ep. 13
Info : aku up sebuah part yang di privat ep. Special sebelum part ini. Silahkan di check ya. Kalau mau 😏😏😏
"The day that, I was beside you. "
Author pov.
"apa yang oppa lakukan disini?"
Taeri menggelengkan kepalanya dengan cepat, "ah— ani, kapan oppa pulang dari kanada?"
Taehyung menatap keduanya tanpa ekspresi, yang semakin membuat taeri ketakutan bahkan wanita itu tetap berdiri di belakang jungkook tanpa melepas genggaman nya pada lengan kiri jungkook.
Tak kentara, taehyung sangat senang mendengar suara tawa taeri yang datang dari luar tadi, tapi saat ia tau taeri tidak tertawa sendirian taehyung tau ini tidak akan mudah. Bagaimana pun ia berusaha menata perasaannya, tetapi sampai sekarang pria itu tidak bisa mengeluarkan taeri dari dalam hati dan pikirannya, atau berusaha berpikiran bahwa taeri hanya sekedar adik nya yang manis.
Hingga pada malam itu, di hari terakhir taehyung tidur di samping taeri wanita itu tidak kuat mendengar pria itu menangis hingga membuat selimut dan punggung bajunya basah, taeri berbalik menangkup pipi taehyung dengan wajah terluka.
"oppa, mianhaeyo... naega—"
"aku tidak bisa mencintai oppa seperti itu... ", dengan jantung yang berdebar taeri mengatakan semua isi dari hatinya.
Taehyung menelan salvia nya. Biar, di hari itu ia menjadi pria yang terlihat begitu rapuh di depan taeri, di depan wanita yang begitu ia cintai. Bahkan mendengar suara taeri membuat hatinya bergemuruh.
Saat itu taehyung tau, dia memang sudah kalah di awal permainan yang ia buat. Bahkan gadis itu mengatakan dirinya baik-baik saja saat taehyung membahas malam panjang yang sering mereka lakukan dengan atas paksaan taehyung.
Benar juga, wanita ini terlalu baik untuk taehyung bahkan untuk berada di sisinya sebagai adik sekalipun. Taehyung berniat mempertahankan semuanya. Tidak menyiakan hubungan yang dia rangkai sendirian.
Dan saat ini taehyung melihat pria yang mencintai taeri, marah dan sedih bersamaan saat tau pria ini lebih bisa mencintai taeri dengan benar dan taeri membalas perasaan itu dengan suka cita.
Anggap saja taehyung seperti seorang ayah yang tidak bisa melepas anak gadisnya ke tangan pria yang begitu mencintai anak nya itu.
"Oppa baru sampai beberapa jam lalu, disini tidak ada orang. aku dengar mina noona melahirkan jadi aku kemari secepat mungkin"
Jungkook menganggukkan kepalanya mendengar pernyataan taehyung, "tapi sebelum itu aku ingin melihat adik kesayangan ku sebentar"
"Ah~", taeri mengusap belakang lehernya.
Untuk sesaat mereka terdiam, taehyung melirik jungkook sekilas lalu kembali memandang suasana kamar taeri yang berubah.
"sweet heart , bisa keluar sebentar? oppa mau bicara dengan jungkook"
Taeri menatap taehyung dengan heran. Takut taehyung akan melakukan sesuatu hal yang gila, taeri mengingat-ingat apakah dia pernah menyimpan gunting atau benda pecah belah di kamar nya ini, mengingat dia sudah merenovasi kamarnya. Takut taehyung melakukan hal aneh.
"Sayang, nan gwaenchana. tunggu aku di halaman belakang, main sama mochi ya... "
Jungkook berusaha menenangkan taeri yang bergetar, pria itu meyakinkan taeri dengan senyum tipis nya dan menarik taeri untuk keluar kamar dan setelahnya meninggalkan dirinya diluar dengan kamar yang terkunci dari dalam.
"nona muda, tuan seokjin menelfon", suara pelayan mengagetkan taeri.
Taeri segera menuju telfon rumah yang ada tertempel di dinding dapur.
"bagaimana oppa? mina eonni baik-baik saja kan?"
Taeri menunggu sedikit lama. Hanya ada suara helaan nafas seokjin yang terengah-engah seperti habis berlari keliling area rumah sakit.
"Mina sedang tidur, sopir jung menelfon ku dia menjemput taehyung di bandara apa itu benar?"
Taeri berdeham. Ia mendengar jin kembali menghela nafas yang kali ini cukup panjang.
"Jungkook oppa dan taehyung oppa sedang ada di kamarku, mereka minta waktu bicara berdua", taeri bersuara dengan pelan.
"Hah?! Ya tuhan, aku tidak bisa kesana. Kau harus memastikan mereka tidak berakhir dengan membuat kamar mu hancur kim taeri"
Taeri tertawa pelan, "jungkook oppa tidak mungkin bisa menghancurkan barang ku"
"iya jungkook, taehyung?"
Sedetik kemudian taeri menegang, begitu yang di seberang sana yang juga ikut terkejut karena perkataannya barusan.
"Setelah mereka keluar, tanya jungkook apa yang mereka bicarakan arra!"
Taeri mengangguk pelan, lalu menutup telfon. Sesuai perintah jungkook, ia pergi ke halaman belakang dan menemukan anjing golden berusia 5 bulan sedang bermain dengan tulang mainannya.
Anjing hadiah pemberian jungkook 3 bulan lalu, dan hasil merajuk taeri 1 bulan lamanya.
*********
"oppa ayolah, apa yang taehyung oppa katakan tadi?"
"Hm... "
Taeri merengek sejak tadi jungkook sudah keluar dari kamarnya. Jungkook hanya bilang taehyung harus segera pergi ke rumah sakit untuk menjenguk mina noona, dan tidak mengatakan apa-apa tentang apa yang mereka bicarakan.
"Hanya obrolan pria hehehe~", jungkook mengusap bulu-bulu halus mochi yang tertidur di pangkuan taeri.
Jungkook berdecak pelan. Ini lah alasan dia tidak menyetujui permintaan taeri untuk dibelikan anjing, mochi membuat dirinya rela berbagi pangkuan.
Jungkook memikirkan kata-kata taehyung, lebih tepatnya apa yang hyung itu inginkan. Permintaan yang terlalu berlebihan untuk dirinya. Tidak terlalu yakin apa taeri setuju dengan ini.
"Kim taeri, aku tidak yakin kalau saat kita serumah nanti tidak ada pertengkaran dan yang lainnya, aku tidak bisa menjamin bahwa airmata yang keluar dari matamu setiap harinya adalah airmata kebahagiaan"
Taeri berubah kaku hanya mendengar suara jungkook. Meskipun pria itu hanya bergumam, dengan jelas taeri yang ada di sampingnya bisa mendengar jungkook dengan baik. Pria itu menatap datar halaman di depannya lalu mengalihkan pandangan menatap taeri dengan senyum lebar yang begitu tulus.
"Tapi aku berjanji tidak akan membuatmu menangis sendirian, bukannya aku sudah pernah bilang saat pertama kali kita bertemu?"
"Aku sangat mencintai mu, aku ingin kau percaya kalau aku bisa melindungi mu. Berjalan di samping mu"
Hati taeri menghangat mendengar semuanya, merasa dirinya tidak menyesal memilih pria di depannya ini. Jungkook sudah lama mencintainya dan pria itu selalu bisa menunjukan bahwa perasaan itu masih sama. Bahkan seperti pertama kali.
Taeri menarik tangannya dan mengusap satu sisi pipi jungkook yang lebih tinggi darinya,"tentu saja. Aku percaya oppa tidak akan membuat ku menangis sendirian..."
Dan satu ciuman manis mengakhiri kata-kata taeri.
The Day.
Taeri tertawa bersama dengan teman-temannya. Sesi foto sudah selesai dan banyak dari temannya menangis haru karena melihat kecantikan taeri dengan baluran gaun panjang putih salju dan bunga juga tiara berkilaukan berlian kecil. Tidak menyangka bahwa teman yang kekanakan ini bisa lebih dulu menikah.
Sesi foto kedua mereka terganggu saat pintu besar hitam itu terbuka dan menampilkan taehyung yang berjalan dengan tegap. Tentu selalu tampan dengan setelan jas resmi nya.
"Annyenghasseo, kakak taeri"
Taehyung hanya tersenyun kecil membalas salam teman sama taeri itu.
"Oppa.. dimana abeoji? upacara nya mau di mulai kan?"
Dengan wajah tenang taehyung mengambil satu langkah, "oppa...yang akan jadi pendamping mu"
Taeri membulatkan matanya. Jantungnya berdetak aneh antara takut dan ter—
"Tidak. Percayalah pada oppa, aku tidak akan melakukan apapun"
Teman-teman taeri pergi lebih dulu meninggalkan mereka, begitupun fotografer dan wanita perias.
Taeri menatap taehyung cukup dalam, ia berdiri dari duduknya dan menaruh seikat bunga yang sempat ia pegang. Dengan senyum tipis ia bediri di depan taehyung, merapikan dasi putih sang kakak.
"Oppa carilah wanita yang lebih dewasa dariku, yang bisa mengerti kalau kau sibuk dan sangat cerewet juga seram kalau marah. Biar perlu yang sangat mencinta mu, apa perlu aku carikan?"
"Sedikit saran, jangan cari wanita seperti ku"
Taehyung terkekeh, "nan arra-yo....."
Taeri mengangguk, tatapannya tetap menuju dasi taehyung, "oppa, gomawo.. ", lalu menepuk kain jas itu dan memeluk taehyung dengan erat.
Berlahan taeri mundur dan mendapati taehyung mengulurkan tangannya, "jadi, biarkan oppa berjalan di sampingmu, sekali lagi"
"Bagaimana aku bisa percaya pada hyung?"
"Hyung bisa saja melakukan hal gila? Membawa taeri kabur saat pernikahan ku, mungkin"
Jungkook berdiri tak jauh dari taehyung. Pria itu baru saja meminta sesuatu yang membuat nya marah. Mengundang nya keacara pernikahan memang seharusnya karena taehyung adalah kakak taeri, tapi menjadi pedamping?
Seharusnya seokjin atau ayahnya yang melakukannya.
"Jika aku membawa nya kabur, kau bisa buat perusahaan ku bangkrut"
Jungkook menggeram, "Semua uang itu tidak ada artinya bagiku. Hanya taeri"
"Kalau begitu biarkan aku berada di sisinya, sekali lagi. dan untuk terakhir kali, biarkan aku menggenggam tangan nya dan mengantarkan orang yang kucintai ke tangan orang yang begitu aku benci"
Karena ia lebih bisa mencintai nya dari aku.
"Aku tidak mungkin melukai mu sekarang, aku yakin jika kau keluar dengan goresan saja taeri bisa tidak mau melihatku", taehyung tertawa renyah.
"Taeri tidak bisa membenci mu hyung, kau itu kakaknya walau tiri, dia sudah menyayangi mu. Seperti kakak untuknya"
"Jeon jungkook, jaga kim taeri untuk ku. Bersumpah lah seperti pria di hari pernikahan kalian nanti"
Taehyung melirik taeri yang berjalan dengan pelan di sampingnya. Genggaman nya semakin erat saat melihat jungkook yang berdiri di depan altar. Beberapa orang terkejut tetapi perasaan bahagia mereka mengalahkan rasa terkejut itu.
Jungkook membungkuk sebelum meraih tangan taeri, ia berbisik, "terimakasih karena membawa istriku dengan utuh"
Taehyung menunduk menyembunyikan tawa gelinya, "tentu. aku sudah berjanji kan?"
"Jeon jungkook, bahagiakan adik ku. Kim taeri"
"aku akan melakukannya tanpa kau minta, hyung"
Semua berjalan begitu saja. Taehyung tidak mempercayai takdir, dia berpikir bisa mengubah takdir nya dan ternyata semua gagal.
Terkadang, pasangan yang bahagia bertahun-tahun bisa saja berakhir dengan orang lain. Mereka kadang melepaskan demi kebahagian orang yang dicintainya. Dan percaya atau tidak mereka akan menemukan yang jauh lebih baik di luar sana yang mencintai dan dicintai nya.
Dan terkadang orang tidak bisa membedakan obsesi dan cinta yang sesungguhnya berbeda.
Cinta menimbulkan obsesi atau obsesi yang menimbulkan rasa cinta?
Hanya bagaimana tindakan selanjutnya, tetap di tempat dan menyesal, atau maju dan mengejar kebahagiaan mu yang sesungguhnya.
The End
11.03.18
Jika dia bahagia bersama orang lain. Maka, kau juga sebenarnya ditakdirkan bahagia bersama yang lain. -joonieheart
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro