Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25- Kejar-kejaran

Selamat Membaca📖

Keesokan paginya, setelah malam kesalahpahaman itu, Jerry mendatangi meja Vani, lalu bertanya pada Vani mengenai idenya kemarin.

"Van..." yang dipanggil akhirnya menoleh.
"Gimana?" 

"Apanya?"  Vani balik bertanya.

"Gimana tanggapan Tasya?"

"Nihil, dia tetap gak bisa dihubungi. Mungkin, dia emang gak mau berteman sama gue lagi,"

"Lo serius, Van?"  Vani mengangguk.

"Gak! gak mungkin Tasya gitu," Jerry masih belum bisa percaya.

Vani berdiri dari bangkunya. Ia menatap tajam Jerry.

"Maksud lo apa Jer? lo gak percaya sama gue? lo pikir gue pembohong, gitu?!"

"Bukan Van, maksud gue itu, gue---" ucapan Jerry terpotong.

"Udahlah, Jer. Gue tahu kok, gue gak lebih berarti dari pada Tasya. Iya kan?" Vani akhirnya pergi, ia belari kencang.

Jerry yang melihatnya mulai mengejar, ia menyesal. Bukan niatannya juga seperti itu. Dia hanya ingin Vani tak cepat ambil kesimpulan.

Jerry terus mengejar, namun tak menemukan Vani. Akhirnya Jerry kembali ke kelas. Beruntung, Pak Mukmin belum datang, ia masih hampir tiba. Segera ia duduk, namun tak menemukan Vani.

"Lo kemana sih, Van?" Jerry masih memikirkan Vani. setelah Pak Mukmin mengajar, akhirnya Vani muncul. Jerry ingin sekali bertanya pada Vani, namun situasi sedang tak mendukung.

------------------------------------------------------Di sisi lain, Tasya berniat meminta maaf lagi. Namun, nomor Vani tetap tidak bisa dihubungi. Akhirnya, pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, ia memilih untuk menelepon Aldo.

Saat itu, Aldo sedang bersiap ke sekolah, ia sedang di kamar sambil memakai dasinya. Karena mendengar suara handphonenya berbunyi, ia memilih untuk melihatnya dahulu.

"Halo, ini siapa?"

"Ini aku, Do, Tasya,"

"Eh elo, Sya. kenapa Sya?"

Akhirnya Tasya menceritakan kronologi kejadian itu pada Aldo. Bahkan, Tasya menceritakannya tanpa terpotong sedikit.

Aldo marah pada Vani. Namun, ia tak langsung memperlihatkannya pada Tasya. Akhirnya ia menasihati Tasya, ia memberi wejangan untuk tidak langsung berpikiran buruk dan meminta Tasya untuk bersabar.

"Ya ampun, gue gak tau, Sya. Tapi, mungkin si Vani gak sadar kali, lo jangan langsung ambil hati. Nanti gue tanyain dia gih, lo masih mau minta maaf kan?"

"Iya, Do, masih. Aku yang salah, jadi harus aku yang minta maaf. Vani marah juga, kan gara-gara aku,"

"Yaudah kalo gitu, gue matiin dulu ya. Gue mau berangkat ke sekolah,"

"Oke, Do. Makasih ya, semoga Vani mau maafin aku ya,"

"Iya, Sama-sama, Sya. Doain aja dia gak ngambek,"

"Iya, Do. Bye,"

"Bye, Sya"

Setibanya di kelas, Aldo tak menjumpai Vani. Bahkan, Jerry saja baru datang ketika Pak Mukmin hampir tiba.

Aldo tak melihat Vani, dan memilih diam dahulu. Hingga akhirnya, Vani tiba di kelas dengan terlambat.

"Permisi Pak, maaf saya terlambat," ucapnnya canggung. Ini merupakan hal pertama bagi Vani untuk terlambat.

"Vani, kamu dari mana saja?! pelajaran sudah di mulai sejak tadi,"

"Saya tadi ada keperluan pak, dipanggil Bu Aning," ucapnya berbohong.

"Oh.. ya sudah, masuk. Jangan telat lagi, permisi sama Bapak langsung lain kali,"

"Baik Pak," Vani melenggang duduk di bangkunya.

Mata Jerry mengikuti langkah Vani, sampai Vani benar-benar terduduk di bangkunya. Bahkan, tak jarang Jerry mencuri-curi pandang pada Vani. Ia hanya ingin memastikan, bahwa Vani tak apa-apa.

Saat istirahat, Aldo hendak bertanya. Namun sayang, Jerry sudah berlari mengejar Vani, Vani malah melangkahkan kakinya panjang-panjang, meski kakinya sendiri pendek.

"Ke mana lagi tuh anak?" Jerry membuang napas berat.

Sedangkan Aldo, dia kehilangan jejak Vani dan Jerry. Akhirnya, ia kembali ke kelas.

Seusai bel masuk pelajaran, barulah Vani dan Jerry datang. Entah dari mana mereka datang, yang jelas mereka tidak datang dari tempat yang sama.

Selama jam pelajaran, mereka bertiga (Aldo, Jerry dan Vani) tak konsen. Tomi mendadak bingung sendiri. Ia terus memperhatikan ketiga sahabatnya itu yang entah mengapa.

"Kenapa sih? kok pada aneh gini?" batin Tomi

Aldo, Jerry dan Vani belum menceritakannya pada Tomi. Kalau Aldo, dia berniat, Namun memang belum pas waktunya. Sementara Jerry dan Vani, mereka takut memperkeruh suasana.

Hingga akhirnya bel pulang terdengar. Anak-anak sibuk membereskan buku, mereka sudah tak sabar ingin pulang. Jerry sudah berniat ingin menemui Vani. Ia ingin menjelaskan maksudnya yang sebenarnya, agar tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut. Namun sayang, saat ingin menemui, Vani justru menjauh dengan langkah panjang-panjang. Tidak... tidak... lebih tepatnya berlari.

Melihat Vani yang tergesa-gesa, Jerry membereskan bukunya. Ia berlari mengejar Vani untuk menemuinya. Namun sayang, saat sudah mengetahui keberadaan Vani, Jerry bukannya senang, Jerry malah tersenyum kecut.

Dari kejauhan Jerry melihat Vani dan Exel. Entah bagaimana caranya mereka bisa bertemu, mungkin kebetulan atau Vani yang menyuruhnya.

Hati Jerry semakin teriris, bahkan di saat terpuruk, Vani lebih memilih orang baru seperti Exel daripada dirinya.

Tak jauh dari sana, Aldo juga ikut mengejar sejak tadi. Hingga ia menemukan Jerry. Jerry terlihat sedang membungkukkan badannya. Ia terlihat kelelahan, napasnya tersenggal-senggal, terlihat dari pundaknya yang naik-turun.

Aldo mulai curiga.
"Apa mungkin Jerry..." pikir Aldo. Namun, akhirnya Aldo menggelenggakan kepalanya.
"Engga mungkinlah, Jerry kan emang care anaknya sama siapa aja,"

Akhirnya Aldo memutar-balikkan badannya. Ia berniat pulang saja. Hingga seseorang menepuk pundak Aldo.

"Woy! ngapai lo?" tanya Tomi penasaran.

Aldo yang melihat wajah kebingungan itu, akhirnya ia mengajak pulang bersama dan berniat berbagi cerita dengan Tomi.

"Tom, lo mampir ke rumah gue ya?"

"Ehm boleh, tumben, ada apa?"

"Ada yang mau gue bicarain," Akhirnya Tomi mengangguk dan menurut pada Aldo.

------------------------------------------------------
"Lo seriusan, Do?" tanya Tomi tak percaya setelah mendengar cerita dari Aldo, tentang Vani dan Tasya setibanya di rumah Aldo.

"Iya, gue serius. Gue tambah kesal sama si Vani, malah dia tadi lari lagi, waktu dikejar Jerry," balas Aldo.

"Jerry? ngejar Vani, ngapain? yang ngejar Jerry kan harusnya gue, gue kan Tom," Tomi malah bercanda sambil cengengesan.

"Please, Tom. Kali ini lo harus serius, gak usah bercanda," balas Aldo serius.

"Iya... iya, lanjut gih. Kenapa si Jerry ngejar Vani?"

"Gue gak tau, Tom. Yang jelas gue liat mereka kejar-kejaran dan akhirnya si Vani pergi sama seorang cowok, terus si Jerry berhenti gitu,"

"Cowoknya siapa?" tanya Jerry.

"Gue gak tahu, gak keliatan. Gue kejahuan jaraknya,"

"Ehh kok gue jadi curiga ya, Do?"

"Curiga apaan?"

"Gak tau juga sih, hehehehe..." Tomi cengengesan.

"Jangan main tebak-tebak lo, ini kita bukan lagi main game," Aldo menoyor kepala Tomi.

"Ya kan gue baru tau, lo juga pada ngasih tau gue telat,"

"Jangan sok ngambek, muka lo gak cocok banget," Aldo menoyor kepala Tomi lagi sambil terkekeh.

"Sekali lagi lo giniin gue, gue pastiin masuk meja hijau lo," Tomi mengancam.

"Meja hijau? ehh.. emang gue ngapain elo?!"

"Iyalah, gue laporin sama pihak KPAI, gue kan maaih anak-anak di bawah umur," Tomi memasang wajah memelas.

"Bhakakaka... udah ahh, lo mah tau aja cara buat gue gak marah, Tom," Aldo menepuk-nepuk pundak Tomi.

"Iyalah gue gituloh,"

"Gue gini supaya kalian gak marah-marahan, gue gak mau persahabatan kita hancur hanya masalah kecil kaya gini,"

"Iya, lo bener, Tom. Tapi, gue masih perlu penjelasan dari mereka berdua, itu aja."

"Iya gue tahu, besok-besok deh kita clear-in,"

TBC
Sabtu, 24 Februari 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro