Love Yourself
‘Dia memang bisu, tapi hatinya begitu baik. Jeon Jungkook sayang sekali jika kakakmu membencimu….’
Puk…
“Eh?”
Jimin mengalihkan atensinya bisa dilihat dengan jelas, bagaimana Jungkook memberikan kode dari kedua tangannya. Ya, namja manis dengan paras tampannya itu sedikit mengendap dari balik tembok pagar memastikan bahwa semua baik-baik saja. Baik dari kejaran para kelompok preman yang mengejar mereka tadi.
Melihat bagaimana jempol kanan itu teracung, Jimin mengira bahwa kemungkinan besar situasinya aman, ditambah lagi tak terdengar suara derap langkah kaki yang mengejar mereka.
“Sudah aman?” Tanya Jimin pada namja dengan gigi kelincinya itu, sembari menyandarkan punggungnya di dinding belakangnya.
Jungkook pun mengangguk, bahkan dia menarik tangan namja berpipi gembul itu untuk segera keluar dari tempat persembunyiannya, dan benar saja situasinya benar-benar aman.
Sepertinya Jimin mampu bernafas lega.
“Hhhh… untung saja, jika tidak aku pasti habis.”
Mengusap dadanya lega, membayangkan jika dirinya dihajar habis oleh kelompok preman tersebut? Jujur saja Jimin tak mampu membayangkannya.
Bagaimana kalau akhirnya ia akan menjadi adonan kue yang menyedihkan?
Sementara Jungkook dirinya mengulas senyumnya, ada perasaan senang dalam hatinya kala berhasil menolong seseorang untuk hari ini.
“Jungkook te- ehh??”
Baru saja Jimin menoleh ke belakang, hendak mengucapkan terima kasih tiba-tiba saja dirinya cukup kaget saat melihat punggung itu berjalan dengan cukup jauh. Melihat kepergian namja bergigi kelinci itu dengan segera kaki Jimin melangkah, mencoba menyusul seseorang yang sudi menolong anak berandal sepertinya.
“Jungkook?? Hei tunggu…”
Merasa terpanggil Jungkook menolehkan kepalanya, bisa dilihat olehnya bagaimana seorang Park Jimin datang ke arahnya. Membuat ia menghentikan langkah kakinya.
“Kenapa buru-buru dasar kau ini.”
Menyentuh pundak namja muda tersebut, membuat Jungkook mengangkat sebelah alisnya karena jujur saja dia cukup bingung dengan tingkah Jimin yang akrab dengannya, padahal yang ia tahu Jimin adalah sahabat karib Taehyung sang kakak, ya… karena Jungkook pernah melihatnya yang duduk bersama di dalam mobil merah sang kakak.
“By the way, mau makan bersama?” Jimin mengulas senyumnya, mengajak Jungkook dengan ramah.
Tiba-tiba saja Jungkook merasa canggung hingga akhirnya, dia mengulas senyum kikuknya.
“Ah, hitung-hitung ini balasan karena kau telah menolongku dari para preman tadi.”
Jimin menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, jujur saja dia juga merasa canggung. Karena untuk pertama kalinya dia bisa berkomunikasi dengan sahabat kakaknya.
“Oh ya aku tahu kedai enak, apa kau suka minum?”
Jimin memberikan penawarannya pada Jungkook, dan mungkin Jungkook berminat.
Jungkook menggelengkan kepalanya, bukan karena menolak tawaran Jimin yang sudah baik hanya saja dia mendengar Jimin mengucapkan kata minum. Jungkook berpikir yang dimaksud minum oleh Jimin adalah minuman yang berakohol.
“Kenapa kau belum mencobanya, kebetulan cuaca hari ini cukup dingin.”
Entah sejak kapan keduanya melangkahkan kakinya, berjalan dengan langkah bersamaan.
Jungkook mengulas senyumnya, cukup manis memang membuat Jimin berpikir Jungkook adalah seorang bocah berusia tujuh tahun.
‘Jungkook menggerakan jemarinya, memberikan sebuah isyarat untuk namja disampingnya.
Bukannya kembali melanjutkan obrolannya Jimin malah menunjukan cengiran menawannya, tak lupa dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jujur Jimin bingung dengan isyarat namja yang ada disampingnya.
Melihat ekspresi bingung Jimin Jungkook sadar jika ternyata dia salah, dengan cepat dia merogoh sakunya. Mengambil buku catatan kecil dari dalamnya dan menulis sesuatu di atasnya. Sementara Jimin hanya memandang aktifitas namja di sampingnya dengan langkah jalan mereka tentunya.
Menyobek dengan segera catatan tersebut dan memberikannya kepada Jimin. Jimin segera menerimanya, dengan segera dia menulis coretan di atas kertas catatan tersebut.
Glek!
Susah payah Jimin menelan ludahnya, seketika keringat keluar dari keningnya.
Gugup dan merinding tentu saja, dan jungkook terheran dalam benaknya dia berpikir, apakah ada yang salah dengan tulisannya. Entah kenapa Jungkook pun menyentuh pundak Jimin, membuat Jimin yang semula bingung terlonjak kaget.
“Eh, hehehe…” dan anehnya justru Jimin mengulas cengirannya.
Jungkook mendekatkan wajahnya memberikan tatapan yang terkesan dengan pertanyaan ‘kau baik?’
Dan untungnya Park Jimin cukup peka dengan respon tersebut.
“Aku baik, hahaha iya aku baik.” Canggung dan canggung, membuat Jimin terlihat sangat bodoh.
‘Bodohnya aku jika aku lupa siapa dirinya.’
Menyembunyikan kegugupannya Jimin mengulas cengirannya, sembari melirik tulisan yang diberikan Jungkook tadi.
Dilihatnya dengan jelas bagaimana tulisan indah itu terpatri.
Jika kalian ingin tahu apa yang ditulis Jungkook, hingga membuat Jiminn ketakutan dan gugup secara bersamaan? Mudah saja dan kalian pasti sedikit terkejut ketika tahu isinya.
‘ Maafkan aku, kak Suga tak suka aku minum.’
Sebuah jawaban yang sopan memang, membuat Park Jimin.
‘Sebaiknya aku tak mencari mati, Tuhan terima kasih kau menyadarkanku. Aku benar-benar lupa Tuhan jika Jungkook saudara dari Taehyung, dan Taehyung saudara dari namja paling sadis dan pedas juga galak Yoongi.’
Oke, sepertinya Jimin lebih berhati-hati mengajak seseorang saat ini.
“Bagaimana kalau kita ke kedai ramen, kemarin aku dan Taehyung mencoba ke sana.”
“Jungkook?!”
Saat Jimin kembali mengajukan penawarannya, seseorang dari jauh memanggil. Memanggil nama si pemilik gigi kelinci itu, dan saat mereka tahu siapa yang memanggil tiba-tiba saja Jimin.
“Jungkook, ternyata kau disini. Kakak sudah mencarimu di sekolah, aku pikir kau ikut les tambahan.”
Mengusap rambut Jungkook penuh sayang sembari mengulas senyum gulanya. Yang tentu saja mendapatkan senyuman manis dari Jungkook dan Jimin dirinya menyibukan diri dengan melakukan siulannya, mencoba mengalihkan perhatian dari interaksi dua kakak beradik itu.
Melihat namja asing yang disamping sang adik membuat Suga mengubah ekspresinya, menyentuh pergelangan sang adik dengan sayang seakan dirinya ingin melindungi Jungkook dari bahaya.
“Siapa kau!?” jelas dan tegas, membuat Jimin bergidik ngeri.
“Ak-aku… aku.”
“Kau si bantet teman adikku kan? Park Jimin, benar kan!?”
“Eh…”
Cukup bingung memang apalagi yang Jimin tahu Suga tak pernah melihat dirinya, malahan Jimin tahu Suga dari teman akrabnya Taehyung.
“Jangan dekati adikku, aku tak mau Jungkook menjadi berandal sepertimu. Kau dan Tae sama saja.”
“Apa?” oke sedikit kesal memang apalagi saat Suga mengatakan dirinya berandal, memang sebenarnya dia adalah berandal.
“Jika kau butuh teman, temui saja Taehyung dia sedang berada di rumah kau pasti tahu kan?! Jangan dekati adikku, kau paham!!”
“Yaaakkk kau-“
“Jungkook dengarkan ucapan kakak, jangan dekati ataupun berteman dengan namja bantet ini. Kakak tak mau masa depanmu berantakan karena dia.”
Menyakitkan memang, sebegitu bencikah Suga dengan Jimin hanya karena Jimin terkenal dengan nama seorang anak berandal?
“Dan kau Park Jimin, enyahlah. Jangan dekati Jungkook, kau paham?!” dingin mematikan, tentu saja siapa yang akan tahan dengan tatapan dari seorang Yoongi. Jika bukan Taehyung tentunya.
Melihat bagaimana tatapan kelam itu membuat Jimin bergidik tentunya ia tak mau mencari gara-gara dengan seorang Suga, bisa-bisa wajahnya yang tampan akan terhiasi bengkak dan warna biru menyakitkan.
“hana…”
Oke Suga memberikan hitungan awalnya, dan Jimin…
“Dul…”
Tap..
Melangkah maju, membuat Jimin mundur. Sementara dia menatap dengan ekspresi tak menentu kea rah Jungkook yang menatapnya antara iba dan bingung.
“Set…”
Hitungan ketiga terucap, dan Suga melangkah mendekati Jimin. Melihat ada malaikat maut yang menghampirinya membuat Jimin.
“Jungkook aku pergi dulu, lain kali saja kita makan ramen bersama. Byee…”
melambaikan tangan, mengulas senyum kikuk dan canggungnya, dan jangan lupa dengan tubuh bergetar juga kaki yang bergerak menjauh.
Ya, menjauh dari namja yang menatap dingin ke arahnya.
Hingga akhirnya…
Park Jimin tak Nampak di penglihatan Jungkook, maupun Suga. Karena telah tenggelam dalam kerumunan orang yang menyebrang jalan.
.
“Jungkook kau tak apa?”
Suga menyentuh kedua pundak sang adik memutar tubuh namja tersebut, memastikan jika sang adik baik-baik saja.
Jungkook awalnya bingung namun ia cukup tahu bagaimana sikap sang kakak terhadapnya.
Hingga akhirnya ia menggelengkan kepalanya sembari mengulas senyumnya.
“Hhhhh… lain kali jangan membahayakan dirimu jika kau menolong orang.” Suga mengusak rambut sayang sang adik, bahkan dirinya dapat bernafas lega.
Jungkook cukup terkejut dengan ucapan sang kakak, dirinya berpikir apakah kakaknya tahu?
Saat Jungkook sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba saja Suga…
Jungkook mengernyit kala tangan seputih susu itu menyentuh sudut bibirnya.
“Kau Jungkook, membahayakan dirimu hanya untuk menolong anak berandal seperti dia. Entah kenapa kakak tidak ikhlas dik, aishhh… pasti sakit ya.” Begitu besarnya rasa khawatir Suga terhadap sang adik.
Dengan telaten Suga memperhatikan bagaimana luka disudut bibir Jungkook, luka yang diakibatkan oleh pukulan keras seseorang. Ya, Suga melihatnya. Melihat bagaimana Jungkook yang melawan para preman yang hendak mengeroyok Jimin dan berlari mencoba kabur tentunya.
“Kakak jangan khawatir aku baik kok, ini hanya luka kecil…” Jungkook dengan isyaratnya.
“Kecil atau besar sebuah luka, tetap saja kakak tidak ikhlas apalagi luka itu terjadi padamu.” Suga tetap saja kekeh bahkan dirinya sudah memasang sebuah hansaplas kecil yang ia hendak taruh di sudut bibir sang adik.
“Tahan ya, kakak hanya ingin menempelkannya.”
Dengan perlahan tangan itu bergerak.
Membuat Jungkook meringis, dan Suga juga ikut meringis, entahlah dirinya seperti ikut merasakan nyeri dan perih sang adik.
“Gomawo…” senyum manis itu kembali terulas tak lupa dengan isyarat tangannya.
Membuat Suga juga ikut mengulas senyumnya pada sang adik.
.
Keduanya tersenyum, terlihat dengan jelas bagaimana seorang Yoongi Suga yang mengacak rambut hitam sang adik penuh sayang. Bahkan Nampak dengan jelas bagaimana Suga tertawa riang saat dirinya malah berhasil menggoda sang adik dengan menggelitik perut Jungkook. Hingga akhirnya acara kejar-kejaran antara kakak beradik itu terjadi.
Sungguh pemandangan yang indah penuh keakraban dan harmonis di antara mereka. Berharap jika kejadian ini tak cepat berlalu.
Tak disangka di sana…
Di seberang jalan sana, dengan sebuah halte yang menjadi tempat berteduhnya. Terlihat bagaimana tatapan juga senyum tipisnya, menyaksikan adegan dua saudara yang terlarut dalam rasa riang mereka. Membuat dia….
Namja dengan marga Park-nya, merasa bahagia meski melihat dari kejauhan.
Lalu seulasn senyum penuh makna hingga akhirnya kata hati yang berbicara, dengan tulus tanpa ada kebohongan.
‘Entah mana yang salah dan benar, tapi kurasa kau yang keterlaluan Tae. Menganggap adikmu yang bisu sebagai pembawa sial? Justru yang kulihat dia membawa kebahagiaan. Taehyung sepertinya kau belum membuka hatimu sehingga kau tak melihat kenyataan sesungguhnya. Kenyataan dimana…. Kau terlahir diantara saudara yang begitu baik. Kuharap kau sadar agar kau tidak menyesal nantinya, dia memang bisu, tapi tidak dengan hatinya Tae. Dan kau belum melihatnya…’
END
Nah ini adalah contoh cerita dari elmi_wirastiti30
Ini penjelasan mengenai cara ikut chalengge ini
Tag nama akun yang udah aku kasih contoh diatas. Dalam artian nama akun project ini, di bagian awal supaya kami bisa masukan dalam RL akun ini.
Tulis #BrothershipProject dalam tagar, jika kalian bingung tagarnya yang kami tandai itu letaknya di bawah bagian sinopsis cerita.
Kalian juga bisa tambahkan (Brothership Project) dalam bagian sinopsis. Seperti tanda anak panah ini. Kalian bisa menaruhnya bagian atas ataupun bawah.
Untuk saat ini kami sudah menjelaskan bagian rullernya.
Supaya kalian tahu kami sengaja menyuruh kalian memberi tag agar kami tau cerita siapa dan apa yang UPDETE. Nanti kami promosikan lewat akun ini melalui book brothership project sekaligus kita bisa sharing bareng-bareng.
Sekian dari kami, terima kasih. Maaf jika ada kekurangan dalam penyampaian informasi ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro