sembilan
= Selamat Membaca =
**********************
"Shanshine.."
"Mm??"
"Kaka kamu jadi TKW nya masih lama??" Tanya gracia.
Gracia ingat shani bilang bahwa kaka nya bekerja di Luar negri. saat gracia bertanya apa pekerjaan nya, shani hanya menjawab jadi 'TKW'.
"Kayanya enggak lama lagi, kenapa gitu??"
Tanya shani
"Pengen ketemu aja sih, mau lihat cantikan kamu apa kaka kamu"
"Akulah pasti"
"Gak mungkin ih, kamu kaya gembel gini"
Shani hanya terkekeh.
Shani dan gracia sedang duduk diatas kasur mereka, dengan posisi shani memeluk gracia dari belakang. Sementara gracia mengusap tangan shani yang melingkar di perutnya.
"Gembel gini aku tetep paling cantik loh"
"Kamu gak cium-cium bisa gak sih!!?"
Kesal gracia karena beberapa kali shani mengecup lehernya. Bukan tidak senang, hanya saja gracia merasa merinding setiap shani mencium lehernya.
"Basah tuh leher aku" gracia mengusap lehernya yang basah akibat ulah shani.
"Diem aja"
"Keenakan kamu" gracia hendak menarik dirinya, namun pelukan shani sangat kuat.
Membuat gracia menyerah. "Jangan kecup-kecup basah gitu astaga!!"
Shani hanya terkekeh.
"Shan..
"Kenapa hmm??"
"Kamu kenapa setiap aku tanya tentang keluarga kamu, kamu selalu jawab nanti ada saatnya"
Shani mengecup leher gracia sekilas sebelum menjawab pertanyaan gracia "kalo aku bilang nanti, ya nanti. Cukup kamu tau kalo aku cuma punya kaka aja, karena orang tua aku udah gak ada"
Gracia mengangguk "yaudah deh, gimana kamu aja"
"Tapi kalo aku tanya mantan kamu gimana??"
Shani terkekeh "mantan itu cuma masa lalu"
"Tapi tetep aja aku mau tau"
"Buat apa mengingat masa lalu, jika masa depan lebih menjanjikan"
"Cantik dia apa aku??"
"Ya jelas dia lah"
"Aw..aw.. sshh.. sakit astaga!"
Shani meringis ketika perutnya dicubit keras oleh gracia.
"Ngeselin"
"Yang cantik itu banyak, gak cuma dia. Tapi yang aku sayang cuma kamu"
Shani kembali memeluk gracia, karena tadi pelukan nya terlepas saat gracia mencubit shani.
"Gombal"
"Fakta"
"Kalo misal ada yang lebih sempurna dari aku gimana?"
"Gak ada yang Sempurna di dunia ini, selain Tuhan dan aku"
Gracia melepas pelukan nya lalu menatap tajam shani "pede banget sih" kesal gracia
"Awas aku mau tidur ah"
Gracia bergeser lalu merebahkan dirinya membelakangi shani.
Shani menggelengkan kepala nya lalu ikut merebah kan diri. Memeluk gracia dari belakang.
"Sesempurna apapun seseorang, gak akan bisa ngegeser kamu satu mili pun dari hati aku. Aku cuma mau kamu, Shania Gracia. Good night"
Gracia tersenyum sambil mengusap tangan shani yang melingkar di pelukannya. Terpejam menikmati kehangatan yang menyelusup saat shani mencium pucuk kepalanya. Menikmati dekapan hangat yang selalu bisa membuat nya tidur dengan nyenyak.
---
"Abin!!"
"Apa ??"
"Anter kamar mandi yuk"
"Shani kemana emang ge??"
"Ke kantin beliin gue minum"
"Ish. Yaudah yok"
Pagi ini kebetulan Jamkos, karena guru yang mengajar sedang ada urusan.
Anin dan gracia berjalan ke arah kamar mandi.
Gracia telah selesai dari kamar mandi, sementara anin masih di dalam kamar mandi, entahlah anin ngapain.
Gracia menatap pantulan diri nya di cermin, merapikan sedikit seragam nya, lalu tersenyum "loe emang cantik gracia" gumam nya.
Gracia menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka, disana Sosok vienny tersenyum remeh ke arah gracia, membuat gracia menatap penuh tanya.
Vienny berjalan kearah gracia, lalu berbisik.
"gue bakal rebut apa yang seharus nya menjadi milik gue"
Vienny berlalu ke bilik kamar mandi, meninggalkan gracia yang berdiri mematung.
Gracia mengerjap ketika bahu nya di tepuk oleh seseorang. "Kamu kok ngelamun??"
Gracia yang terkejut langsung sedikit mundur, dan menghela nafas lega saat di depan nya ada shani.
"Gak ngelamun, kamu ngagetin aja sih"
"Justru karena kamu ngelamun jadinya kaget"
Ucapan vienny kembali terngiang, harus kah dia bertanya pada shani.
"Kok kamu gak nunggu aku sih? Anin mana??" Tanya shani
Seseorang keluar dari bilik kamar mandi "eh loe shan, pake di susulin segala elah. Bentaran doang juga" omel anin.
"Ayo ke kelas ah, bentar lagi pelajaran kedua" ajak gracia.
Mereka bertiga kembali ke kelas.
--
Shani menatap gracia dengan intens, gadis nya itu terlihat diam setelah dari kamar mandi tadi.
"Kok ngelamun terus? Ada masalah ??"
"Enggak, cuma ngantuk aja"
Shani menghela nafas, bagi shani sikap gracia saat ini tidak ada dalam kamus nya, setau shani gracia akan merengek jika mengantuk, lapar atau ingin sesuatu. Bukan melamun seperti ini.
Bahkan jika ada masalah, gracia akan langsung berbicara pada shani. Apalagi menyangkut hal yang tak ia sukai.
Sementara Gracia mencoba kembali memfokuskan diri, namun sial dia gagal. Ucapan vienny terus berputar di fikiran nya.
"Maksudnya apasih??" Batin gracia.
-
"Buku gue ketinggalan di perpus" ucap shani tiba², lalu menghentikan langkah nya.
Tadi kelas shani memang belajar di perpus, bodohnya shani lupa jika ia menyimpan buku nya di rak perpustakaan.
"duluan aja ya" ucap shani pada gracia. "Abin, jagain" titah shani
"Males shan" canda anin "sana ah buru, nanti nyusul ke kantin ya" ucap anin lalu menarik tangan gracia.
Shani mengangguk, lalu berjalan kembali ke perpus.
Grepppp...
"Lepas!!" ucap shani sambil menarik tangannya yang di cekal seseorang.
"Gue cuma mau ngomong sebentar sayang"
Ucap seseorang itu dengan lembut di telinga shani.
"Gue gak ada waktu Vin"
Bentak shani, lalu berbalik hendak menghindar dari vienny.
"Dulu aja 24 jam buat aku"
Ucap vienny yang kini malah memeluk erat shani dari belakang.
Dengan sekali hentakan, shani melepas pelukan Vienny.
"Jangan ganggu gue lagi, kita udah gak ada apa²"
"Kalo gue gak mau?" Vienny tersenyum miring.
"Gue gak peduli"
Shani langsung meninggal kan vienny, dan melupakan tujuan utama nya.
Shani mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru kantin. Shani tersenyum saat gracia melambaikan tangan nya.
Shani berjalan ke pojok kantin, dimana gracia dan teman² nya duduk.
10 langkah lagi ke meja gracia, Shani merasa kan bahwa seseorang sedang mengikutinya kini, shani berbalik dengan sekali hentakan.
Cup..
Grepp..
Satu kantin menegang melihat adegan yang baru saja di tampilkan. Shani yang baru saja membalikan badannya, menerima sebuah ciuman di pipi kanan nya, sebelum tubuhnya di peluk oleh vienny.
Adegan itu tak luput dari pandangan gracia, hingga sendok yang dipegang nya pun jatuh. Anin,desy dan Angel pun tak kalah terkejut.
"APA-APAAN LOE??" bentak shani setelah mendorong tubuh vienny melepas pelukan nya. Lalu mengusap kasar pipi nya yang dicium vienny.
Suasana kantin hening, mereka bisa merasakan aura hitam yang menyelubungi shani saat ini, jangan kan untuk berkomentar, menarik nafas saja seolah mereka takut.
"Kenapa?? Biasa nya suka kalo gue cium" tantang vienny sambil melirik ke arah gracia.
Mata gracia memerah, nafas gracia memburu, menahan sesuatu yang ingin meledak sekarang juga. Anin yang menyadari itu, langsung beralih ke sisi gracia dan membawa nya ke pelukan anin.
"gue gak punya urusan lagi sama loe vin" tunjuk shani tepat di depan wajah vienny.
Vienny terkekeh, "Gue masih pacar loe san, kemarin, hari ini, dan seterusnya"
"Cih!! Tutup mulut loe vin"
"Kenapa sayang, Biar semua tau kalo loe itu cuma punya gue" ucap vienny sambil menekan kata Punya gue.
Gracia melepas pelukan anin, lalu berdiri dari duduk nya.
"Mau kemana?" Anin menahan tangan gracia.
Gracia tersenyum lemah, lalu melepas genggaman anin.
Gracia berjalan kearah shani dan Vienny.
Hingga kini ia berada disamping shani.
"Gee.." ucap shani lembut dengan tatapan yang penuh sesal. Berbeda dengan tatapan saat menatap vienny tadi.
Gracia tersenyum lemah, gracia sedikit berjinjit lalu mencium pipi shani agak lama, tepat di pipi yang vienny cium tadi.
"Pipi kamu kotor" ucap gracia sambil mengelus pipi yang di cium nya tadi.
Shani menutup matanya sejenak, lalu membawa tangan gracia dari pipinya, dan menggenggam nya.
"Ayo ke kelas"
Ajak gracia sambil merangkul pinggang shani. Berjalan melewati vienny.
Sementara vienny hanya tersenyum remeh menatap kepergian gracia dan shani.
---
Gracia melangkah menuju kelas nya, langkah nya terhenti di meja Anin, lalu duduk di kursi milik anin. Tentunya diikuti shani di samping nya.
Hening...
Tak ada percakapan sama sekali, gracia hanya menatap datar tembok di depan nya. Sementara shani fokus menatap gracia yang kini entah memikirkan apa.
Anin menaikkan sebelah alisnya saat melihat bangku nya diisi gracia, tanpa berniat bertanya, anin langsung duduk di tempat gracia diikuti desy yang duduk di samping Anin.
Bel masuk sudah berbunyi, gracia dan shani tak berniat sedikit pun untuk membuka suara.
Gracia menelungkupkan kepalanya di meja. Sebenarnya dia ingin sekali menampar Vienny saat itu juga, tapi seolah ada hal yang lebih penting yang harus di bahas, gracia memilih menarik tangan shani.
Tapi nyatanya shani tidak membahas apapun, malah sengaja mendiamkan gracia.
"Vienny siapa nya shani" batin gracia yang kini tenggelam dengan lamunan nya.
Gracia mengerjap ketika tangan nya ditarik oleh shani.
"Ayo, katanya pusing. Aku udah izin bawa kamu ke UKS"
Gracia menatap heran, kapan dia bilang bahwa dia pusing? Dan Kapan shani minta izin ke UKS?
Gracia tidak ambil pusing. Karena jujur gracia juga tidak ingin berlama-lama dikelas ini. Segera berdiri lalu berjalan keluar bersama shani.
Shani menuntun gracia ke belakang sekolah, merasa arah nya salah. Gracia langsung melayangkan protes.
"Ini mau kemana? UKS disana" ucap gracia dingin.
"Bolos"
"Kamu mau bawa aku kemana sih??"
Shani terus menarik gracia, sampai mereka berhasil keluar dari sekolah.
Shani mengajak gracia menuju Halte, bertepatan dengan berhenti nya sebuah bis kota.
Gracia hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan shani. Gracia lebih memilih menatap keluar jendela, sambil melipat tangan di dada.
--
Gracia menjatuhkan tubuh nya di sofa. Memejamkan sejenak matanya sambil bersandar.
Gracia merasakan kedua tangan nya di genggam, gracia membuka matanya dan melihat shani sedang berlutut di hadapannya.
Shani mengecup kedua punggung tangan gracia, sebelum menjatuhkan kepala nya di pangkuan gracia.
"Kamu mau jelasin??" Tanya gracia yang kini sudah merubah intonasi nya menjadi lebih lembut.
Tak ada jawaban dari shani.
Gracia mencium pucuk kepala shani cukup lama, menyalurkan semua rasa sayangnya untuk gadis yang sudah menyelamatkan hidupnya ini.
"Apa yang kamu sembunyiin dari aku?" Lanjut gracia
Shani menegakkan kepalanya
"Vienny mantan aku pas SMP, dia selingkuh sama temen sekelasnya. Sejak saat itu aku pindah kesini, lanjut sekolah disini. Dan aku juga gak nyangka bakal ketemu dia disini"
"Apa yang belum kamu selesaikan sama dia?" Tanya gracia seolah tak puas dengan jawaban shani.
"Diantara kita memang gak ada yang mengucapkan kata putus, tapi semenjak aku tau dia selingkuh di depan mata aku sendiri. Sejak saat itu aku sudah menganggap hubungan kita berakhir"
Gracia diam seribu bahasa, hati nya sakit mendengar penjelasan shani. Serasa ada ribuan duri yang menancap di hati nya saat ini.
Gracia berdiri dari duduk nya. Melangkah pergi ke kamar nya setelah mengucapkan sebuah kalimat yang membuat shani menegang di tempatnya.
"Selesaikan apa yang belum kamu selesai kan, setelah itu baru aku mau bicara sama kamu"
= Tbc =
-Senyum Gracia terekam jelas di ingatanku, seperti foto Shani dengan sejuta warna-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro