok di dalam, bentar ya tante panggil Tasya nya dulu,"
"Tasya, itu ada temen kamu di depan, temuin gih!"mama Tasya kemudian berlalu untuk menghidangkan minuman dan sekadar makanan ringan.
Mereka kenapa gak bilang dulu mau datang? kok buru-buru banget sih.. pikir Tasya dalam hatinya. Akhirnya ia keluar dari kamarnya, hendak menemui temannya di ruang tamu.
"Hai guys! ada apa tumben tiba-tiba datang gak bicara dulu?"
"Hem itu Sya, kita humehhmm asdfghjkl@#$%&&," Balas Vani yang tidak jelas, karena mulutnya dibekap oleh Tomi dari belakang, sambil nyengir kuda.
Akhirnya Tomi ambil ahli bicara "Begini Sya, kita cuma mau Q-time ya kan guys?" ucap Tomi mengudarakan kedua jempolnya yang tanpa sadar melepaskan bekapannya pada Vani. Vani yang sudah geram, akhirnya menggigit lengan Tomi sangat keras, bahkan bekas gigitannya saja masih jelas terlihat, seperti gigi Ikan Hiu.
"Rasain lo Tom!" ejek Vani dengan melipat kedua lengannya di depan dadanya sambil memasang wajah mengancam.
"Aduh... sakit banget,Van. Kalau mau gigit, liat-liat dulu dong. Nih, Jadi bekas gini tahu!"
"Sudah-sudah, jangan berantem lagi. Jadi gini, kita bakalan ngajak lo Sya untuk jalan-jalan, kan bentar lagi lo pergi, setidaknya sisakan kami kenangan terbaik bersamamu, agar kami, memiliki bekal untuk mengingat lo, Sya dalam ingatan kami," Tutur Jerry.
Tasya yang mendengar itu kemudian ia teringat lagi akan kepergiannya, yang hanya hitungan hari. Tasya mendadak berubah ekspresi menjadi sedih, matanya mulai berkaca-kaca. Namun, di saat itu juga, Aldo datang membawa lawakan yang memang tidak pernah garing. Akibatnya, Tasya tidak jadi bersedih malah ia tertawa bersama teman-temannya.
"Yasudah, ayo kita pergi nanti kesorean lagi. Permisi dulu yuk sama mamanya Tasya" Vani mengakhiri awkward moment.
"Eh anak-anak mau pada kemana nih? cepat banget perginya?" Mama Tasya yang baru saja datang hendak meletakkan es jeruk di atas meja.
"Minum dulu lah, ini udah tante bikinin loh. Sayang kalau di buang,"
"Iya, Tante," ucap mereka berempat kompak
Akhirnya, setelah selesai mereka pun pamit pada mama Tasya dan meminta izin untuk mengajak Tasya keluar dan berakhir pada prosesi cium tangan.
"Ingat, di sana jangan nakal-nakal ya!" Mama Tasya memperingati.
"Siap tante, Pangeran Aldo bakalan jagain Princess Tasya kok," Dengan gaya sok tegas, Aldo memberi penghormatan pada Mama Tasya.
"Apaan Do?" balas Tasya dengan pelototan tajam khas miliknya.
Semua hanya tertawa kecuali, Aldo yang masih terdiam karena pelototan Tasya dan Tasya yang kelihatannya masih kesal.
Akhirnya, mereka pun berangkat menuju "Kafe Nenek moyangku" Selama di perjalanan, mereka sering sekali tertawa lebar, bahkan kadang Vani dan Tasya sampai terpingkal-pingkal karena ulah Aldo dan Tomi yang super aneh.
Mereka menempuh perjalanan selama 1 jam lebih, karena jalanan agak macat dan mereka hanya menggunakan kendaraan umum. Memang mereka belum diizinkan oleh orangtua mereka membawa kendaraan sendiri.
*Kafe Nenek Moyangku*
"Ayo Sya, kenapa diam aja?" Tanya Vani karena melihat rasa keheranan di wajah Tasya
"Ini dimana? kita kan ga pernah ke sini?"balasnya
"Iya memang Sya, kan hari bakalan jadi hari kenangan termanis buat kita. Jadi, harus yang luar biasa lah," Jawab Tomi enteng
Setelah mendengar penjelasan Tomi, akhirnya mereka masuk dan mulai memesan makanan. Sesekali Aldo dan Tomi menjahili Vani dan Tasya dengan mencolek nya dengan ice cream.
Mereka menghabiskan makanan mereka dan melanjutkannya ke rencana selanjutnya. Di sana, mereka telah sampai pada sebuah pasar Malam. *ralat pasar malam yang sore-sore udah buka aja meski gak seramai malam.
Di sana mereka masih sangat asyik bermain. Jerry membawa 2 kembang gula raksasa yang bewarna hijau dan biru langit. mereka juga saling berbagi.
Tak sampai di sana, mereka memasuki sebuah game lempar gelang untuk sekadar mendapatkan hadiah door price.
Mereka selalu mencobanya tapi, tidak menang dan gelang terakhir di miliki oleh Aldo.
Aldo sudah mengekernya kena pada sasaran, yang ia inginkan. Sebuah dispenser, katanya untuk menampung semua kenangan ini agar tidak langsung habis ditelan waktu. Mereka hanya tertawa geli mendengar penuturan Aldo yang sama sekali tidak masuk akal. Saat akan mencoba, Aldo sudah bersiap-siap lalu, di leparnya gelang itu dan yak, gelang itu masuk.
"Yuhu!!!" teriak mereka semua dan saat mengambil hadiah alangkah terkejutnya Aldo karena hadiah yang ia dapat bukanlah seperti keinginannya. Namun, hanyalah sebuah Cangkir plastik bewarna merah muda yang terkesan sangat menggelikan untuk di pegang Aldo yang dari tadi gayanya seperti Pengawal putri.
Teman-temannya hanya tertawa lepas dan Aldo hanya murung, dengan wajah yang pura-pura ditekuk dengan memajukan bibirnya.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalan menuju wahana Kincir angin raksasa. Di sana, mereka sudah bersiap-siap membeli tiket dan saat sudah di mulai wahana itu, Tasya sempat bergedik ngeri. Mengingat bagaimana dulu dia menangis karena ketakutan yang berlebihan saat menaiki wahana ini.
Namun, Vani menggenggang tangan Tasya seolah memberi keberanian padanya dan tidak lama setelah itu, Tasya menjadi berani dan rasa takutnya mendadak hilang entah kemana.
Selama di wahana Mereka hanya berteriak-teriak tidak jelas apalagi Tomi ketika mereka memasuki wahana rumah hantu.
Dan wahana terakhir yang mereka mainkan adalah wahana Histeria kw super. Di sana, Tasya yang takut ketinggian malah buru-buru menarik tangan Aldo dan Vani untuk segera mencobanya. Awalnya, tempo masih pelan, lambat laun dipercepat hingga akhirnya dari atas turun ke bawah dengan kecepatan yang sangat amat cepat.
Semua orang berteriak histeris tak terkecuali Tasya, Vani dan teman yang lainnya. Tasya yang paling kencang. Di sana, ia mengeluarkan seluruh kegundahannya yang di pendamnya. Setelah selesai, Tasya merasa agak lega dan di sesi terakhir dari perjalanan mereka adalah berfoto bersama di dalam. Mereka meminta salah satu pengunjung untuk memotret mereka berlima.
Setelah perjalanan panjang ini mereka akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing. karena hari sudah malam. Mereka terlebih dahulu mengantar Tasya, karena mereka tidak enak hati jika menjemput tanpa mengantarnya kembali. Dan kebetulan juga, rumah mereka berlima memang tidak terlalu jauh jaraknya.
Setelah mengantar Tasya akhirnya mereka berpamitan dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah, Tasya segera ke kamar dan tersenyum mengingat bagaimana Q-time mereka tadi. Rasanya, ia ingin sekali menghentikan waktu dan menyimpan memory itu dan bisa ia buka sewaktu-waktu rindu melanda.
Tasya mulai lagi mengeluarkan butiran bening itu tapi berusaha ia tahan, karena ia ingat pada janji mereka bahwa Tasya tidak akan menangis lagi karena dialah justru yang akan mengenyam pendidikan terbaik di kota pendidikan itu.
Sambil meratapi foto mereka tadi, Tasya tersenyum dan terlelap dalam tidurnya dengan mimpi indah yang menemani.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro