Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6a


“Boleh aku menanyakan sesuatu?” bisik Reza lembut. Ia mengecup punggung Dara Ayu yang telanjang. Wanita itu berbaring miring memunggunginya.

“Tanya apa?”

Bergerak perlahan, Reza menyusuri bagian belakang tubuh Dara Ayu dan membelai lembut. Sesekali ia mengecup atau menjilat di area tubuh yang sensitif. Ada perasaan bahagia saat mendengar Dara Ayu mendesah.

“Katanya mau tanya? Kok malah belai-belai?” tegur Dara Ayu saat merasakan jemari Reza menyentuh bagian intimnya.

“Aku penasaran satu hal,” ucap Reza. “pada statusmu. Ini nggak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin tahu. Apa Kakak pernah menikah?”

Dara Ayu terdiam, menghela napas lalu membalikkan tubuh dan kini berbaring telentang. Ia membiarkan tangan Reza menyelusuri tubuhnya. Dengan mata menatap langit-langit kamar, pikirannya menerawang tak tentu arah. Pada masa lalu pahit yang pernah ia rasakan.

“Kak?”

Tersenyum simpul, Dara Ayu meletakkan tangan di belakang kepala. Menimbang-nimbang perkataan sebelum mengungkapkan yang sesungguhnya pada Reza.

“Aku belum pernah menikah. Tapi, memang sudah tidak perawan. Kamu mau tahu kenapa?”

Reza menggeleng. “Aku nggak tanya soal perawanmu. Aku tanya soal statusmu. Kalau kamu belum pernah menikah, itu bagus. Soal hubungan dengan laki-laki, aku--,”

“Ssst! Diam dulu kamu, biar aku jelasin!” Dara Ayu memotong perkataan Reza.

“Baiklah, aku dengarkan.”

Dara Ayu menghelap napas panjang, meraih tangan Reza dan menggenggamnya. “Dulu, saat berumur 20 tahun, aku punya kekasih. Dia laki-laki tampan dan pintar. Pegawai andalan papaku di perusahaan kosmetik kami.” Ia memejamkan mata sesaat, berusaha menggali ingatan sebelum melanjutkan ceritanya. “Dia mendekatiku, dan aku menerima dengan senang hati. Bisa dibilang, dia adalah cinta pertamaku. Saat itu, aku yang naïf dan lugu, menyerahkan diri begitu saja padanya karena janji manis yang dia ucapkan. Kalau papaku mempromosikan dia menjadi kepala manajer, kami akan menikah. Kamu tahu apa yang terjadi?”

Reza menggeleng, mengecup punggung tangan Dara Ayu.

“Saat itu, aku yang bodoh merengek pada Papa agar mengangkat Dodi menjadi manajer. Oh ya, namanya Dodi Subrata. Laki-laki yang delapan tahun lebih tua dariku. Karena tidak tahan dengan rengekanku, Papa mengangkatnya. Saat itulah, aku menagih janjinya dan Dodi mengatakan akan menikah segera setelah aku sarjana.”

“Lalu?”

Tersenyum tipis, Dara Ayu mengingat nasibnya yang miris. “Laluuu, aku percaya kata-kata manisnya. Terlebih saat itu memang perusahaan dalam kondisi kacau balau. Sesuatu terjadi dan membuat kondisi keuangan menurun. Kebenaran terungkap beberapa hari sebelum aku wisuda. Aku memergokinya berbuat mesum di kantor dengan sekretaris papaku. Tidak hanya itu, dia juga melakukan manipulasi anggaran dan membuat perusahaan bangkrut.” Menarik napas panjang dengan tangan tertangkup di dada, Dara Ayu berusaha menahan kesedihannya. “Papaku terkena serangan jantung dan meninggal. Setelah itu Dodi menguasai perusahaan dan mengambil racikan rahasia yang kami gunakan untuk kosmetik. Dia meninggalkan perusahaan dalam kondisi morat-marit dan mamaku meninggal sebulan kemudian.”

“Oh, maaf.” Reza mendesah sedih, mendekap kepala Dara Ayu di dadanya. “Aku menggali luka lama.”

“Memang, bahkan sampai sekarang masih terasa sedihnya. Bagaimana aku harus bangkit dari keterpurukan hingga sampai di tahap ini.”

“Lalu, di mana laki-laki itu.”

“Kamu tahu apa yang paling ironis?” tanya Dara Ayu sambil mengedip.

Reza menggeleng. Ia tidak tahu tapi ia punya dugaan.

“Dodi menikahi anak perempuan direktur lain yang kebetulan juga teman papaku. Yang aku dengar, mereka sudah punya anak sekarang.”

“Brengsek! Setan! Bajingan! Kalau kenal, aku cincang orang itu!” Tanpa sadar, Reza memaki dengan suara keras. “di mana alamatnya? Biar aku yang membantumu menghancurkannya!”

Pembelaan Reza membuat Dara Ayu tergelak. Ia sedikit terhibur dengan sikap pemuda itu. Dalam keadaan ia sendirian, tidak punya keluarga, ada Reza yang memaki orang lain untuknya. Entah kenapa, hal itu membuatnya bahagia.

“Sudah, jangan memaki! Percuma juga.”

“Memang, tapi setidaknya aku melampiaskan sedikit kekesalanku.”

Dara Ayu meraih dagu Reza dan menggoyangkannya. “Kamu imut banget, sih? Anak siapa, sih?”

“Anak orang.”

Dengan lembut, Reza mendorong tubuh Dara Ayu agar telentang. “Aku ingin berekperimen terhadap sesuatu. Kak,” ucapnya sambil mengelus tubuh wanita di sampingnya. Ia bergerak turun dan kini kepalanya berada di atas perut Dara Ayu.

“Ekperimen apa?”

“Mencoba mengenal ini,” bisik Reza tepat di atas area intim Dara Ayu. “kamu cantik, Kak. Bahkan dalam keadaan telanjang begini pun kamu makin cantik.”

“Rezaaa, kamu ngapain?” tanya Dara Ayu setengah memekik saat merasakan jilatan di area intimnya.

“Diam dan nikmati, Kak. Biarkan aku berekperimen.”
Dara Ayu melenguh, saat merasakan sentuhan intim dari lidah Reza di kewanitaannya. Ia yang tak pernah merasakan hal ini sebelumnya, merasa malu dan tidak percaya diri. Namun, sepertinya Reza tidak peduli dengan reaksinya. Pemuda itu tetap menjilat, mengecup, dan mengisap. Memberikan berbagai perasaan menggelenyar dari tubuh. Ia menggeliat dan mendesah tertahan, saat badai kenikmatan menghantamnya bertubi-tubi. Tanpa sadar, ia menyentuh kepala Reza dan menekan ke area kewanitaannya.

“Reza, please.”

Ia memohon, saat hasrat sudah meninggi hingga di mencapai kepalanya. Reza mengangkat wajah dari bagian bawah tubuh dan menindihnya dengan posesif. Mereka berciuman dan saling memeluk dengan erat.

Dara Ayu membuka paha dan membiarkan Reza memasukinya. Sekali lagi, mereka terjebak dalam gairah tak berkesudahan.

Tidak ada lagi pembicaraan, kamar Reza didominasi oleh desahan dan erangan mereka. Saat keduanya mencapai puncak, tubuh mereka terkulai di ranjang dan memeluk satu sama lain. Malam itu, Dara Ayu menginap di unit Reza hingga pagi tiba.

“Setelah apa yang kita lalui tadi malam, tolong jangan menghindariku,” bisik Reza saat melepas Dara Ayu keesokan pagi. Wanita itu pamit untuk mandi karena harus bekerja.

“Nggak, tenang aja. Ini Sabtu, aku kerja setengah hari. Mau nonton atau makan nanti malam?”

Reza mengangguk tanpa pikir panjang. “Mau, aku jemput ke kantormu, bisa?”

“Tentu, nanti aku share lock. Kalau gitu aku nggak bawa mobil.”

Keduanya berciuman dengan intens sebelum memisahkan diri di depan pintu. Sepanjang hari, senyum tak lepas dari mulut Dara Ayu. Terutama jika mengingat malam panas yang ia lalui bersama Reza. Terkadang, ia masih tak percaya jika pemuda itu baru pertama kali bercinta dengan perempuan. Memang awalnya sangat kikuk dan ragu-ragu, tapi setelah percintaan kedua, Reza makin mahir melakukannya. Membuat Dara Ayu terus menerus berteriak puas. Sudah lama sekali ia tidak bercinta dengan laki-laki dan Reza mampu membangkitkan hasratnya kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro