Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💖5💖


Maryam dan Azzam bergegas berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, keduanya benar-benar kaget karena Azlan suami Zu, mengabarkan via ponsel dengan santai jika Zu sudah melahirkan semalam dan mereka baru diberitahu saat Azzam akan berangkat ke kantor, ibu dan bayi laki-lakinya sehat wal Afiat, lahir melalui proses persalinan normal. Azzam sempat menelepon Azlan lagi untuk memastikan ruang perawatan Zu.

Dan langkah Maryam seketika terhenti saat membuka ruang perawatan kakaknya di sana ia melihat Isya dan seorang laki-laki yang asyik berbicara dengan Azlan, Emir suami Isya.

"Sini masuk May ini lihat keponakanmu nyusu terus nggak brenti-brenti," ujar Isya dan Maryam hanya mengangguk, berjalan pelan menghampiri kakaknya, ia sempat menoleh pada suaminya yang ternyata masih terpaku menatap Isya dan melepaskan pandangannya setelah Maryam memanggilnya.

"Mas masuk, itu ada Kak Azlan dan Mas Emir, liatin siapa dari tadi kok cuman berdiri di mulut pintu."

Ucapan dingin Maryam seketika membuat Isya merasa tak nyaman. Maryam mengusap kepala keponakanya dan ketidaknyamanannya sempat teralihkan melihat wajah polos bayi laki-laki kakaknya.

"Nanti kamu ke rumah ya May, di rumah ada ibu dan bapak yang datang semalam sedang menjaga Abang, ada baby sitter juga tapi ibu mau di rumah selama aku masih di sini, paling besok aku dah pulang kok May, aku dan bayi tampanku ini sehat kok."

"Oh ya ibu datang? Pasti aku ke sana kak, aku kangen ibu," ujar Maryam yang seketika matanya memanas dan ingatannya kembali pada Azzam dan Isya yang duduk berdua di gerai cepat saji itu.

"Selamat ya May, kamu hamil juga ya kata Zu," ujar Isya berbasa-basi.

"Yah makasih Kak, orang hamil bawaannya selain sensi, insting juga jadi semakin tajam Kak, radar jadi bekerja otomatis," sahut Maryam.

"Iya kah?" tanya Isya menatap wajah Maryam yang sama sekali tak melihatnya selama mereka berkomunikasi, namun seperti biasanya senyum lembut Isya tetap tak lepas dari bibirnya.

"Yah, coba aja rasakan nanti pas kakak hamil, pasti kakak langsung tahu apa yang Mas Emir rasakan, dia berubah apa nggak, dia bohong apa nggak, dia kurang perhatian malah ngasi perhatian sama wanita lain misalnya, pasti kakak rasakan, atau Mas Emir bilang sedang ke mana eh ternyata ada di mana, pasti kerasa."

Seketika senyum Isya hilang, ia merasa ada maksud lain dibalik kata-kata Maryam.

"Masak sih sampe gitu Dik perasaan orang hamil?" Emir tertawa mendengar kata-kata Maryam.

"Beneran Mas Emir, orang hamil itu jadi peka, dan radarnya jadi auto aktif 24 jam, rasakan aja nanti kalo Kak Isya hamil, dia bakalan tau Mas Emir bohong apa nggak, ijin ke kantor misalnya eh ternyata malah ketemu mantan ntar ketahuan pasti, liat aja."

Emir dan Azlan seketika tertawa, juga Zu yang baru saja selesai menyusui bayinya. Sedang Azzam menatap tajam istrinya, ia sempat berpikir apakah Maryam tahu saat ia bertemu dengan Isya?

"Kamu ini May, ada-ada aja," ujar Zu.

"Beneraaan, apa kakak nggak gitu pas hamil? Apalagi ini hamil kedua? Pasti semakin tajam aja, setajam silet."

"Silet apaan May, ini kan radar," ujar Zu masih saja tertawa.

"Biarin aja salah yang penting cepet," sahut Maryam, tak lama kemudian Emir dan Isya pamit. Sekali lagi Maryam menatap wajah suaminya, Azzam yang merasa diawasi balik menatap Maryam yang terlihat tanpa ekspresi saat mereka bertatapan. Hingga kedua tamu itu ke luar dari ruang perawatan diantar Azlan, Maryam masih menatap Azzam.

"Ada apa kamu menatapku terus Dik?" tanya Azzam.

"Hanya memastikan saja, Mas hanya melihat aku."

"Kalian ini ada apa sih? Kak Azzam maaf ya, kemarin May ini ke rumah setelah dari supermarket, dia nangis, kalian tengkar apa gimana? Apa kalian ke supermarket bareng trus tengkar di sana? Aku sampe mikir gitu, karena May ini jarang nangis, kemarin nangis sampe laaamaaa, apa Mas ada masalah sama May?" tanya Zu dan Azzam kaget.

"Dik Maryam ke supermarket mana kemarin?" Azzam, Maryam menggeleng.

"Nggak penting juga Mas, ngapain sampe tanya supermarketnya, lagian nggak ada masalah kok Kak, lagi sensi aja, intinya apapun yang Mas Azzam lakukan jangan bohong sama aku, cepat ato lambat aku akan tahu kalo Mas bohong."

Azzam mengerutkan kening, ia merasa bingung dan bersamaan dengan itu Azlan masuk hingga pembicaraan mereka terpotong karena Azlan bertanya pada Azzam tentang perusahaan keluarga yang ada di Singapura yang awalnya dipegang Azzam kini kembali papa mereka yang ada di sana.

"May, kamu ini kenapa sih? Kok tadi gitu sama Isya, dia gak salah loh kalo memang kak Azzam masih suka sama dia, ya suamimu yang harusnya diterapi." Lirih suara Zu agar tak terdengar Azzam dan Azlan.

"Kak aku mau tanya, kalo kakak melihat suami kakak sama wanita lain di suatu tempat, wanita yang ternyata dikerjar-kejar sama suami kakak lagi, apa nggak illfeel, ditambah bohong, pamit ke sini eh taunya ke sini?"

Zu kaget, ia melepas bayinya dari dadanya dan Maryam mengendong keponakannya yang sudah tidur nyenyak.

"Kamu nggak salah lihat kan?"

"Apa aku perlu lihatkan mereka yang asik duduk berdua sambil sama-sama senyum? Ini ada di ponsel aku, kalo memang dia wanita yang menjaga keutuhan rumah tangganya sendiri dan rumah tangga orang lain, dia nggak akan mau diajak makan berdua sama suami orang, apalagi jelas-jelas laki-laki itu pernah tergila-gila dan terus tergila-gila sama dia, apa aku salah jika aku mulai nggak suka sama temen kakak itu?"

"Maaaay aku tahu Isya, aku nggak berteman satu dua bulan sama dia, aku yakin dia punya alasan menerima ajakan itu."

"Punya alasan atau tidak yang jelas dia salah, itu sudah tidak pada tempatnya."

"Malah aku punya pikiran Isya ingin menyelesaikan sesuatu yang sempat tertinggal di masa lalu," ujar Zu mencoba meyakinkan adiknya.

"Terserah kakak mau membela dia atau gimana, yang jelas siapapun yang sudah punya pasangan sah tapi masih saja bertemu dengan seseorang yang menjadi bagian dari masa lalunya itu tidak dibenarkan, lah ini sampe bohongin aku, apa tetap benar mereka di mata kakak? Pamitnya ke mana eh ternyata ke mana."

"Aku nggak bela Isya, May, dia loh cinta mati sama Mas Emir, perjuangannya untuk menjadi istri Mas Emir benar-benar mengorbankan perasaannya, dia nggak akan melepaskan Mas Emir demi laki-laki yang nggak dia cintai, aku yakin ini ada yang salah."

"Kalian ngomong apa sih, kok dari tadi bisik-bisik, dengan wajah sama-sama menakutkan gitu? Serius banget," tanya Azlan sambil tertawa, sedang Azzam kembali menatap istriya yang sejak awal melihat Isya sudah tak ingin berwajah ramah padanya.

"Pengen tahu Kak Azlan? Kami lagi diskusi tentang orang yang nggak pernah selesai dengan masa lalunya," sahut Maryam dan Azlan kembali tertawa.

"Rugilah ngingetin masa lalu, yang lewat selesai dah, bersyukur aku nggak punya masa lalu," ujar Azlan.

"Eh jangan nyindir ya, aku punya masa lalu yang gaaaak enak banget, tapi nggak akan pernah aku ingat lagi, masa lalu yang nyakitin gitu buang aja ke tempat sampah, aku nggak akan nukar kebahagiaan kita dengan mengingat masa lalu yang menyakitkan, alah Mas Azlan bilang gak punya masa lalu, lah dulu sama yang itu?"

"Alaaah aku menganggap dia bukan masa lalu karena dia sudah hilang dari pikiran aku, apalagi sejak anak pertama kita lahir ditambah yang kedua ini, sama sekali nggak berbekas, buat apa mengingat masa lalu, nggak ada gunanya," sahut Azlan.

" Ya harusnya gitu kak kalo kita punya pikiran waras, bukannya malah masih mengingat, berharap dan masih mengejar masa lalu yang nggak mungkin di raih, kan capek punya pasangan kayak gitu, lelah rasanya," sahut Maryam sambil menciumi kening keponakannya yang tertidur lelap.

"Kalo aku punya pasangan gitu akan aku tinggalkan dia, biar tahu rasa, sekalian sama-sama nggak dapat."

Kalimat terakhir Azlan membuat Maryam dan Azzam saling menatap entah apa yang ada dalam pikiran keduanya.

💖💖💖

12 Agustus 2020 (06.18)

Sekalian numpang promo ya 😘

Open PO
Menggapai Mimpi by Indrawahyuni
(373 halaman)
Rp. 99.500
Sinopsis

Livia ingin menjalani hidupnya berdua dengan anaknya, Renjana Biru Mahesa tanpa punya keinginan untuk menikah. Bahkan, tawaran berkali-kali dari laki-laki tulus bernama Adam hanya stuck sampai proses pendekatan saja, karena ia yakin suatu saat akan kembali bertemu dengan Victor, laki-laki yang tanpa sengaja telah meninggalkan benih padanya.
Harapan Livia akhirnya terwujud. Mereka bertemu lagi dalam keadaan jauh di luar harapan Livia. Ternyata Victor telah menikah. Akankah hidup Livia berlanjut? Atau Livia akhirnya menikah dengan Adam, tapi bayang-bayang Victor selalu membayangi?

"Akhirnya kau datang, setelah lima tahun berlalu. Namun, wanita yang mendekap lenganmu dengan erat membuatku sadar bahwa apa yang kita lakukan secara tak sengaja dulu tak membekas apa pun pada dirimu. Pergilah, menjauhlah jika kehadiranmu hanya menambah luka." (Livia)

#MenggapaiMimpi #Indrawahyuni #Indie #Selfpublish #PrintOnDemand #Buku #Novel #NovelindoPublishing #Novelindo77 #Penerbit #Percetakan

Format pemesanan
Nama
Alamat
Kota
Kelurahan
Kecamatan
Kode pos
Nomer hp
Judul buku
Transfer ke rek 0560368836 an Diana bank bca

Online Order

https://api.whatsapp.com/send?phone=62818331696

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro