Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tujuh belas




= Selamat Membaca =

***********************











Seorang gadis terbaring lemah tak berdaya di sebuah ranjang rumah sakit. Selang infus terlihat menancap di tangan nya, beberapa bagian tubuh nya sudah terbalut dengan perban, mulai dari tangan, kaki hingga kepala. Kondisi nya sudah terlihat cukup baik dibanding saat pertama kali dia dibawa ke rumah sakit ini, kini hanya tinggal menunggu kapan sang gadis akan siuman.

Mata sang gadis perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali. Sang gadis meringis saat merasakan sakit di sekujur tubuh nya, terutama bagian perut dan Kepala. Ia merasakan Kepala nya berdenyut hebat, namun ia tetap memaksakan dirinya untuk terjaga. Kedua mata nya terbuka dengan sempurna, lalu meneliti ke sekitarnya.

"Akhirnya bangun juga loe bucin" ledek Anin yang sedang duduk di kursi tak jauh dari ranjang shani.

"Demi apa dia bangun?" Teriak desy histeris

"Loe kaya gak seneng temen nya bangun" ucap angel "loe punya dendam apa sama dia" lanjutnya membuat desy menoyor pelan kepalanya.

"Lisan loe emang jahanam, maksud gue keren aja gitu dia udah sadar"

"Halah alasan, bilang aja loe dendam" Angel menatap desy dengan tatapan mengejek.

"Kalian berisik lagi gue mampusin!!" Ancam shani dengan nada datar dan pelan, namun masih bisa di dengar Anin. "Gue mau cari Gracia" lanjut shani yang hendak bangkit namun sedikitpun ia tidak dapat bangun akibat nyeri di sekujur tubuh nya.
"Awwhh ssshhh" shani meringis kesakitan.

"Gaya-gayaan masih ngancem, selang infus loe gue gunting sekarat loe shan"  ancam anin sambil terkekeh  "diem dulu shan, tunggu loe pulih. Lagian ini udah malem loe mau cari dia kemana? Kita dari tadi juga stres mikirin si esge, makanya sambil kita fikirin gimana caranya, sambil loe pulihin dulu kondisi loe" kalimat panjang lebar dari Anin membuat Shani diam.

Betul juga, bagaimana Shani mau mencari Gracia, sementara untuk bernafas aja saat ini Shani masih sulit. Shani hanya bisa berharap semoga Gracia baik-baik saja dimanapun ia berada.

"Kok kalian bisa disini?" Tanya shani yang kini menatap ke arah anin. "Berisik tau gak" lanjutnya membuat anin mendengus.

"Kagak ade bersyukurnya ya loe jadi bidadari" kesal Anin "Gue sama mereka mau nganterin tas loe sama gracia, pas gue nyampe kosan eh gue liat loe kek ayam abis dipotong shan, geletak ditanah terus banyak darah"  Kalimat anin membuat shani menatap nya tajam. "Harusnya loe makasih sama kita"

"Tunggu gue sembuh nin, gue mampusin loe" ancam Shani membuat anin terbahak.

"Enak betul kalo loe sakit gini shan, gue bisa balas dendam haha. eh tapi gracia kemana shan? Dan kenapa loe bisa ancur kek gini?" Tanya Anin yang mulai serius.

Shani diam mematung di tempatnya, seketika fikiran nya di penuhi oleh pertanyaan tentang Gracia, kemana mereka membawa gracia? Apa gadis nya itu baik-baik saja?

"Shan, jangan bengong nanti kesurupan" ucap desy yang entah sejak kapan sudah berada di samping shani, di susul angel di samping desy.

Mereka bertiga penasaran dengan apa yang terjadi pada Shani dan Gracia.

"Bcd!!" Umpat Shani "Pas gue balik sekolah, udah ada yang nungguin gue sama Gracia depan kosan, Katanya dia itu mami nya gre sama beberapa anak buah nya, mami nya maksa gre buat ikut, tapi gre gak mau. Akhirnya mereka nyeret Gre dan gue tahan dong, tapi gue kalah jumlah pas ngelawan mereka. Ya gini ending nya"

"Loe tuh emang banyak gaya shan shan" ucap desy sambil menggelengkan kepala nya "loe ampir mati tau gak, kenapa gak minta tolong aja sih, kaya nyawa bisa di instal ulang aja"

"Udah tau kosan nya sepi bego" Angel menjawab sambil menoyor kepala desy.

"Loe punya dendam apa njel sama gue" jawab desy kesal

"Kalian bacod mulu, kita mesti mikir kemana nyari si esge" lerai anin membuat mereka diam.

"Eh shan" ucap Anin tiba-tiba "tadi hp loe bunyi, gue angkat dong. Katanya dia kaka loe, sejak kapan loe punya kakak??"

Kalimat anin membuat shani menegang di tempat nya "loe kasih tau dia kalo gue disini" tanya shani membuat anin mengangguk.

"Iyalah, kan dia kakak loe. Masa gak gue kasih tau. Ini yang bayar rumah sakit ntar siapa?" 

"Gak lama lagi gue beneran mati" gumam shani.

"Kenapa sih shan?"  Tanya Desy yang melihat ketakutan shani.

"Kalian liat aja ntar" ucap shani.

"Yaudah lah shan, sekarang kita fikirin kemana nyari Gracia" Ucap desy.

"Loe kenal mami nya Gracia Shan?" Tanya Angel membuat Shani menggeleng.

"Kalo gue kenal, udah gue mampusin" ucap shani datar membuat anin mengambil pulpen di sakunya lalu memukul kening shani.

"Aduh anjir nin!! Gue bunuh loe" kesal shani sambil mengusap kening nya. Namun tetap hati-hati karena luka ditangannya masih terasa nyeri.

"Lagian main mampusin aja, calon mertua anjir. Gak dapet restu sukurin loe" ledek anin membuat desy dan angel ingin terbahak namun masih ditahan karena takut shani mengancam mereka.

"Jadi gimana? Loe inget wajah nya?" Tanya angel lagi

"Gue inget sekilas, muka nya nyeremin. Sombong, ya tipe-tipe emak-emak nyeremin gitu lah"

"Hmm susah juga" anin berfikir sambil menyimpan telunjuk nya di dagu "Gracia gak pernah kasih tau tentang keluarga nya?"

"Enggak pernah, dia trauma kalo bahas keluarga. gue cuma tau dia kabur dari rumah"

"Hmmm Kita fikirin sambil nunggu loe sembuh ya shan" ucap Angel "karena kita mesti nyari banyak informasi juga kan" lanjutnya.

"Bener kata si angel, sekarang siapa yang mau balik dulu? Gantian aja. Ntar malem kita nginep semua" ucap desy

"Gak usah, gue sendiri aja" tolak shani yang merasa tidak enak, dan tidak mau merepotkan teman-teman nya.

"Kita temen shan, gak mungkin juga kan gue biarin loe mati gak ada yang ngeliat"

"Nin beneran ya gue hajar ntar"

"Hahah, dah lah gue balik duluan. Sejam lagi  gue balik kesini"

Tuk....

"Anjir ANIN!! Aaawwhh ssshh"
teriak shani lalu meringis saat tangan nya yang masih terbalut perban di pukul oleh anin. Sementara sang pelaku malah tertawa lalu keluar meinggalkan desy dan angel yang juga terbahak melihat shani kesakitan.

-

Sementara Itu di sebuah kamar, Gracia sedang duduk sambil memeluk kedua lutut di atas tempat tidur. Mata Gracia terlihat membengkak akibat terlalu lama menangis, pergelangan tangan nya masih terlihat memerah akibat di seret paksa.

Hati Gracia tidak tenang memikirkan Shani yang terakhir kali ia lihat tergeletak tak berdaya, Gracia berharap semoga Shani baik-baik saja, walaupun hati nya tak yakin sama sekali.

"Shanii..." lirih Gracia sambil menghapus air mata yang kembali mengalir di pipi nya. "Ini yang aku takutin shani, hidup tanpa kamu. Aku gak bisa shani, aku takut" lanjutnya dengan lirih.

Gracia merebahkan tubuh nya di kasur dengan posisi menyamping, memeluk erat guling sambil menenggelamkan wajahnya disana. Menangis sejadi nya, meratapi nasib nya kini.

Ceklek.

"Bangun terus makan!!" Suara sarat perintah dari Mami Gracia membuat gracia mengeratkan pelukan nya pada guling.

"Gak!!" Tolak Gracia tanpa menoleh sama sekali.

"Jangan sampe mami harus nyeret kamu lagi"

"Gege Gak mau, gege mau pulang sama Shani!!"

"DASAR ANAK GAK TAU DIRI!!!"

Brakk!!

Pintu di tutup dengan kasar, membuat tubuh Gracia terlonjak. Bukan hanya tubuh nya yang kaget, namun hati dan perasaan nya ikut kaget, terkoyak oleh sesuatu tak kasat mata saat kalimat keras dari sang mami menghantam jiwa nya dengan keras.

"Shaniii hikkssss"

___


Malam semakin larut, Shani tak dapat memejamkan matanya barang sejenak. Fikiranya terus berputar memikirkan nasib Gracia. Sungguh rasanya Shani ingin sekali pergi mencari Gracia malam ini juga, kemanapun akan shani cari, bahkan jika perlu ujung dunia akan jadi tujuannya.

"Geee.. kamu baik-baik aja gak?" Gumam Shani. Air mata shani jatuh membasahi pipi, air mata yang tak pernah ia keluarkan sejak kematian kedua orang tua nya. Kini dapat ia rasakan lagi sensasi nya, mengalir deras dari pipi hingga lehernya. 

Shani merutuki kebodohan nya karena tak bisa berbuat apa-apa, terus menyalahkan dirinya karena gagal menjaga Gadis kesayangannya.

Shani mengusap air matanya, berjani pada diri nya sendiri untuk bisa menjaga Gracia lebih kuat lagi Nantinya.

"Tunggu aku Gee" lirih shani "aku janji bawa kamu pulang" lanjutnya.

Shani berusaha memejamkan matanya, shani harus istirahat agar bisa pulih dengan cepat untuk mencari Gracia.

_

Pagi datang terlalu cepat, rasanya Anin, Desy dan Angel baru saja tidur dan kini mereka bertiga harus bangun.

Anin dan Angel yang tidur di kasur samping shani kompak mengerjap, keduanya merentangkan tangan sehingga mau tak mau tangan mereka saling bertabrakan.

"Ish!! Awas angel. Gue mau ngulet" kesal anin menjauhkan tangan angel.

"Gue pegel banget astaga, diem bentaran nin" timpal Angel, lalu merubah posisi nya menjadi duduk, di susul oleh Anin dengan posisi yang sama.

Sementara Desy yang tidur di sofa, kini sudah merubah posisinya menjadi duduk, mengucek kedua matanya lalu menatap teman-teman nya.

"Morning gaes!!" Sapa Desy

"Bapak lu morning" sarkas Anin

"Morning pala lu" ucap Angel "noh liat jam"
Tunjuk nya pada jam dinding.

"Jam 9 elah, masih pagi" ucap desy santai, namun sedetik kemudian ia tersadar "jam 9 anjir!!! Demi apa kita bolos berjamaah??" Teriaknya cukup kencang, membuat tidur Shani terusik.

Shani dengan terpaksa membuka kedua matanya, kepala nya berdenyut hebat di satu sisi, membuat nya meringis sambil memegangi bagian yang sakit.

"Loe gak apa Shan?" Panik Anin lalu turun menghampiri Shani.

"Loe sih des berisik ah" ucap Angel

"Aing lagi" gumam desy.

"Gak apa Nin, gue cuma kurang tidur"

"Mau gue panggil dokter?" Tawar Angel
Namun shani menggeleng

"Gak usah, ntar dateng sendiri"

Anin dan Angel kompak mengangguk, mereka bertiga kini bergantian untuk membersihkan diri di kamar mandi.

30 menit berlalu mereka sudah selesai dengan kegiatan nya, Shani juga sudah di periksa oleh dokter tadi. Kini mereka bertiga sedang makan di sofa, sementara Shani masih melamun di ranjangnya.


Ceklek

"Siang!!" Sapa seseorang dengan nada tidak ramah. Membuat semuanya kompak menoleh, tak terkecuali Shani yang kini menegang di tempatnya.

"Bilang sama gue loe mau mati kapan?" Sebuah kalimat pedas dilontarkan seseorang tersebut sambil melipat kedua tangan nya di depan dada.

Anin, Desy dan Angel kompak menghentikan gerakan sendok mereka di udara, saling pandang kemudian kompak menelan makanan di mulut mereka.

"K-kaak" ucap Shani terbata "kok udah kesini?" Tanyanya dengan ragu.

Seseorang yang Shani panggil kaka kemudian duduk di kursi samping ranjang shani.

"Lupa tiga hari lagi ulang tahun loe? Udah waktunya gue nyeret loe. Gak bersyukur banget gue dateng"

"Ya gak gitu kak maksudnya"

"Loe ngapain lagi sih ampe babak belur gini? Cape lama-lama gue ngurusin loe" omel sang kaka membuat shani mendengus "padahal mati aja sih, biar gue bebas"
Lanjut nya membuat anin, angel dan desy menatap horor.

Jika Shani adalah manusia yang tingkat kepedasan lisan nya berada di level 50, mungkin kaka nya ini berada di level 100. Mereka bertiga bergidig ngeri mendengar kalimat yang dilontarkan kakak shani.

"Ga ada adab nya ngomong sama adek sendiri" ucap shani "lagian kalo kesini cuma mau ngomel mending balik Jerman sana ah" usir shani membuat sang kaka memukul tangan shani yang di balut perban.

"BEBY GUE MAMPUSIN LOE!! SAKIIIT CUNGKRING"

Shani berteriak lalu mengaduh kesakitan, merasakan nyeri di sekitar tangan nya, bahkan kini menjalar ke seluruh tubuh nya.

"Lagian loe jadi adek kagak ada sopan-sopan nya, udah untung gue samperin" omel beby membuat Shani mendengus.

Anin, desy dan Angel kompak saling pandang, mereka bertiga dibuat heran dengan interaksi kakak beradik di depan mereka yang terlihat sangat menarik dan sayang untuk di lewatkan. Begitu rupanya cara mereka menunjukkan kasih sayang mereka. Aneh memang.

"Kakak adek paling jahanam no 1 versi on the sput" batin  anin

"bar-bar nya sama, emak nya ngidam petasan gue yakin" batin Desy

"Suatu kehormatan bertemu keluarga anarkis seperti mereka" batin angel.

"Males gue punya kakak macem loe" cibir shani

"Heh batang bambu, kalo bukan karena adanya gue, loe gak bakal hidup tenang, loe gak bakal bisa haha hihi. Kalo sekolah itu bukan punya gue, dan kalo bu Kinal bukan tangan kanan gue, udah gue pastiin loe dikeluarin dari sekolah karena bikin masalah terus, gue jamin loe bakal luntang-lantung gak guna tau gak!!" Kalimat panjang lebar dari Beby membuat shani semakin kesal.

"Gak usah Riya loe, itu kewajiban loe sebagai kaka tau gak"

"Lagi gini aja loe bahas kewajiban hah!! Dan inget juga, kalo bukan karena gue mungkin loe sama Gra-..." kalimat beby terhenti, ia langsung mengalihkan pandangan nya pada ketiga teman nya. Alis beby bertautan kala menyadari sesuatu "Gracia mana ??" Tanya nya.

"Riya mulu sih" cibir shani.

Beby bangkit lalu menghampiri Anin, Desy dan Angel yang telah selesai makan. Ketiga nya menegang kala melihat tatapan beby yang sulit diartikan.

"Selamat siang, Nama saya Beby Chaesara maaf jika kehadiran saya mengganggu ketenangan kalian" kalimat formal dan sopan dari beby membuat ketiganya bingung, cepat sekali perubahan sikap dari orang di hadapan nya ini.

"Perkenalkan saya Beby, kaka nya manusia gak tau diri itu. Kalian pasti teman nya dia, terimakasih dan maaf sudah merepotkan kalian karena harus menjaga adik saya"

Anin yang terpesona oleh beby, langsung tersenyum manis "gak papa kak, kami gak keberatan kok. Sudah kewajiban saya dan mereka menjaga shani. Karena shani teman kita"

"PENCITRAAN!!!" batin Shani, Angel dan Desy.

"Sekali lagi terimakasih, Jika boleh saya ingin minta penjelasan atas apa yang terjadi dengan adik saya" Tanya beby lagi.

"Kami gak tau pastinya kak, karena kami nemuin shani udah babak belur gitu. Lebih baik tanya shani langsung" ucap angel membuat beby mengangguk, lalu kembali duduk di samping Shani.

"Jelasin!!" Tegas beby

Shani mulai menjelaskan awal bagaimana hal ini bisa terjadi pada Shani dan Gracia, terlihat ekspresi marah tercetak jelas di wajah beby. Berani-berani nya ada yang membuat adik kesayangan beby babak belur seperti ini. Tak hanya itu, beby juga marah karena mereka membawa Gracia secara paksa, beby memang tidak pernah bertemu langsung dengan Gracia, namun dari cerita shani dan beberapa informasi yang ia dapat dari kinal, membuat Beby dengan mudah menerima dan menyayangi Gracia.

Beby mengeluarkan ponsel pintar nya, mencari kontak seseorang lalu menelpon nya.

"Cari semua informasi mengenai Shania Gracia, saya tunggu 2 jam dari sekarang" beby mematikan sambungan telpon nya, menyimpan kembali ponsel nya di saku.

Beby bangkit dari duduk nya "Kaka pastiin Gracia akan pulang bersama kita" ucap beby membuat shani menyunggingkan senyum nya "Mereka harus menerima balasan setimpal karena berani mengusik keluarga Anadila" lanjut beby lalu memutar tubuh nya, keluar dari kamar inap shani.


"Gee... Tunggu aku"









= Tbc =

-Senyum Gracia terekam jelas di ingatanku, Seperti Foto Shani dengan sejuta warna-




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro