Reading 1 [The Nightingale]
"The Nightingale" karya Kristin Hannah.
Blurb
Isabelle dan Vianne adalah kakak beradik dengan sifat yang bertolak belakang. Isabelle, sang adik, adalah gadis pemberani yang tinggal di Paris, sementara Vianne, sang kakak, yang lebih pendiam dan memilih tinggal di pinggiran Prancis bersama Antoine, dan anaknya.
Ketika perang dunia II meletus, Antoine dikirim berperang dan akhiy hubungan kedua kakak beradik ini pun diuji. Dengan kondisi hidup yang berubah drastis, Vianne dan Isabelle harus menghadapi berbagai macam ketakutan, namun dengan begitu pula, hubungan mereka semakin kuat. Ya, darah lebih kental daripada air.
3. Rating :
Secara keseluruhan, kami memberi nilai novel The Nightingale 9/10.
4. Yang disukai dari buku ini :
Setting, adegan, dan karakter yang jelas. Riset seimbang dengan ngebaperin. Emosi campur aduk saat membaca. Di awal bakal tertawa dengan karakter Isabelle. Berubah saat perang berkecamuk. Tema novelnya berlatar di PD II, bukan cuma tentang perang, namun juga mengisahkan tentang perjuangan hidup. Selain itu, banyak kosakata baru yang ditemui, apalagi dalam bahasa Prancis dan Jerman.
Alur cerita yang dibawa santai, plot yang rapi, dan detail cerita dengan penggambaran suasana yang kental dan kuat. Karakternya pun kuat ditambah gaya bahasa yang mengalir dan alur yabg seru hingga membuat pembaca seperti masuk ke dalam cerita. Narasinya bagus seakan-akan melihat kejadian secara langsung.
5. Yang tidak disukai dari buku ini :
Bab awalnya kurang greget. Yang membuat pembaca melanjutkan bacaan sebelum atensi itu mungkin karena bab satu. Namun, itu hal wajar karena bab-bab awal lebih seperti pengenalan tokoh dan watak, serta apa-apa yang menjadi _point_ bagi mereka. Selain itu, alur yang di buat pun lambat dan novelnya terlalu panjang. Sehingga kami sebagai pembaca sempat merasa bosan untuk menyelesaikan cerita ini.
Lanjut ke poin nomor 6, yaitu analisis.
A. Gaya bahasa :
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat menarik. Penulis tidak terlalu banyak menggunakan majas. Kalaupun iya, hanya berputar pada majas asosiasi untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dijelaskan, agar pembaca bisa mengira-ngira nampak yang ingin ditunjukkan penulis.
Jika penulis bisa menjelaskan, dia sebisa mungkin tidak menggunakan majas. Gaya seperti ini bisa bilang "Gaya Amerika" yang mana penulis lebih suka to the point ketimbang puitis. Dan itu sebenarnya puitis dengan caranya sendiri. Gaya bahasanya mengalir sekali, setting tempat dijelaskan dengan bahasa yang mudah dibayangkan.
B. Teknik Bercerita :
Penulis cenderung menjelaskan sesuatu secara langsung, hanya sedikit penggunaan diksi-diksi puitis. Yang mana hal tersebut cocok sekali untuk dipakai dalam novel-novel bertema berat seperti ini. Penulis lebih banyak menggunakan show daripada tell.
C. Setting :
Perang Dunia Ke-2
Di novel ini, penulis benar-benar pandai dalam menceritakan suasana mencekam, kekhwatiran, ketakutan, dan kekacauan yang terjadi selama Perang Dunia Ke-2.
Dalam novel ini tergambar pula dengan jelas setiap suasana atau setting tempat para tokoh. Dari mulai menggambarkan bagaimana interaksi para tokoh yang tidak terkesan kaku, kemudian tergambarkan pula dengan jelas setiap detail suasana tempat disana, dari mulai benda-benda di sekitarnya hingga pemandangan di tempat tersebut.
Setting waktu adalah saat memasuki perang dunia kedua hingga perang berakhir dan beberapa tahun setelahnya. Pergerakan dari setting waktu ke waktu cukup halus, tidak memotong tegas alias tanpa memberitahukan tahun yang terselip di awal buku pun kita tahu sang tokoh utama sedang menceritakan memori kembali. Untuk setting waktu, kita diajak berkelana pada masa sejarah perang di negara tersebut, dan penulis menggambarkan waktu perang itu dengan sangat baik, bagaimana mencekamnya peperangan dengan segala trik liciknya, serta akhir dari perang dan apa yang terjadi setelahnya. Perpindahan waktu ini pun dikemas dengan sangat baik, tak ada keterangan tahun, tapi pembaca bisa menemukan apakah tokoh berada di masa sekarang atau di masa lalu (flashback).
Saya sangat menyoroti setting tempat/lokasi dan suasana yang digambarkan dengan cara, seperti halnya novel-novel terjemahan Amerika pada umumnya, sangat mendetail, terutama setting tempat. Bukan hanya soal tempat secara keseluruhan ( setting di Perancis) dan bagaimana penggambaran medan perang, tapi tempat biasa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pun sangat detail. Semisal saja, rumah dan sekitar, desa, dan tempat yang biasa dikunjungi tokoh. Ini membuat saya sebagai pembaca bisa membayangkan kira-kira rupa bangunan pada masa itu.
Setiap perpindahan tempat, penulis mencoba menjelaskan sedetail mungkin apa yang ada di tempat tersebut. Mulai dari benda sampai ke orang. Ini bisa dilihat sejak bab-bab awal. Dan cenderung menempatkan deskripsi di satuan paragraf dengan dialog dikit, lalu menempatkan dialog yang lebih panjang di paragraf lain.
D. Pemilihan alur :
Novel "The Nightingale" menggunakan alur campuran yang terkesan lambat dikarenakan penulis mencoba menjelaskan sedetail mungkin apa yang ada di tempat tersebut. Mulai dari benda sampai ke orang.
E. Plot :
1. Exposition:
• Characters: Isabella, Vivianne
• Setting: Prancis, WW II
• Conflict: Perang antara Jerman dan Prancis,
2. Inciting incident (Rising Action)
• Ketika ada bom dari Jerman ke wilayah Paris, Prancis. Isa disuruh ayahnya, Jullian, untuk pergi menemui Vivianne.
3. Climax
• Bagian hampir menuju puncak permasalahan saat Issabelle memutuskan untuk menjadi pengantar para pilot yang jatuh, dan sisi lain -Vianne- mulai berani memberontak pada Nazi.
Puncaknya terjadi saat Issabelle menyembunyikan pilot yang tewas di basemen kandang terna milik Vianne. Kapten Beck -bertugas menangani pilot tersebut- masuk dalam kandang. Persembunyian Issabelle hampir terbongkar, namun Vianne menggagalkannya dengan membunuh kapten Beck.
4. Falling action
5. Resolution
F. Tokoh :
1. Vianne Mauriac
Wanita Prancis yang hidup pada era Perang Dunia ke-2. Sayang banget sama suaminya, Antoine Mauriac, cinta pertama, ciuman pertama, dan kekasih pertama. Pernikahan mereka cukup bahagia apalagi dikaruniai seorang anak perempuan bernama Sophie.
Vianne adalah wanita pemalu, keibuan, lemah, dan terkesan tak bisa berbuat apa-apa terutama tanpa suaminya.
2. Isabelle Rossignol
Adik perempuan Vianne. Cantik, sering digoda pria. Pembuat onar dan pemberani. Tukang bikin masalah sampai dikeluarkan dari sekolah. Isabelle termasuk perempuan yang pintar dan berpengetahuan luas meskipun pada masa itu dianggap barbar. Mulutnya jarang disaring, bicara apa saja yang dia pikirkan dan dia melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.
3. Julien Rossignol
Ayah Vianne dan Isabelle. Pasca kematian istrinya, dia menjauh dari kedua putrinya. Dalam lubuk hatinya, Julien mencintai putrinya.
4. Kapten Wolfgang Beck
Seorang anggota Nazi yang tahu-tahu datang ke rumah Vianne dan Isabelle untuk memaksa menginap. Sabar, sopan, suka membantu, dan baik hati. Ia memperlakukan keluarga Vianne dengan baik dan bertindak selayaknya pria terhormat.
5. Sturmbannfuhrer Von Richter
Tentara Nazi yang mengambil alih rumah Vianne setelah Beck meninggal. Kejam dan memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Kapten Beck.
6. Gaeton Dubois
Mantan narapidana. Tertarik pada Isabelle tetapi tidak mau membahayakannya. Pria yang menyimpan banyak hal di balik ekspresi wajahnya.
7. Rachel de Champlain
Wanita keturunan Yahudi yang bangga dengan ke-yahudi-annya, sahabat Vianne. Ceria, berpikiran positif, dan terkadang memihak Isabelle sehingga menyebalkan Vianne. Ibu dari Sarah dan Ariel de Champlain.
8. Sophie Mauriac
Putri Vianne dan Antoine Mauriac. Sejak Isabelle tinggal bersamanya, Sophie mengikutinya ke mana-mana. Terkadang dia bicara terlalu berani seperti Isabelle dan memiliki sifat yang agak mirip dengannya.
9. Antoine Mauriac
Pria Prancis, seorang pengantar pos yang juga merupakan suami dari Vianne. Sangat mencintai istri dan anak perempuannya.
10. Julien Mauriac
Anak Vianne hasil perkosaan
Sturmbannfuhrer Von Richter. Seseorang yang teliti dan tak mau melewatkan detail sekecil apapun, dan penasaran dengan kehidupan masalalu ibunya.
11. Madame Fournier
Istri pemilik toko daging, seorang wanita Yahudi.
12. Helene Ruelle
Istri pedagang roti yang suka menggosip.
13. Marshall Petain
Pemimpin Prancis yang sudah menyerah kepada Nazi dan melakukan kolaborasi dengan memimpin Prancis bagian tengah.
14. Paul Jeauelere
Polisi Prancis kejam yang bekerja sama dengan pihak Jerman.
15. Henri Navarre
Seorang komunis, anak dari pemilik hotel yang menjadi bagian dari Pasukan Pembebasan Prancis.
16. Anouk
Informan dan penghubung Issabel dengan Pasukan Pembebasan Prancis.
17. Madame Madeline Babineau
Penghubung Issabel saat menjalankan misi melewati pegunungan Pirania. Merupakan saudara dari ayah Vianne dan Issabel.
18. Eduardo
Tangan Kanan Madame Madeline Babineau.
19. Madame Clonet
Memiliki toko topi.
20. Madame Defour
Guru di sekolah Issabel.
G. Pemakaian sudut pandang :
Pada bab awal, sedikit di tengah, dan akhir, menggunakan POV 1 Vianne Mauriac tua. Namun, cerita sebagian besar menggunakan sudut pandang orang ketiga terbatas. Penulis secara bergantian menyorot Vianne dan Isabelle.
Novel ini cukup membuat baper sehingga rasanya lebih cocok pakai POV 1, bisa Vianne yang patuh tetapi memiliki keberanian menyembunyikan anak-anak Yahudi atau POV Isabelle si pemberontak yang heroik.
POV 3 terbatas membatasi pembaca untuk menyelami apa yang para tokohnya rasakan dan pikirkan. Walau menggunakan POV ketiga, penulis dengan uniknya bisa membuat saya seolah-olah berada di POV pertama. Apa yang dirasakan tokoh benar-benar terasa kental tanpa harus memberitahukan banyak hal. Dan saat dua tokoh yang bertolakbelakang berada dalam satu frame, tetap bisa dirasakan apa yang masing-masing tokoh rasakan. Namun, di sisi lain, juga merasakan "atmosfer" menjadi orang ketiga dalam cerita, yang menyaksikan kejadian. Jadi, tetap bisa mengetahui sisi "apa yang sebenarnya terjadi di lapangan sebenarnya". Tidak terlalu condong pada kacamata tokoh, tapi juga tidak terlalu condong pada kacamata orang ketiga. Komposisinya sangat seimbang.
H. Ciri khas penulis :
Cara penulis mengungkapkan tokoh dengan dua sisi yang berbeda sangat menarik. Adegan tarik-ulur yang dibuat gemas oleh hubungan dua kakak-beradik tersebut. Penulis lebih banyak menggunakan show dibanding tell .Namun, dibagian tertentu seperti cara memperkenalkan karakter tokoh, penulis menggunakan tell.
Menghadirkan dua tokoh dengan kepribadian saling berlawanan. Seperti, Vienne yang sudah digambarkan sebagai orang yang gampang cemas dan takut sedari awal dan adiknya yang sangat bertolakbelakang.
Selain itu, penulis tidak terlalu banyak menggunakan majas. Kalaupun iya, hanya berputar pada majas asosiasi untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dijelaskan, agar pembaca bisa mengira-ngira nampak yang ingin ditunjukkan penulis. Jika penulis bisa menjelaskan, dia sebisa mungkin tidak menggunakan majas.
I. Amanat :
Secara keseluruhan amanat dalam novel ini mengajarkan bahwa perang banyak merugikan secara fisik, mental, maupun sosial. Banyak yang kehilangan angoota keluarga mereka, tumbuh di lingkungan yang mencekam, maupun kehilangan harta benda. Novel ini juga mengajarkan tentang dalamnya arti persaudaraan, bahwa darah lebih kental dari air.
Maka dari itu, STOP WAR!!!
7. Kesan setelah membaca :
Berikut adalah kesan setelah membaca novel The Nightingale oleh BSWClub Reading 1, perwakilan dari :
A. Kak G
Yang saya paling suka di buku ini adalah pertama, setting tempat dan plot. Saya pribadi suka _historical story_ , dan walau latar perang dalam cerita ini lebih karena "pendukung plot" saya tetap menikmati latar perangnya yang terasa kental, tidak terlalu diambang.
Kedua, saya suka cara pengemasan penulis yang apik. Beberapa orang mungkin merasa bosan diawal cerita, tapi setelah beberapa bab, atensi ketegangan meningkat seiring berjalannya waktu. Satu-satunya yang membuat pembaca melanjutkan bacaan sebelum atensi itu mungkin karena bab satu. Namun, bagi saya itu hal wajar karena bab-bab awal lebih seperti pengenalan tokoh dan watak, serta apa-apa yang menjadi point bagi mereka. Menurut saya ini penting. Lalu, di mata saya, penulis terkesan light dalam menceritakan kejadian. Yang saya maksud itu suasana tidak terlihat menggebu-gebu atau terlalu tegang. Semua terlihat santai dalam bahasanya sendiri, alami, dan tidak dipaksakan.
B. Kak Keuriseuna
Selama membaca, semuanya yang ada pada novel terasa sangat mengalir. Permainan emosi yang klop, di awal dibikin tersentuh sama kehidupan keluarga Vianne, lalu ada Issabele yang bikin gregetan karena tingkahnya yang impulsif.
Itulah review dari kami, BSWClub Reading 1 dengan novel The Nightingale karya Kristin Hannah. Selebihnya mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata. Terimakasih banyak kepada para member BSWClub Reading 1 yang sudah menyerahkan laporan, dan juga bagi para member BSWClub yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca review dari tim kami.
SESI TANYA JAWAB
Nama: Inez
Pertanyaan: Adegan favorit kalian di novel ini apa?
Adegan favorit kami di novel "the Nightingale" sebagian besar ada di interaksi antara Vianne dan adiknya, Issabel, yang memiliki sifat saling bertolakbelakang. Yang mana sang penulis, Kristin Hannah, menjabarkannya begitu epik hingga sering kali kami dibuat gemas ketika membacanya.
Nama: Farid
Pertanyaan: Apa hambatan kalian membaca novel ini?
Hambatan kami dalam membaca novel ini tergambarkan dengan jelas di poin ke-5, bagian yang tidak disukai dari novel the Nightingale. Bab awal terkesan membosankan, selain itu alurnya juga lambat. Hal itu dikarenakan sang penulis, Kristin Hannah mencoba menjelaskan setiap detail cerita hingga novel ini memiliki jumlah halaman yang sangat banyak (528 halaman) dan kami juga memiliki waktu membaca dan membuat laporan yang tebatas.
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro