Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua puluh satu (End)





= Selamat Membaca =

***************************






Waktu terus berlalu, musim penghujan tiba sejak seminggu yang lalu. Hampir setiap hari hujan menyapa, bahkan sejak semalam rintik hujan sudah membasahi bumi dengan lembut hingga pagi datang.

Hujan yang terus turun Membuat Sang gadis bergigi gingsul terbuai untuk kembali terlelap, padahal kedua mata nya sempat terbuka beberapa detik, namun bukan nya bangun, ia malah merapatkan tubuhnya sambil mengeratkan pelukan nya pada gadis disamping nya.

Sang gadis satu nya yang merasa tubuh nya di monopoli dan dipeluk sangat erat segera membuka matanya, menatap dengan lembut diiringi senyuman khas nya, yang jarang sekali ia tunjukkan pada orang lain, selain gadis dihadapannya. "Bangun dong" ucap nya sambil mencium puncak kepala gadis bergigi gingsul "hari ini kan acara kelulusan" lanjutnya sambil berusaha melepas tangan nya yang ikut di peluk erat.

"Gak usah ikut aja aku ngantuk gembel" gumam gadis bergigi gingsul, Gracia. "Yang penting kita udah lulus kan?" lanjutnya seraya kembali mengeratkan pelukan nya pada Shani.

Shani yang sudah berhasil membebaskan sebelah tangan nya langsung mendorong tubuh Gracia dan menatap wajah nya "kan sekalian pamitan sayang" ucap Shani, sontak membuat kedua mata Gracia terbuka sempurna.

"Pamitan?" Tanya nya heran.

Oh ayolah, ini masih terlalu pagi bagi Gracia, otak nya belum bisa menerka-nerka maksud kalimat Shani barusan.

Shani berusaha tersenyum sambil mengusap pipi Gracia "kita pamitan sama Anin, Angel dan Desy. Besok kita ikut kak Beby pulang" ucap nya dengan hati-hati. Karena Shani tau bahwa gadis dihadapan nya ini masih terkejut dengan kalimat shani.

Kalimat shani membuat Gracia diam sejenak, pagi-pagi begini otak lumayan cerdas nya harus bekerja ekstra, mencerna apa maksud kalimat Shani barusan.

Kening Gracia membentuk sebuah kerutan "Pulang?" Satu kata tanya kembali Gracia lontarkan "kemana?" Lanjutnya penuh tuntutan.

Shani sangat mengerti hal ini terlalu mengejutkan untuk Gracia, pasalnya Shani memang tidak memberitahu rencana ini pada Gracia sejak awal. Karena shani tidak mau menambah beban fikiran Gracia.

Tangan Shani bergerak merapikan beberapa helai rambut yang sedikit menghalangi wajah cantik Gracia "inget kan pas aku ajak kamu bikin paspor yang aku bilang buat liburan?" Tanya Shani yang dijawab anggukan oleh Gracia.

"Itu sebenernya bukan buat liburan, Maaf kalo aku baru kasih tau kamu tentang hal ini, tapi aku punya alasan untuk itu" tangan Shani bergerak mengambil sebelah tangan Gracia, lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat di punggung tangan nya "Aku mau bawa kamu tinggal sama aku sama kak Beby, kita mulai hidup baru kita di sana. Kita mulai semuanya dari awal" lanjutnya.

Penjelasan dari Shani dicerna perlahan oleh otak Gracia, ia masih diam, beberapa detik otak nya mulai bisa mencerna kalimat Shani, kemudian dirinya mengangguk sambil menampilkan senyum nya "aku ikut kemana pun kamu pergi shani" senyum Gracia menular membuat shani ikut tersenyum dengan perasaan lega "asal sama kamu, kemanapun aku akan ikut" lanjutnya membuat Shani menarik tubuh Gracia dalam pelukan.

"Makasih sayang" ucap Shani tulus disela pelukan nya.

"Aku yang harus nya bilang terimakasih, karena berkat kamu aku bisa terus hidup"

Shani mengelus kepala Gracia dengan lembut, menikmati setiap detik kenyamanan yang tercipta.
"Berkat kamu juga aku belajar banyak hal, dan bisa sekuat ini dalam menjalani hidup"
Shani mencium puncak kepala Gracia cukup lama. Menyalurkan semua perasaan nya pada gadis yang mampu membuat Shani menjadi sosok bucin seketika.

Lama mereka dalam posisinya, Shani memutuskan untuk menyudahi sesi pelukan nya. "Mandi yuk, siap-siap. Kak beby jemput kita nanti"

Gracia menarik diri, lalu menatap heran "loh kak beby udah dateng?" Tanya Gracia membuat Shani mengangguk.

"Dari 3 hari yang lalu. Katanya mau ikut ke sekolah, ada urusan sama bu kinal"

Gracia mengangguk lemah "Okedeh sana mandi duluan ah, aku mau merem 10 menit lagi" ucap Gracia santai lalu memejamkan matanya membuat shani mendengus.

"Gak ada, buru kamu mandi. Aku mau siapin sarapan"

"Ck!!! Ganggu kesenangan orang aja. Ujan tuh enak nya bobo bukan mandi"

"Buruan sana!!!"

"Iyaa bawel"

Gracia segera beranjak lalu berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Shani yang kini tersenyum sambil menatap punggung Gracia hingga hilang di balik pintu kamar mandi.

__

Shani dan Gracia sudah bersiap untuk acara hari ini, keduanya sedang menikmati sarapan sambil berbincang ringan.

"Ini barang-barang aku nanti gimana?" Tanya Gracia sambil menikmati Nasi goreng nya.

"Biarin anak-anak aja yang urus, lagian kita bisa beli yang baru disana"

Merasa hal tersebut bukan sesuatu yang harus di perdebatkan, Gracia segera mengangguk "terserah kamu aja"

Shani menyimpan piring yang sudah kosong ke samping tubuh nya "Kamu udah siap kan pamitan sama mereka?" Satu kalimat Shani kembali membuat Gracia tak bergeming.

Hening

Gracia diam di tempatnya, bahkan gerakan tangan nya berhenti, hingga sendok yang ia pegang jatuh ke piring, menimbulkan bunyi yang cukup kencang. Gracia sepertinya tidak berniat menjawab pertanyaan Shani sama sekali.

Hal tersebut membuat Shani menghela nafas dalam, lalu menghembuskan nya perlahan "Aku tau ini pasti berat, karena aku juga seperti itu. Aku juga gak mau pisah sama mereka. Tapi aku sudah janji sama kak beby" Shani mencoba kembali menjelas kan dengan perlahan "aku janji, kita akan kesini untuk mengunjungi mereka sesekali"

Kalimat Shani mulai membuat Gracia bereaksi, disimpan nya piring yang ia pegang ke samping tubuh nya. Segera ia menghambur ke pelukan Shani "siap atau tidak, aku harus siap. Karena pilihan aku tetap kamu"

Shani membalas pelukan Gracia dengan sebelah tangan nya, sementara sebelah tangan nya lagi mengusap kepala Gracia.
"Makasih" ucap Shani tulus.

Gracia melepas pelukan nya, setetes air mata jatuh di sudut matanya "aku belum bisa bayangin gimana sepi nya hidup aku tanpa mereka" ucap gracia sambil menghapus air mata nya yang mulai mengalir "tapi aku yakin, selama ada kamu dan cukup ada kamu, aku akan selalu baik-baik saja"

Tangan Shani mengambil alih tugas tangan Gracia untuk menghapus air mata di pipi nya "Aku tau ini gak mudah, aku juga ngerasain hal yang sama" Shani menjeda kalimatnya, dengan telaten ia menghapus air mata Gracia dengan ibu jari nya. "Sesayang itu kamu sama mereka?" Tanya Shani membuat Gracia mengangguk mantap.

"Mereka cukup berperan besar dalam hidup aku dan kamu juga, mereka juga yang bikin hidup aku lebih berwarna. Tapi itu semua belum sebanding sama apa yang kamu kasih dan kamu lakuin buat aku. Jadi, aku tetep milih ikut kamu sekalipun harus ninggalin mereka"

Shani tersenyum hangat saat mendengar rentetan kalimat Gracia, namun tak bisa ia pungkiri ada sesuatu yang mengusik hati nya saat ini. Shani bisa melihat kesedihan yang cukup dalam dimata Gracia, berat memang meninggalkan Anin, Angel dan Desy, karena ia juga merasakan hal yang sama. Tapi mau bagaimana lagi, keputusan Shani sudah bulat dan tak bisa di rubah lagi.

"Abisin makan nya gih, kak beby sebentar lagi jemput"

Gracia menggeleng "udah kenyang"

"Yaudah, aku ambilin minum ya"

Gracia mengangguk, membuat Shani segera bangkit membawa piring miliknya dan Gracia ke dapur sekalian mengambil minum. Meninggalkan Gracia yang kini termenung memikirkan bagaimana caranya pamit pada ketiga sahabatnya.

"Pamit yaa??"

__

"Kak kita jadi ke tempat mama papa dulu kan?" ucap Shani pada Beby yang duduk di depan, sementara diri nya dan Gracia duduk di belakang.

"Iyaa, kaka udah beli bunga kok"

"Okee"

Sepanjang perjalanan Gracia hanya diam, membuat shani sedikit bingung dengan sikap gadis kesayangan nya ini.

"Kamu sariawan?" Tanya shani membuat Gracia mendengus "diem mulu" lanjutnya membuat Gracia langsung menoleh

"Ngawur!!" Jawab nya ketus

"La terus kenapa?"

"Lagi nyusun kalimat yang pas buat di ucapin ke mama papa kamu" ucap nya membuat shani terkekeh.

"Gak usah grogi gitu ah"

"Gausah rese, diem aja. Ntar kalimat aku buyar semua" ucap Gracia sambil membuang pandangan ke jendela samping nya.

Shani hanya terkekeh lalu mengambil sebelah tangan Gracia, menggenggam nya sepanjang perjalanan hingga sampai di area pemakaman.

Semesta seolah mendukung kedatangan Shani, Gracia dan Beby kesini. Karena tadi hujan tiba-tiba saja berhenti, langit yang cerah mengiringi perjalanan mereka kesini.

Beby, Shani dan Gracia berjalan masuk ke area pemakaman, menuju tempat di mana Orang tua Shani dan Beby di makamkan.

Beby berhenti lalu berjongkok, di antar dua makam yang selalu terawat dengan baik diikuti Shani dan Gracia.
"Pah, mah lama ya anak bandel ini gak nengok papa mama" ucap beby sambil menaburkan bunga yang ia bawa di atas makam sang papa, sementara Shani menabur bunga diatas makam sang mama dibantu Gracia.

Beby menghela nafas dalam, lalu menghembuskan nya dengan cepat. Tiba-tiba saja dada nya sangat sesak, namun ia berusaha tetap melanjutkan kalimatnya.
"Beby sehat-sehat aja kok, nih beby bawa anak bandel kesayangan mama. Makin bandel loh dia" lanjutnya seraya menatap ke arah shani. Beby menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi nya "Beby janji sama papa mama bakal gantiin peran papa mama jagain Shani, jagain semua peninggalan kalian. Beby minta izin bawa Shani ya pah mah, nanti beby sama Shani pasti pulang buat nengok kalian"

Beby berusaha mengatur nafas nya, dada nya semakin sesak hingga ia tak mampu lagi mengucap bahkan hanya sebuah kata.

Shani tak lagi mendengar kalimat dari mulut beby, ia tahu bahwa kaka nya sedang berusaha menahan tangis nya agar tak semakin menjadi. "Papa... main catur lagi yuk" kalimat Dari Shani sukses membuat air mata Beby dan Gracia semakin mengalir deras, mereka bisa merasakan bagaimana rindunya Shani pada kedua orang tua nya "mama... ajarin shani masak lagi yaa. Shani janji gak akan acak-acak dapur mama" Shani menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan sesuatu yang sejak tadi sudah melesak meminta dikeluarkan. Kepala Shani mendongak, menatap langit sejenak, lalu kembali menatap makam mama papa nya bergantian "Mah pah Shani kangen" Mata Shani berkedip membuat air mata yang ia tahan sejak tadi mengalir di pipi. Tangis shani pecah seketika. tubuh nya kini bergetar hebat membuat Gracia langsung menarik nya dalam pelukan.

"Mama papa shani kangen hikss"

Gracia semakin mengeratkan pelukan nya pada Shani, mengelus punggung shani dengan lembut. Gadis yang selalu Gracia lihat sebagai gadis tangguh, gadis kuat yang Gracia kenal. Kini menangis hebat di pelukan nya.

Gracia menutup matanya cukup lama sambil terus mengelus punggung Shani, berusaha memberi ketenangan yang sebenarnya ia pun tidak memilikinya. Gracia sejak tadi ikut menangis karena ia juga mengingat papa nya, otaknya kembali mengingat semua memori indah bersama sang papa sebelum semuanya berubah. Gracia tau jika papa nya sangat menyayangi nya, ia hanya kecewa dengan semua kenyataan hingga membuat sang papa berubah. Namun tetap saja hal itu tidak mengurangi rasa sayang Gracia untuk papanya.

Lama Shani menangis, hingga akhirnya tangis nya mulai reda. Shani melepas pelukan Gracia, menghapus air mata nya lalu kembali berucap.
"Maaf shani cengeng, padahal papa gak suka kalo shani cengeng" Shani berusaha menetralkan nafas nya yang tersengal "hmm pa ma, shani mau kenalin seseorang"

Shani menatap ke arah Gracia lalu tersenyum "Namanya Shania Gracia pa ma, dia anaknya baik, tapi kalo galaknya kumat, amit-amit banget kaya mama hehe" ucap Shani membuat Gracia mendelik "tapi dia sayang sama Shani, dia selalu jagain shani kok. Dia mau kenalan katanya"

Gracia menghapus air matanya, merapikan rambut nya yang berantakan karena angin yang berhembus, menghela nafas dalam sebelum berucap, namun sayang semua kalimat yang ia susun sudah hilang entah kemana, membuat nya diam untuk beberapa saat.

Gracia berusaha mengumpulkan kembali kalimat yang tepat "om tante" ucap nya pelan.

Shani terkekeh melihat gracia yang gugup, padahal yang Gracia lihat hanya dua gundukan tanah. Bukan orang nya langsung "Gak usah grogi gitu ah, mama papa gak akan makan kamu" ledek Shani membuat Gracia mendengus lagi.

"Om tante anak nya rese banget!" ucap Gracia mengundang tawa dari shani dan juga beby "om tan-

"Mama papa" Shani memotong kalimat Gracia, membuat Gracia mengangguk.

"Ma pa aku Shania Gracia, aku mau bilang makasih karena mama sudah melahirkan anak baik kaya Shani sekalipun bandel nya amit-amit, makasih juga karena papa sudah menjadi papa yang hebat buat shani" gracia menjeda kalimatnya sejenak "terimakasih karena sudah memiliki anak sehebat shani, dan sekuat shani. Aku mau minta izin buat mendampingi shani seumur hidup aku, aku janji akan jaga anak mama dan papa yang bandel ini dengan baik"

Hembusan angin menerpa tubuh ke tiga nya, shani dan beby tersenyum hangat ketika mereka merasakan energi yang berbeda. Mereka berdua yakin mama papa nya ada di sekitar mereka, mendengar semua kalimat mereka dan selalu berada di dekat mereka. Sejauh apapun beby dan Shani pergi nantinya.

"Kami pamit dulu ya pa ma, kami pasti balik kesini lagi" ucap Beby lalu berdiri di susul shani dan Gracia.

"Ma pa, Shani sama Gracia pamit ya. Kita semua kangen papa mama, kita semua sayang papa mama" pamit Shani lalu berjalan bersama Gracia mengikuti beby.
Meninggalkan area pemakaman yang entah kapan akan mereka kunjungi kembali.

___

Mobil mewah milik Beby tiba di Sekolah Shani dan Gracia. Mereka bertiga turun sesaat setelah mesin mobil di matikan.

"Kaka ketemu bu kinal dulu ya" ucap Beby pada Shani dan Gracia.

Shani mengangguk "iya kak"

Seperginya Beby, Shani menggandeng tangan Gracia masuk ke area sekolah. Tujuan mereka adalah lapangan, dimana acara kelulusan di selenggarakan, sekalipun mereka yakin bahwa acara sudah hampir selesai. Tapi mereka tak peduli, karena yang lebih penting adalah bertemu dengan sahabat mereka.

"Tangan kamu dingin banget" ucap Shani sambil menoleh ke arah Gracia.

"Aku gak nemu kalimat yang pas buat pamit sama mereka" ucap Gracia yang langsung membungkam mulut shani "kamu aja nanti ya.. yang bilang ke mereka" lanjutnya membuat shani berkata 'iya'.

"Gre!!! Shan!!!"
Sebuah teriakan menerpa indra pendengaran Shani dan Gracia. Membuat langkah mereka terhenti.

"Lama banget nyampe nya astaga! Udah mau kelar acara" Ucap Anin yang lebih dulu tiba di samping Gracia "setrikaan loe rusak gre" tanya anin tiba-tiba membuat Gracia menaikkan sebelah alisnya seraya berkata "kenapa?"

Anin terkekeh "kusut banget muka nya"

"Rese banget" ucap Gracia kesal.

"Tapi bener loh, kalian berdua kaya gak punya semangat hidup" timpal Angel

"Perasaan loe aja" jawab shani

"Heh!! Kita kenal kalian gak seminggu ya. Kita tau kalo kalian lagi ada masalah. Jangan meragukan kita sebagai bespren kalian" ucap desy panjang lebar "kenapa sih?" Tanya nya penuh tuntutan.

Shani dan Gracia diam, sebegitu peka kah para sahabat nya dengan Shani dan Gracia. Lalu respon seperti apa yang akan mereka berikan nanti nya jika tau bahwa mereka hendak pamit?

"Tuh kan malah pada bengong" ucap anin memecah keheningan.

"Tadi abis ke makam mama papa gue dulu" ucap Shani jujur "suasana nya masih kerasa aja" lanjutnya.

"Oh pantesan, kirain kenapa. Oh iya kalian mau pamitan sama bu kinal gak? Dari tadi nanyain kalian loh" ucap Angel dengan senyum tengil nya "kalian sih bikin masalah mulu" lanjutnya membuat Gracia terkekeh.

"Ayo temuin bu kinal" ajak Shani saat merasa situasi belum memungkinkan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan shani dan Gracia pada ke tiga sahabatnya.

Mereka berlima berjalan menuju ruang kepala sekolah dimana Kinal berada.
Terlihat beby dan kinal sedang berbincang.

"Nah ini yang saya tunggu sejak tadi" kalimat dari mulut kinal mengundang tawa Gracia, sementara Shani hanya tersenyum tipis. "Anak-anak pintar yang kalem banget" sindir kinal membuat Gracia langsung berjalan mendekat ke arah kinal.

"Ibu jangan kangen ya sama aku" ucap Gracia lalu memeluk kinal "aku minta maaf kalo sering ngabisin duit ibu" lanjut Gracia berbisik membuat kinal terkekeh lalu melepas pelukan nya.

"Semoga nanti gak ada siswa kaya kalian ya, bisa mati muda saya" ucap kinal yang kembali mengundang tawa.

"Bu, sehat-sehat ya" ucap Shani lalu memeluk kinal " maaf kalo ibu banyak salah sama Shani" lanjutnya membuat Kinal langsung melepas pelukan nya dan menatap sebal.

"Yang ada juga kamu yang banyak salah" kesal kinal "kamu baik-baik ya, jangan bandel mulu" lanjutnya membuat Shani tersenyum tengil.

"Gak janji ya bu" ucap Shani santai, namun malah mengundang tatapan tajam dari kinal "Iya bu iya gak bandel, maafin ya kalo shani suka bikin masalah. Semoga ibu bisa tenang kalo gak ada kami"

Kinal tersenyum hangat, jujur saja jauh dilubuk hati kinal yang paling dalam kinal sangat menyayangi dua murid bandel ini. Dan kinal pasti akan merindukan mereka semua.

"Oh iya pamitan sama Anin, angel dan desy udah kan?" Tanya beby membuat suasana hening "kaka mau ajak kalian pergi dulu" lanjutnya namun tetap tak mendapat respon Shani dan Gracia.

Seketika Gracia dan Shani diam mematung, jantung Gracia mulai bergemuruh, tiba-tiba saja gracia merasa tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Sementara Shani masih mampu menjaga sikapnya.

"Pamit kemana nih kak?" Tanya Angel dengan senyum tengil nya "ikut dong, sekalian kita jalan-jalan gitu abis kelulusan" Lanjut nya membuat beby menaikkan sebelah alisnya.

"Loh, kan Shani dan Gracia ikut saya ke Jerman besok. Mereka belum bilang?"

Kalimat beby seolah menampar Anin, Angel dan Juga desy. Ketiga nya kompak menegang di tempatnya, otak mereka mencerna dengan lambat kalimat beby barusan.

Hening untuk beberapa saat.

Apa tadi kata Beby? Anin seperti nya tidak mendengar dengan jelas. Angel pun begitu, tatapan nya seolah bertanya 'kak beby ngomong apa si?'. Sementara Desy berusaha kembali memutar kalimat Beby di otaknya.

Tak lama kekehan terdengar dari mulut Anin "becandanya jelek banget" ucap Anin seraya berbalik "jangan main sama gue ah, kalian becanda nya gak lucu" lanjutnya sambil berjalan pelan.

"Suka ngadi-ngadi emang" ucap angel yang kini menyusul anin "anin kita main berdua aja main nya" lanjutnya.

"Kuping gue gangguan kali ya, keknya mesti ke dokter besok" ucap desy sambil meraba telinga nya lalu berbalik menyusul angel dan anin "tungguin dong" ucap Desy cukup keras.

Air mata Gracia perlahan mengalir, kedua tangan nya kini mengepal erat. Bahkan ia menggigit bibir nya mencegah tangis nya pecah saat ini juga.

Respon sahabatnya ini sedikit pun tidak terlintas di benak Gracia, lalu sekarang Gracia harus apa? Sementara Shani hendak menyusul sahabatnya, namun ia urungkan saat mendengar isak tangis Gracia.

Kinal dan Beby hanya diam melihat adegan di hadapan nya tanpa berniat ikut Campur.

Belum sampai 5 langkah, Anin, Angel dan Desy berhenti lalu diam di tempat nya. Mereka bertiga kompak memutar tubuh mereka lalu berlari ke arah Gracia dan memeluk nya.

"Hikssss loe kenapa jauh banget perginya bego, hiksss kalo kita kangen gimana?" Ucap Anin dengan tangis yang mulai kencang "ntar siapa yang malakin kita hikss"

"Gue kira loe hiksss bakal kuliah bareng kita gre, hiksss nanti siapa yang kasih gue contekan" angel menimpali dengan tangisan yang tak kalah kencang.

"Kenapa si bucin bawa loe jauh banget sih, udah tau ongkos nya mahal hiksss" Ucap Desy sambil mengusap kasar air matanya.

"Gue sayang kalian hikss" ucap Gracia.

Tangis ke empat nya saling bersautan, membuat hati Shani mencelos seketika. Kembali hati Shani seolah dihantam dengan keras, sudah benarkah keputusan nya ini?

Satu pertanyaan itu kini terngiang di kepala Shani.

Ke empat nya masih betah saling memeluk, shani menaikkan sebelah alis nya saat menyadari bahwa ke tiga sahabatnya hanya memeluk Gracia "Kenapa gak ada yang meluk gue sih?" Tanya Shani yang langsung membuat Anin menjawab.

"Kita takut kalo meluk loe, loe kan tukang ngancem" jawab anin membuat shani terkekeh "gue takut di bunuh" lanjutnya.

Puas menangis sambil berpelukan, kini mereka mulai melepas pelukan nya.

Gracia memandang satu persatu wajah sahabat nya, lalu mendekat ke arah Anin, menghapus air mata anin dengan kedua ibu jari nya seraya tersenyum "makasih untuk beberapa tahun yang kita lewatin, makasih untuk semua hal yang kalian kasih buat gue belajar yang bener, Nanti susul gue kalo udah kaya ya" Anin mengangguk lalu kembali memeluk erat Gracia.

"Gue sayang loe gre"

Gracia mengangguk "gue juga nin" ucap Gracia lalu melepas pelukan nya dan beralih pada Angel.

"Makasih udah mau gue palakin terus" ucap Gracia membuat angel langsung menghambur ke pelukan Garcia "jangan main game mulu, belajar yang bener. Tapi Nanti kalo dapet pacar gamer, pamerin ke gue ya" angel mengangguk di pelukan Gracia.

"Gue sayang sama loe gre, makasih udah kasih contekan terus"

Gracia melepas pelukan nya, tersenyum sambil mengusap air mata angel. Kemudian Gracia menatap ke arah Desy.
"Makasih udah mau jadi temen manusia bar-bar kaya gue. Cari pacar jangan game mulu, biar ada yang merhatiin makan. Loe kek bambu runcing tau gak" ledek Gracia dan langsung memeluk desy.

"Rese loe gre, pacar gue pasti cakep nya ngalahin shani. Tenang aja"

Puas memeluk Desy, Gracia melepas pelukan nya.

Shani mulai melangkah mendekat. "Makasih buat beberapa tahun ini, makasih udah jadi sahabat yang selalu support kita. Gue gak tau gimana hidup gue kalo gak ada kalian. Dan sorry kalo gue sering nyusahin kalian" shani menghela nafas dalam, hatinya juga sesak mengatakan semua ini. Berat rasanya meninggalkan mereka, tapi semua sudah shani fikirkan baik-baik. "Gue janji, kita bakal balik buat jenguk kalian"

Shani tersenyum manis diakhir kalimat nya, kedua tangan nya ia rentangkan "sini peluk" ucap nya Membuat ketiga nya menghambur memeluk shani. Lalu kembali menangis.

"Jaga diri kalian baik-baik, kita bakal sering hubungin kalian" ucap Shani di sela pelukan nya.

"Jaga diri kalian juga ya, jangan bikin masalah mulu" ucap Anin yang mendapat persetujuan desy dan angel.

Mereka semua tertawa, walaupun dalam hati mereka masing-masing merasa sangat kehilangan. Namun apa boleh buat, Shani dan Gracia sudah menentukan pilihan mereka. Dan mau tidak mau Anin, angel dan Desy harus mendukung apapun itu asal mereka bahagia.

__

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi, Gracia terlihat resah di tempat nya. Sejak tadi kepalanya bergerak ke kiri dan kekanan, sesekali matanya mengedar ke segala penjuru, memperhatikan dengan seksama setiap orang di sekitarnya.

"Mereka pasti datang" ucap Shani berusaha menenangkan Gracia "mungkin macet" lanjutnya namun sama sekali tak membuat Gracia tenang.

"Kalo mereka gak dateng gimana?" Kalimat yang Gracia lontarkan mengandung ketakutan yang bisa shani rasakan. Ia juga sebenarnya resah, karena sahabat nya belum datang juga. Padahal beberapa saat lagi mereka harus bersiap untuk keberangkatan.

Shani pasrah, beberapa kali ia menghubungi sahabat nya namun tidak ada satu pun yang aktif. Semua kemungkinan buruk hinggap di kepala Shani, namun berusaha ia tepis sejauh mungkin.

1 jam berlalu, Beby sudah mengisyaratkan untuk masuk. Hal tersebut membuat Shani menghembuskan nafas kasar nya. Ia berdiri dari duduk nya lalu mengulurkan tangan nya pada Gracia.

"Ayo sayang"

Gracia menghapus kasar air matanya, tubuhnya mendadak lemas. Dada nya sesak saat menyadari kenyataan bahwa sahabat nya tidak datang. Ia perlahan meraih tangan shani lalu memaksakan diri untuk berdiri.

Shani memeluk Gracia sebentar, cukup untuk membuat Gracia kuat menerima kenyataan.

Sebelah tangan Shani menarik koper sementara sebelah tangan nya menggenggam erat tangan Gracia. Melangkah dengan perlahan sambil berharap mereka tetap datang walapun kemungkinan nya sudah tidak ada.

Gracia menutup matanya sejenak, meyakinkan dirinya bahwa semua nya akan baik-baik saja.

"GRACIA!!!! SHANI!"

"GREE !!! SHAN!!!"

langkah Gracia dan Shani terhenti, sebuah senyum tercipta saat mereka mendengar sebuah panggilan dari orang-orang yang mereka harapkan kedatangan nya sejak tadi.

"TUNGGU !!! "

Gracia berbalik, disusul oleh Shani.

"Sorry ban mobil si anin bego bocor" ucap Desy kesal sambil menetralkan nafas nya yang tersengal.

Gracia tersenyum dalam tangis nya, kedua tangan nya ia rentangkan membuat mereka bertiga langsung memeluk Gracia, kembali mereka bertiga ikut menangis di sela pelukan mereka.

"Hiksss Gue janji, hikss gue pasti balik" ucap Gracia di sela pelukan nya "gue sayang kalian"

"Hikss Kita semua pasti nunggu loe hikss, kita pasti kangen kebar-baran kalian"

Mereka bertiga hanyut dalam pelukan, tangisan mereka mewakili perasaan mereka masing-masing. Gracia melepas pelukan nya, menatap kearah shani lalu mengisyaratkan nya untuk ikut bergabung memeluk sahabatnya.

Mereka berlima kini saling memeluk, sambil berusaha menekan rasa sesak di dada masing-masing. Mencoba menerima kenyataan yang cukup menyakitkan.

Bukankah setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan? Dan kini mereka sedang berada di fase tersebut. Namun yang pasti, mereka yakin, akan ada fase dimana mereka bisa kembali bertemu, saling bertukar cerita, bercanda bersama, dan kembali saling memeluk satu sama lain.

Shani mengakhiri pelukan mereka saat beby memanggil nama shani untuk segera beranjak dari tempat nya.

"Kita pamit, jaga diri kalian masing-masing" kalimat terakhir shani sekaligus menutup percakapan mereka. Tak ada lagi yang sanggup berkata selain mengangguk mengiyakan kalimat Shani.

Gracia dan shani perlahan berjalan meninggalkan Anin, Angel dan Desy yang kini melambaikan tangan mereka melepas kepergian Shani dan Gracia.

Lambaian tangan Gracia menjadi lambaian terakhir sekaligus penutup sebelum shani dan Gracia benar-benar menghilang dari pandangan Anin, angel dan Desy.

Gracia menutup matanya sejenak, kembali ia buka saat kepalanya menoleh kebelakang. Berharap dia masih bisa melihat ke tiga sahabatnya, namun percuma. Gracia harus siap meninggalkan semua nya, meninggalkan para sahabatnya, meninggalkan masa lalu yang sudah mengajari nya banyak hal. Meninggalkan semua luka, yang akan ia kubur kembali jauh di dalam lubuk hatinya. Menyimpan semua kenangan indah yang masih dan akan selalu ia ingat, yang pasti suatu saat akan ia rindukan.

Anin, Angel dan Desy, 3 anak manusia yang berbeda karakter, berbeda sifat, berbeda banyak hal namun mampu membuat perbedaan itu menjadi sesuatu yang membekas di hati Gracia. Suatu saat jika ia kembali, maka tujuan utama Gracia adalah mereka, sahabat Gracia yang akan selalu gracia sayangi sampai mati.

Shani mengeratkan genggaman nya pada Gracia, Tangan gadisnya sejak tadi gemetar. Shani menyadari bahwa beberapa kali Gracia menoleh ke belakang, mencari jejak terakhir dari sahabat mereka.

Shani menyadari bahwa keputusan nya ini cukup sulit, namun ia sudah melakukan banyak pertimbangan. Salah satu nya karena janji nya pada Beby, namun lebih utama nya demi Gracia.

Shani tak mau Gracia kembali terjebak dalam masa lalu yang nantinya akan menyebabkan sesuatu yang lebih buruk terjadi pada dirinya. Shani akan melakukan apapun untuk Gracia, untuk kebahagiaan Gracia, dan tentunya untuk masa depan mereka berdua. Shani berjanji bahwa ia akan kembali membawa Gracia bertemu sahabat mereka lagi. Dengan kondisi yang lebih baik lagi tentunya.

Sejauh itu Shani memikirkan semua hal tentang gadis disamping nya ini, sejatuh itu dirinya pada seseorang yang dulu nya tak sengaja hampir ia tabrak saat tengah malam, dan malah menjadi seseorang yang kini menemani nya setiap malam. Seseorang yang sejak saat itu menjadi tujuan utama dan tujuan akhir Shani. Seseorang yang mampu membuat shani menjadi sebucin ini.


Gracia menoleh ke arah Shani, bertepatan dengan Shani yang juga menatap ke arah nya. Keduanya saling berpandangan, sebuah senyuman terbit di wajah mereka masing-masing. Genggaman tangan mereka semakin erat, keduanya meyakini, bahwa ini jalan terbaik yang mereka ambil. Satu hal yang membuat mereka semakin yakin, bahwa selama mereka bersama semuanya akan baik-baik saja.

"I love you shania Gracia"

"Love you too Shani Indira"

Jika semua kalimat manis yang shani ucapkan untuk gracia selalu di katakan 'bucin', jika semua perlakuan shani untuk Gracia sering dianggap 'bucin' dan jika semua bentuk perhatian, peduli dan semua hal yang shani persembahkan untuk gracia diartikan dalam satu kata yaitu 'bucin'

Maka sejak saat ini, Shani mengatakan bahwa Shani bahagia dianggap bucin jika itu menyangkut Gracia.
Dan satu hal yang harus dunia tau, bahwa Shani memang bucin, dan Shani bangga karena predikat tersebut.

Tolong sampaikan pada semesta dan juga pada seluruh manusia yang ada, bahwa....


Shani Bucin nya Gracia.




= End =




-Senyum Gracia terekam jelas di ingatanku, seperti foto Shani dengan sejuta warna-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro