Brotherhood
"Kak Gem! Thorn izin mau main ke taman bareng kak Blaze sama kak Upan!" pamit Thorn sebelum melesat pergi ke pintu depan meninggalkan Gempa yang sibuk membereskan dapur.
"Jangan pulang terlalu larut" balas Gempa dengan sedikit berteriak. Dapat dilihat dari wajahnya jika dirinya sangat khawatir dengan kepergian trio huru hara itu. Firasatnya saja atau memang akan terjadi sesuatu?
Boboiboy milik
Animosta
Saya selaku author hanya meminjam
karakter-karakternya saja
Cerita ini murni dari
Kepala saya
[Brotherhood]
.
.
.
.
🎶HAPPY READING🎶
"Wah!! Tamannya ramai banget hari ini!!" teriak Thorn girang saat melihat taman hiburan yang dia dan kakak-kakaknya kunjungi dipenuhi oleh pengunjung.
"Kalau aku sih gak heran kalau ramai, kan memang lagi liburan" balas Blaze sambil berjalan di depan kedua rekannya. Taufan terlihat mengangguk kecil seolah menyetujui perkataan Blaze. Kan mereka datang pas di musim liburan.
"Kak Upan! Thorn mau naik bianglala" pinta Thorn sambil menunjuk bianglala yang sedang berputar. Permintaan Thorn dengan senang hati di tolak oleh Blaze.
"Itu untuk bocah Thorn! Ayo kita masuk rumah hantu!" saran Blaze dan kali ini langsung di tolak oleh Thorn.
"Gak mau! Thorn takut!"
"Ayolah Thorn! Itu hanya hantu palsu gak nyata!"
Dan akhirnya mereka berdua mulai adu mulut untuk menentukan permainan yang cocok dengan mereka dan meninggalkan Taufan yang sedang membeli es krim untuk mereka.
"Eh? Mereka berdua kemana?" tanya Taufan bingung saat dirinya hanya sendirian di antara banyaknya kerumunan orang.
"Hei anak manis~ mau lihat badut-badut yang lucu?~" tawar seorang pria dengan berpakaian kostum badut. Taufan hanya menatap pria itu dengan tatapan kesal. Padahal umurnya sudah menginjak 16 tahun tapi masih dipanggil anak manis? Di tambah lagi dia di ajak untuk melihat badut-badut! Memangnya dia sependek apa sih sampai di kira bocah?
"Maaf pak badut saya ini sudah SMA" balas Taufan dengan nada sedikit kesal dan mulai berjalan meninggalkan pria berkostum badut itu. Langkahnya terhenti ketika pergelangan tangannya di tahan oleh pria itu. Dia menatap badut itu untuk meminta penjelasan dan di balas dengan senyuman sinis pria badut itu.
"Kau salah satu dari Boboiboy bersaudara, bukan? Kau pikir kau bisa kabur dariku?" dari kata-kata yang dilontarkan oleh pria badut itu Taufan menyadari satu hal. Badut itu bukanlah badut penghibur yang biasanya ada di taman hiburan.
*****
"Thorn? Blaze? Kalian juga berlibur di taman hiburan?" pertengkaran tidak berfaedah dari kedua Boboiboy bersaudara itu terhenti ketika mendengar suara yang tidak asing bagi mereka.
"Kak Fang? Kakak pergi sama siapa?" bukannya di jawab, Thorn malah memilih untuk melontarkan pertanyaan ke orang yang menegur mereka tadi yang tak lain adalah Fang.
"Sama kak Kaizo sekalian lagi berusaha menangkap pelaku penculikkan yang sering terjadi di taman ini" jelas Fang sambil menatap sekitarnya untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan.
Karena Kaizo merupakan polisi, jadinya Blaze dan Thorn tidak terlalu terkejut dengan apa yang di katakan remaja berambut landak itu.
"Kalian cuma berdua?" tanya Fang penasaran. Pasalnya dari tadi dirinya hanya melihat Blaze dan Thorn saja.
"Nggak kok! Tadi kami pergi sama kak Taufan! Tuh dia ada di bela--kang...?" perkataan Blaze berubah menjadi pertanyaan. Pasalnya saat dirinya menunjuk ke belakang, tidak ada satupun orang di sana. Hanya ada beberapa pengunjung yang berlalu lalang.
"Mana Taufan?" tanya Fang lagi. Dia mulai merasakan firasat buruk tentang ini.
"Tadi kak Upan ada kok di belakang kok hilang?" balas Blaze dengan nada agak panik. Apa jangan-jangan mereka terpisah di kerumunan?
"HUWAAA!!!! KAK UPAN HILANG!!" Pecahlah tangisan Thorn ketika mengetahui Taufan tidak ada di belakang mereka. Di tambah lagi dengan Blaze yang mulai terisak.
Perhatian para pengunjung mulai teralihkan ke mereka bertiga. Banyak para pengunjung yang bebisik mencibir Fang karena menurut mereka Fang telah membuat Blaze dan Thorn menangis.
Fang yang di tatap sinis oleh para pengunjung langsung gelagapan. Kan gak enak di tatap kayak tersangka oleh orang lain.
"Udah Thorn, Blaze jangan nangis, ya? Bagaimana kalau kalian minta tolong sama kak Kaizo untuk mencari Taufan?" saran Fang dan berhasil membuat kedua Boboiboy bersaudara itu tenang.
Mereka terlihat mengangguk kecil dan mulai berjalan mengikuti langkah Fang. Beruntung sekali Fang karena dapat menenangkan mereka berdua. Walaupun kemungkinan besar itu hanya sementara.
Di dekat penjual gula kapas terlihat Kaizo, salah satu anggota polisi yang paling berbakat yang terlihat terfokus kepada permen kapas yang di beli oleh anak-anak.
Ntahlah apa yang di pikirkan pria berumur 23 tahun itu di saat melihat permen-permen kapas itu. Yang jelas penjual tersebut jadi merasa aneh karena di tatap lekat oleh Kaizo.
"Kamu mau permen kapas, nak? Bilang saja pada saya gak usah natap seperti itu! Ini saya kasih gratis pasti untuk ceweknya yang ngambek kan? Yaudah saya pergi dulu ya nak" akhirnya penjual permen kapas mulai mendorong gerobaknya untuk mencari tempat lain dan meninggalkan Kaizo sendirian.
Mata Kaizo menatap gumpalan permen kapas yang ada di tangannya. Makan sedikit langsung lenyap dalam mulut. Makan lagi lenyap lagi. Makan lagi lenyap lagi dalam mulut.
Benar-benar sensasi yang belum pernah Kaizo rasakan sebelumnya. Mungkin ini yang di sebut masa kecil kurang bahagia.
"Loh? Kak Kaizo suka permen kapas? sejak kapan?" Kaizo langsung gelagapan saat dirinya kepergok oleh sang adik dan dua Boboiboy bersaudara yang ada di belakangnya.
Dirinya terlihat berdehem kecil berusaha membawa kembali image miliknya yang sempat hilang beberapa menit yang lalu.
"Ini permen kapas yang aku belikan untuk Fang" balas Kaizo sambil menyodorkan gumpalan permen kapas kepada Fang yang menatap kakaknya dengan tatapan cengok. Sejak kapan kakaknya yang terkenal pelit ini mau membelikannya permen kapas?
"Wah!! Kak Fang, Thorn boleh minta permen kapasnya?" pinta Thorn dengan mata berbinar saat melihat gumpalan-gumpalan permen kapas itu.
"Ambil saja Thorn! Aku tidak terlalu suka manis" balas Fang sambil memberikan gumpalan permen kapas itu ke tangan Thorn.
Kaizo menatap miris permen kapas yang ia dapatkan secara gratis itu. Padahal dirinya baru makan sedikit. tapi karena gengsi dan takut di tertawakan adiknya karena memakan permen kapas, Kaizo malah memilih untuk memberikan permen kapas itu kepada Fang.
Kaizo berusaha mengalihkan perhatiannya agar dirinya tidak terlalu kepikiran tentang permen kapas yang telah hanyut di dalam mulut Thorn.
"Apa sepanjang pengamatan ada yang mencurigakan, Fang?" tanya Kaizo sambil menduduki dirinya di kursi taman.
Fang terlihat menggeleng pelan saat dirinya di tanya oleh Kaizo. Tangannya menunjuk ke 2 Boboiboy bersaudara yang sedang menyantap permen kapas milik Kaizo.
"Aku malah ketemu mereka dan kata mereka Taufan hilang" jelas Fang yang langsung membuat Kaizo terlonjak kaget.
"Sudah di telepon? Mana tau dia tersesat" saran Kaizo yang langsung di balas dengan cengiran Blaze.
"Aku lupa bawa ponsel kak! Habisnya malas di telepon sama kak Hali kalau misalnya nanti kami pulang malam" Fang hanya menatap datar Blaze dan beralih ke Thorn yang masih melahap permen kapas milik Kaizo.
"Kenapa kak Fang lihat Thorn seperti itu? Nanti Thorn adu ke kak Gempa kalau kak Fang mau macam-macam sama Thorn" ancam Thorn dengan tatapan was-was. Ntahlah apa yang sedang di pikiran anak polos itu yang jelas sekarang ini dirinya menatap Fang seperti sebuah ancaman besar.
"Thorn bawa ponsel?" tanya Fang cepat. Jujur saja dirinya benar-benar merinding saat membayangkan pantat kuali milik Gempa yang melayang ke wajahnya.
"Ponsel itu apa kak Fang?" tanya Thorn bingung dan di balas dengan senyuman paksa Fang.
"Maksudnya, Thorn bawa Handphone?" koreksi Fang dan di balas dengan anggukan pelan Thorn.
"Kak Fang mau pinjam? Nih handphone punya Thorn! Lain kali gak usah pakai bahasa alien bilangnya kan Thorn gak ngerti jadinya" Fang meraih ponsel milik Thorn dan memberikannya kepada Kaizo.
Miris memang kalau punya teman polosnya ke bangetan. Masa gak tau nama lain Handphone?
Kaizo mulai menghidupkan ponsel milik Thorn yang tidak di pasang pengaman. Matanya terus menerus menggulir nama-nama yang ada di kontak ponsel milik Thorn. Gerakannya terhenti ketika mendapati adanya telepon masuk.
Kaizo mengernyit dahi bingung saat melihat nama yang tertera di ponsel itu di tulis BLAZE KECE.
Dapat Kaizo tebak jika yang menulis nama itu bukan si polos melainkan si pemilik nama itu sendiri. Tangannya menekan tombol hijau sebelum pada akhirnya mendengar suara menggelegar dari si sulung Boboiboy bersaudara.
Kaizo pun tidak tau sejak kapan ponsel itu disetel ke speaker.
"WOI BLAZE!! APA MAKSUDMU DENGAN MENCAMPUR SABUN MANDIKU DENGAN MINYAK GORENG!!" Suara menggelegar dari si sulung membuat Blaze merinding.
"Kak Taufan juga terlibat tau!" bela Blaze saat dirinya di salahkan oleh Halilintar.
"Kalau begitu pulang kalian sekarang! Kalau gak pulang sekarang aku usir kalian dari rumah" perintah Halilintar yang membuat Blaze berkeringat dingin.
Bukan, Blaze bukan panik karena takut akan di hukum oleh Halilintar melainkan takut bagaimana kakak sulungnya itu mengamuk jika mengetahui adik tersayangnya hilang.
"Tapi kak Hali kami belum bisa pulang sekarang" balas Blaze sehati-hati mungkin. Ia benar-benar takut jika mulutnya tidak sengaja membocorkan berita hilangnya Taufan.
"Kenapa Blaze? Kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Halilintar penuh selidik. Pasalnya selama ini trio huru hara itu tidak pernah sekalipun membantah perintah si sulung. Tapi kenapa kali ini Blaze berani membantah?
Fang terlihat ingin membuka mulut untuk memberikan penjelasan ke Halilintar tapi dengan cepat di halang oleh Blaze. Dari wajahnya dapat Fang tebak jika Blaze berusaha melarang Fang untuk mengadukan nya ke Halilintar.
"I--tu kak kami emm..itu.." Blaze kahabisan kata-kata untuk menipu si sulung. Karena dirinya kelewat panik, dia malah tidak bisa merangkai kata-kata dengan sempurna.
"Bicaralah dengan jelas Blaze" Blaze mulai memaksa otaknya untuk menemukan kata-kata yang sempurna. Alasan seperti apa yang dapat di percaya oleh Halilintar?
"A..aku emmm...itu..eh?" perkataan Blaze terhenti ketika dari kejauhan dia melihat sosok sang kakak yang sedang di tarik oleh seorang badut. Matanya membulat ketika melihat sebuah pistol yang mengarah ke kepala kakaknya.
"Kak Upan?" gumam Blaze tanpa sadar namun masih bisa si dengar yang lain termasuk Halilintar.
"Ada apa dengan Taufan, Blaze?" Halilintar terdengar agak panik ketika mendengar Blaze menyebutkan nama salah satu adiknya.
"Maaf kak Hali nanti aku telpon lagi" balas Blaze dan langsung mematikan telpon secara sepihak. Dia tidak peduli jika nanti dirinya di marahi oleh Halilintar. Karena saat ini ada yang lebih penting di bandingkan itu semua.
"Kak Kaizo, kak Fang, Thorn ayo ikut aku" ajak Blaze tanpa sedikitpun memberikan penjelasan kepada mereka semua membuat ketiganya mengerut dahi bingung.
Apa yang sedang di pikirkan Blaze saat ini?
"Kak Blaze lihat kak Upan, ya? Dimana?" tanya Thorn penasaran namun hanya di anggap angin lewat oleh Blaze. Blaze mengertakkan giginya ketika melihat bagaimana sang kakak yang hanya pasrah di tarik oleh badut jadi-jadian itu.
"WOY MUKA TEPUNG!! LEPASIN KAKAK GUE!!" teriak Blaze yang membuat semua perhatian pengunjung mengarah ke Blaze dan badut itu.
"B..Blaze?" gumam Taufan ketika melihat wajah adik tempramental nya itu memerah marah.
"Wah..wah..wah.. Masih ada yang lain rupanya. Aku kira kau datang sendiri bocah" balas badut itu sambil mengeratkan pegangannya pada jaket bagian belakang milik Taufan.
"Aku bukan bocah!! Umurku 16 tahun tau!!" sangkal Taufan tidak terima saat dirinya di sebut bocah.
DORR...
Suara pistol milik badut itu terdengar nyaring ketika dirinya menembak ke atas. Banyak dari para pengunjung yang panik dan segera melarikan diri. Badut itu mulai tertawa riang dan membuat Blaze, Fang dan Kaizo was-was. Apa jangan-jangan itu badut udah gak waras.
"Jangan bergerak! angkat tanganmu!" perintah Kaizo sambil mengacungkan pistol miliknya. Badut itu mulai tertawa riang dan mengarahkan pistol itu tepat ke kepala Taufan yang sudah menjadi tawanannya.
"Kau menembakku, bocah ini akan mati" kali ini tidak ada omelan dari Taufan yang kesal di panggil bocah oleh badut itu. Tatapan matanya mendelik horor ketika benda dingin itu mulai bersentuhan dengan kepala nya.
Taufan gak mau mati muda! Dia masih mau pacaran dan menikah dengan wanita idamannya! Semoga saja Taufan bisa selamat dari cengkraman badut gila itu.
Kaizo mulai menatap nanar badut itu dan meletakkan pistolnya di tanah. Percuma saja ia bersikeras untuk menembak badut itu jika nantinya nyawa Taufan yang di pertaruhkan.
Blaze dan Fang yang wajahnya sudah memucat semakin pucat. Bukan, mereka bukan takut dengan badut yang sewaktu-waktu bisa menembak Taufan kapan saja, melainkan sosok tubuh yang ada di belakang badut itu.
"Khi..khi..khi" suara yang berasal dari belakang badut itu terdengar sangat menyeramkan. Pisau yang ada di genggaman sosok itu terlihat menggores tangan si badut yang membuat badut jadi-jadian itu mengerang kesakitan dan menjatuhkan pistolnya begitu saja.
Taufan yang baru saja terlepas dari cengkraman badut itu dengan cepat menyambar pistol itu dan mengarahkannya ke badut jadi-jadian itu. Tapi niatnya seketika sirna ketika melihat sosok yang sangat ia kenali tengah merangkul badut itu sambil menyeringai setan.
"Th..Thorn?" gumam Taufan ketika melihat Thorn yang sedang menggores-gores pipi badut itu.
Jika diingat-ingat dari Blaze yang meneriakki badut gila itu Thorn memang sudah tidak ada. Taufan bahkan tidak pernah sedikitpun menduga jika adiknya itu memiliki sisi Psikopat.
"Kak Upan! Thorn boleh nanya? Bagusnya matanya yang di congkel atau tangannya yang di potong?" Tanya Thorn sambil tersenyum kepada badut itu.
Taufan tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat dan berakhir shock dan pingsan. Hari yang sial untukmu Taufan.
"Thorn? Biar aku yang urus badut jadi-jadian ini dan membawanya ke jeruji besi" perintah Kaizo cepat. Dia benar-benar tidak ingin jika si polos itu di seret ke penjara hanya karena menyiksa badut gila itu.
"Yaudah deh.. Kak Blaze? Kak Fang? Ayo bantu Thorn gendong Kak Upan pulang!" ajak Thorn kepada Blaze dan Fang yang daritadi menatap dirinya dengan tatapan horor.
Tolong ingatkan mereka berdua untuk tidak mencari masalah dengan anak polos itu.
*****
"Untung saja kalian selamat" ucap Gempa setelah mendengar cerita yang terjadi di taman hiburan. Dia benar-benar bersyukur karena kakak keduanya selamat dari cengkraman badut gila itu.
Hanya saja saat ini Taufan sedang shock berat sehingga tidak mau melepas pelukannya dari Halilintar dan Blaze saat ini tiba-tiba menjadi pendiam dan menjaga jarak dari Thorn dengan ekspresi yang sulit di tebak.
"Gem, nanti ingatkan aku untuk tidak mengganggu Thorn ya?" pinta Fang dengan ekspresi yabg sulit di artikan.
"Lah.. Kok gitu?"
"Thorn seram"
"Hah?"
END
2282 words
Kayaknya ini cerita oneshoot terpanjang buatan Krista OvO
Karena biasanya cuma sampai seribu lebih^^
Makasih yang udah mau mampir maaf kalau banyak typo nya^^
Cuma mau kasih tau aja nanti cerita 'Night' akan di lanjutkan cuma dengan judul 'Night camp'
Sinopsis:
Setelah mendengar cerita bagaimana Ice mendapat sial karena menaiki bus setan, Blaze tidak henti-hentinya mengejek Ice sampai sang adik jengkel. Dan di hari Blaze akan pergi berkemah bersama Taufan, Ice mengatakan sesuatu yang hanya di anggap remeh oleh Blaze "semoga kak Blaze juga di bawa ke dunia lain"
Tunggu aja itu cerita masih di draf^^
🐳SAYONARA🐳
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro