
13
"Wah, parah nih, virus Corona beneran udah masuk ke Indonesia!" Andra yang baru kembali dari kamar mandi, menunjukkan ponselnya kepada Ahimsa dan Abe yang sedang mengerjakan tugas kelompok di teras belakang rumah Ahimsa pada siang hari itu. "Dan udah ada dua orang Indonesia yang dinyatakan positif."
"I know, right?! Cepat atau lambat, tuh virus pasti bakalan sampai kemari juga," sahut Abe sambil memindah-mindahkan posisi orang-orangan kertas dan beberapa objek lainnya di atas alas kertas karton hijau yang terhampar di lantai. "Orang-orang kita tuh pada ignorant, sih! Terlalu ngeremehin virus. Pake bilang tuh virus nggak bakal mempan sama orang Indonesia yang sejak kecil udah terbiasa makan pake tangan telanjang lah, yang tetep sehat walau udah hujan-hujanan lah, yang nggak pernah sakit cuma karena makan makanan yang jatoh ke lantai dengan dalih belum lima menit lah.... Sekarang kenyataannya kayak gini, kan?!"
"Selow, Be. Lo mindahin orang-orangan kertasnya jangan pake nafsu juga, dong!" kata Ahimsa yang sedang memotret objek-objek tersebut. "Nggak ada gunanya lo emosi kayak gitu."
"Abisnya gue kesel banget, Him!" dengus Abe. "Berita soal virus Corona ini tuh udah ada bahkan sejak Desember tahun kemarin. Kasusnya terus bertambah dan nyebar sampai ke negara-negara lain di luar China. Tapi pemerintah kita malah kayak santai aja nanggepinnya. Kalau udah kayak gini aja, baru deh pada heboh. Kemarin-kemarin ngapain aja mereka? Harusnya tuh buru-buru lockdown, atau ngelakuin apa gitu buat pencegahan. Ini malah sok santai, sok nenangin dengan statement receh yang akhirnya ikut diaminin sama masyarakat kita yang emang doyang yang receh-receh."
"Ya udahlah, kita juga nggak bener-bener tahu apa aja yang udah dan belum dilakukan pemerintah soal ini." Ahimsa memberi tanda kepada Andra untuk memperbaiki letak orang-orangan kertas yang dipindahkan Abe, lalu memotretnya. "Kita cuma baca dan nonton beritanya di media. Dan daripada emosi, lebih baik kita tunggu aja langkah dan tindakan mereka setelah kasus positif ini terjadi, sambil ngelakuin apa yang bisa dan harus kita lakuin. Salah satunya, nyelesein tugas stop motion ini."
"Sebagai mahasiswa, kita harus kritis dong, Him," kilah Abe. Lalu dia berbicara kepada Andra. "Lo juga setuju sama gue kan, Ndra?!"
"Ya, gue juga kesel sama reaksi orang-orang kita terhadap virus ini," angguk Andra. "Tapi bener kata Ahimsa, nggak ada gunanya kita emosi sekarang dan nyalahin pihak-pihak tertentu."
Abe mendesah. "Oke. Gue cuma ngungkapin unek-unek aja."
"Yah, mudah-mudahan, setelah ini pemerintah bisa lebih sigap lagi," ujar Andra, "dan masyarakat pun lebih suportif."
Mereka bertiga pun lanjut mengerjakan tugas mata kuliah Perancangan Audio Visual itu. Abe dan Andra bekerja sama memindah-mindahkan, menambah, serta mengurangi objek sedemikian rupa sesuai storyboard yang mereka buat tentang peduli lingkungan dengan mengurangi sampah plastik. Sementara Ahimsa memberi arahan dan memotret.
Setelah hari itu, berita-berita tentang virus Corona semakin marak dan meresahkan. Banyak pakar menyatakan gejalanya mirip dengan flu biasa, namun ada sedikit perbedaan. Efeknya sangat membahayakan, terutama bagi orang-orang yang memiliki penyakit bawaan yang rawan. Kemungkinan terburuknya bisa menyebabkan kematian dalam waktu yang relatif singkat.
Penyebaran virus yang konon berasal dari kelelawar itu pun terbilang mudah dan cepat. Seseorang yang positif terinveksi virus yang kemudian disebut Covid-19 itu bisa menularkannya kepada orang lain yang berinteraksi dengannya dalam jarak dekat. Virus tersebut menyebar lewat cairan atau molekul terkecil yang keluar dari mulut atau hidung si penderita melalui udara saat berbicara dengan orang lain. Sama halnya dengan ketika orang tersebut bersin atau batuk. Virus tersebut pun dapat disebarkan melalui sentuhan tangan.
Oleh karena itu, pemerintah kemudian memberi imbauan kepada masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan 3M sebagai tindakan pencegahan: mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Tak lama setelah imbauan itu disosialisasikan, terjadi kekacauan yang menambah keresahan. Kelangkaan masker dan hand sanitizer di pasaran akibat dari panic buying dan ulah beberapa oknum yang sengaja menimbun barang-barang tersebut untuk dijual dengan harga yang tak masuk akal.
Pada awalnya, Ahimsa masih santai, tidak terbawa arus orang-orang yang berburu masker, sabun pencuci tangan, hand sanitizer, dan cairan disinfektan. Dia merasa belum perlu-perlu banget menggunakan benda-benda itu. Sampai pada suatu pagi, ibunya dan Aruna membahas grup WhatsApp di ponsel masing-masing dan ikutan panik seperti para anggota grup lainnya. Seakan-akan, bumi akan hancur jika barang-barang tersebut semakin langka di pasaran.
"Pokoknya, kita semua harus bisa ngedapetin masker, sabun pencuci tangan, hand sanitizer, dan cairan disinfektan, gimanapun caranya!" tegas ibu Ahimsa. "Mama bakalan cari di mal, supermarket, apotek, dan toko kelontongan sekitar sini. Papa, Abang, sama Adek, coba cari di mal, supermarket, dan apotek dekat kantor, kampus, dan sekolah kalian! Nanti kita saling lapor di grup."
Jadi, sepulang kuliah sore itu, Ahimsa langsung pergi ke mal terdekat dari kampusnya. Betapa terkejutnya dia mendapati kenyataan bahwa barang-barang tersebut dinyatakan sudah habis. Bahwa kabar kelangkaan barang-barang tersebut yang disiarkan di TV dan media online itu benar adanya. Ahimsa hanya berhasil mendapatkan sebotol sabun pencuci tangan dari supermarket di mal itu.
"Ya udah, nggak apa-apa, Bang. Beli aja," balas ibunya di grup WhatsApp keluarga, setelah Ahimsa memberi laporan. Dan ternyata, anggota keluarganya yang lain pun bernasib sama.
Saat berada di parkiran, Ahimsa melihat sesosok wanita yang mirip Claudia sedang berjalan bersama seorang pria menuju sebuah mobil. Tidak salah lagi, wanita itu memang Claudia. Namun, Ahimsa tidak tahu siapa pria bertubuh tinggi besar di sampingnya itu. Ahimsa terus memperhatikan mereka sampai Pajero Sport hitam yang mereka tumpangi meninggalkan parkiran.
Sambil men-starter sepeda motornya, Ahimsa memikirkan apakah dia harus mengikuti mobil itu atau mengabaikannya.
Jangan! Bukan urusan lo! tahan batinnya.
Kejar, dong! Gimana kalau tuh cowok berbahaya? Lo nggak mau Claudia sampai kenapa-kenapa, kan?! teriak sisi batinnya yang lain.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro