Class president
Aku ingin sekali bertanya untuk menghapus rasa keingintahuan ku dari kemarin.
"Taku, apakah kamu tahu sesuatu tentang Nara?" Tanyaku saat kami berjalan menuju sekolah.Kejadian kemarin sore membuatku penasaran. Tapi sayangnya, tadi malam aku tidak sempat untuk bertanya kepada Taku karena lelah.
"Nara? Gadis berambut panjang lurus yang suka tersenyum. Sifatnya periang dan ditugaskan sebagai ketua kelas di semester 1 ini." Taku menjawab pertanyaanku secara singkat.
"Ada lagi yang kau tahu?" Tanyaku belum puas.
"Aku bahkan tidak terlalu dekat dengan murid perempuan selain dirimu Lami." Kata Taku jengkel.
"Padahal dia ketua kelas. Dasar pemalu." Ejekku menyindir.
"Lah kamu sendiri kenapa tidak berbaur dengan murid laki-laki?" Tanya Taku membalas perkataanku.
"Aku takut diganggu oleh murid laki-laki. Aku kan murid baru." Aku mulai bertingkah menjijikkan. Taku hanya nyengir mendengar jawabanku.
"Sudahlah..kau lebih baik belajar saja. Aku perihatin melihat nilaimu itu." Kata Taku menyuruhku berhenti bicara.
Aku mulai berjalan lebih cepat dari Taku karena kesal. Sekolah ini sudah membuatku lelah berkali lipat daripada di asramaku dulu. Tekanannya pun lebih banyak karena nilaiku yang lumayan jelek. 40,20 bahkan 5 dari 100. Terutama dari guru Bahasa jepang itu, Hibuki-Sensei.
Aku harus mencari Nara. Siapa tahu dia mau berbicara denganku.
***
Istirahat pertama pun tiba.
Aku pun melihat-lihat Nara dengan seksama. Bisa saja Nara berada di diantara geng murid perempuan yang terkenal di kelasku.
Sebenarnya, mengikuti perkumpulan mereka yang hanya membahas cowok saja, dari pagi sampai sore membuatku bosan. Aku pun sempat berpikir, bahkan manusia bisa berperilaku seperti ini?
Aku tak berhasil menemukan Nara. Dia tidak ada dimana-mana. Di kelas, di kantin, di ruang guru bahkan di toilet sekalipun. aku tak melihat jejak Nara. Tak ada yang tau dimana dia. Padahal Nara adalah seorang ketua kelas. Masa murid sekelasnya tidak peduli dengan Nara? Atau Nara nya saja yang cuek?
Aku menunggunya di depan pintu kelas.
Itu dia!
Sedari tadi, Hampir 10 menit aku menunggunya di pintu kelas. Aku spontan berlari kearahnya. Nara yang sedang duduk di tangga utama sekolah langsung menengok kearahku.
"Ada apa Lami?
"Darimana saja kau Nara?" Tanyaku penasaran.
"Aku hanya berkeliling sekolah kok. Di kelas rasanya sesak." Nara pun terlihat tidak nyaman. Sepertinya dia tidak mau diganggu.
"Nara..kau tidak punya teman kan?" Kataku mulai berbicara.
Mukanya langsung pucat dan terlihat sangat kaget. Dia mulai bertatapan denganku.
"Bagaimana kau tahu Lami?"
Tanyanya yang berhasil membuatku merinding. Dugaanku benar.
"Yah..firasat saja, kau terlihat jarang sekali bersama yang lain. Semua orang bahkan terlihat tidak peduli denganmu. Padahal kan, kau seorang ketua kelas.Kau seperti dikucilkan saja."
Bakk!
"APA KATAMU? DIKUCILKAN? AKU SAMA SEKALI TIDAK DIKUCILKAN!"
Aku bahkan tidak tahu aura jahat membuatnya seperti ini.
Aura hitam mulai terlihat. Aku sudah siap-siap melawannya walaupun aku sangat gugup karena ini kali pertamaku.
Semua murid melihat kami ketakutan. Bahkan ada yang teriak dan meminta bantuan guru. Tapi aku harus fokus dengan Nara kali ini. Demi nama para penyihir.
Teriakannya yang melengking membuat gendang telingaku hampir pecah. Aura hitam itu dengan sangat cepat menuju ke arahku. Aku spontan menghindar dan mebalas seranganya tadi.
Mlyporta!!!
Aku mengeluarkan mantra sihir dan berhasil membuatnya terpental. kekuatanku tidak menimbulkan kerusakan apapun di sekolah. Memang, semua jurus sihir tidak membahayakan orang lain. Hanya bereaksi kepada sang "target" saja.
Untungnya, level aura ini masih bisa kutangani dilihat dari kekuatanku tadi yang bisa membuatnya terpental. Aku harus segera menyelesaikan masalahnya tadi.
Nara diam sebentar dan aura hitam itu mulai membesar. Ini hanya satu-satunya kesempatan sebelum aura jahat itu bertambah besar.Aku membuat bentuk tangan yang aneh untuk menyedot aura hitamnya. Tapi hasilnya nihil. Ternyata susah sekali.
"Nara! dengarkan aku! Kita bisa menjadi seorang sahabat kan? Kataku sambil merintih.
Entah kenapa, Auranya mulai menghilang dan tersedot ke tengah-tengah tanganku. Aku pun langsung menyegel aura itu kedalam sebuah toples.
Nara merintih kesakitan. Dia memegang dadanya dengan erat.
Aku melihat air matanya yang hampir tak terlihat karena keringat.
"Sungguh Lami?" Tanyanya walaupun Nara masih terlihat kesakitan.
"Iya." Aku memeluknya.
Nara pun memeluk ku balik walaupun air matanya belum berhenti keluar . Keadaan pun kembali normal. Aku pun jadi ikut menangis.
Axie..kau lihat aku? Aku berhasil!
***
Terkadang, seorang manusia membutuhkan seseorang yang mencintainya karena manusia senang untuk dicintai dan mencintai seseorang.
***
Class President-END
Maaf ya....tugas pertama ini cepat sekali selesai nya. Mungkin beberapa dari kalian merasa tidak masuk akal:v.
Ya..ini baru pertama..selanjutnya saya berusaha lebih baik lagi:).
[Perhatian]
Karena Author punya kegiatan di dunia asli, cerita ini tidak akan update secepat dulu karena adanya kesibukkan. Tapi saya berjanji, 1 bulan pasti sedikitnya ada 1 chapter baru^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro