Jengkel
Happy reading
"Jengkel itu ketika kamu lebih memprioritaskan sang penggoda."
-Alma-
Saat ini kami sedang sarapan pagi. Mas Rizal fokus ke makanannya, sedangkan Amel anak itu dikit lagi habis makanannya.
"Yah, nanti weekend kita jalan-jalan, ya," pinta Amel kepada Mas Rizal. Mas Rizal menatap ke arah Amel sambil tersenyum.
"Iya, Sayang."
Jawaban Mas Rizal membuat Amel bersorak girang. Aku yang melihatnya hanya tersenyum tipis.
"Yang enak kemana ya, Bun?" tanya Amel kepadaku.
"Kalau Bunda ngikut saja sih."
"Gimana kalau kita ke taman aja, biar kayak piknik gitu?" usul Mas Rizal. Amel tersenyum cerah dan mengangguk.
"Yaudah, yuk kita berangkat anak kesayangan Ayah."
Amel bangkit dari duduknya dan menyalami tanganku. Aku mengantar mereka sampai depan.
Aku meraih tangan Mas Rizal dan menyalaminya, kemudian Mas Rizal mencium keningku.
Setelah Mas Rizal dan Amel pergi, aku kembali masuk ke rumah untuk mengambil dompetku, aku mau pergi belanja ke tukang sayur.
********
Saat ini aku sedang belanja di Mang Darman, tak selang berapa lama Laras datang dengan menggunakan selendang untuk menutupi wajahnya yang bentol-bentol. Bukan hanya wajah tapi hampir seluruh tubuhnya bentol-bentol. Aku yang melihatnya tersenyum puas.
Ternyata kejutanku, berhasil.
"Mbak Laras kenapa itu kulitnya bentol-bentol?" tanya Bu Halimah. Laras yang ditanya seperti itu menatap kearah Bu Halimah.
"Ini digigit nyamuk, Bu," jawabnya sambil tersenyum. Aku yang mendengarnya tawaku hampir meledak tapi aku tahan, takut dosa.
"Wah, nyamuknya suka kali sama kamu, Ras," gurauku
"Iya kali ya," ucapnya sambil terkekeh pelan.
"Mang, ada paket sayur asem?" tanyaku kepada Mang Darman.
"Ada atuh, Neng."
"Saya satu ya, Mang. Sekalian sama ayamnya satu kilo."
"Saya juga, Mang," timpal Laras.
Idih ikut-ikutan saja dasar, Mak Lampir.
"Jadi berapa, Mang?" tanyaku.
"40 ribu, Neng."
Aku memberikan uangku 50 ribu satu lembar kepada Mang Darman.
"Ehh iya, Mbak Laras semalam saya lihat mobil di depan rumahnya Mbak Laras, itu mobil pacar Mbak, ya?" tanya Bu Siti. Laras yang ditanya seperti itu tersenyum malu-malu.
Pengen aku tampol itu mukanya yang udah bentol-bentol, biar tambah mantap.
"Iya, Bu," jawabnya malu-malu
"Wah Kenalin ke kita dong, Mbak," goda Bu Rohmah. Laras yang digoda seperti itu tambah malu-malu bangsat.
Aku hanya tersenyum kecut, dia di depan banyak orang saja berani mengakui suamiku sebagai pacarnya. Minta di kirim sesajen ini si Mak Lampir.
"Ya udah, Ibu-ibu saya duluan ya, nanti siang pacar saya mau ke rumah," pamitnya sambil berlalu dari hadapan kami.
Wah harus aku kasih kejutan lagi.
**********
Malam harinya aku memulai aksiku lagi, aku memakai sweeter hitam dan Jaket hitam untuk melakukan penyamaran tak lupa memakai masker juga.
Aku mengendap-ngendap ke rumahnya si Mak Lampir. Aku berdiri di depan jendelanya, karena aku tahu jendelanya tak pernah dikunci.
Jendelanya terbuka, tapi kamarnya kosong mungkin si Mak Lampir masih menonton tv. Jadi belum masuk kamar.
Aku mengeluarkan kotak yang aku bawa dan mengeluarkan isinya. Setelah aksiku selesai aku buru-buru pergi dari rumah si Mak Lampir.
Selamat menikmati tidurmu dengan semua kayak jelek itu, Mak Lampir.
********
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka, Masih Rizal habis mandi dan udah berpakaian. Aku yang sedang membaca novel hanya meliriknya sebentar kemudian kembali fokus lagi ke novel yang aku baca.
Mas Rizal duduk di kasur, hampir tiduran tapi di urungkan. Aku yang melihatnya menatap dia bingung.
Ting ...
Handphonenya berbunyi, Mas Rizal membaca pesan itu kemudian menaruh kembali beda pipih itu. Di wajahnya menunjukan kecemasan yang begitu kentara. Mas Rizal buru-buru bangkit dari duduknya dan meraih jaket, dia terlihat buru-buru.
"Mas, mau ke mana?"
Mas Rizal menoleh ke arahku sebentar.
"Mas, ada urusan sebentar," ucapnya sambil mencium keningku. Kemudian pergi buru-buru.
Aku yang melihatnya hanya tersenyum kecut. Mataku tak sengaja melihat handphone Mas Rizal, mungkin ketinggalan.
Aku yang mempunyai kekepoan tingkat akut, buru-buru meraih handphone Mas Rizal, siapa yang malam-malam seperti ini berani mengirimkan pesan padanya.
Setelah melihatnya mataku melotot, pengen berteriak tapi aku urungkan, takut disangka gila. Di sana terdapat pesan dari si Mak Lampir.
❤️: Sayang, ke rumahku dong. Di kamarku banyak banget katak, aku takut Mas.
Setelah membacanya ada rasa puas telah berhasil memberi kejutan ke si Mak Lampir sampai ketakutan. Tapi ada jengkelnya juga, Mas Rizal masih memprioritaskan si Mak Lampir.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro