Dua Puluh Sembilan
"Bibi Sakura..." Azura berlari memeluk Sakura ketika Sakura dan Sasuke sampai di mansion Uchiha.
"Azura jangan lari." kata Sakura gemas sambil memeluk pria kecil itu.
"Aku rindu bibi." katanya dengan tersenyum lebar.
"Nenek mana?" tanya Sasuke sambil mengedarkan pandangannya. "Nenek ada di dapur, paman Sasuke,"
"Kalian sudah kembali?" tanya Mikoto yang muncul dari arah dapur dan masih dengan apron di pinggangnya.
"Iya, kaa-san."
"Sakura, kau tidak apa 'kan jika tinggal disini dulu? Kami semua khawatir padamu." kata Mikoto yang mengambil alih Azura dari pelukan Sakura.
"Tidak masalah, kaa-san. Dan maaf aku telah banyak merepotkan kalian." kata Sakura sedikit membungkuk.
"Apa yang kau katakan? Sekarang ini adalah rumahmu Sakura, kau tidak perlu sungkan seperti itu.." Kata Mikoto menolak argumen Sakura. "Kurasa lebih baik kita ngobrol di dalam, ayo!"
***
Mikoto tersenyum senang setiap kali ia menata perlengkapan makan di meja makan yang besar itu. Dan senyuman samar itu sialnya selalu tertangkap mata oleh Sakura yang hanya bisa melihat Mikoto menyiapkan semuanya bersama beberapa pelayan rumah.
"Selamat malam, adik ipar.." Sapa Itachi saat tiba di ruang makan, lengkap dengan jas dokternya yang terlipat di lengan kirinya dan penampilan Itachi yang sedikit berantakan. Oh dia baru pulang... "Selamat malam, Ratuku..." lanjutnya sambile menuju ke Mikoto dan mencium pipinya.
"Kuharap Tou-san bangkit malam ini, kau tahu? Kau sangat menjijikan." cibir Sasuke yang tiba di sana ketika adegan Itachi mencium Mikoto. "Oh dan juga, kuharap kakak ipar juga bangkit untuk menamparmu." lanjutnya.
"Kau PMS?" tanyanya. "Bahkan Kaa-san tidak menghindar atau menolakku. Bilang saja kau iri."
"Cih.."
"Itachi jangan bertengkat dengan adikmu, kau tidak malu pada Azura?" Mikoto berusaha menengahi kedua putranya yang tidak pernah akur itu.
"Dia yang mulai dulu, Kaa-san." Elak Itachi
"Dia yang membuatku berkata seperti itu," Sasuke membela diri, kemudian beralih ke Sakura menghindari tatapan jengah ibunya dan berpura-pura sibuk dengan Sakura.
***
Mikoto melihat meja makan rumahnya yang kini terisi penuh dengan segala makanan yang memaksa air liur menetes dan iris hitamnya menatap satu persatu kursi yang ada di sana terisi penuh oleh orang-orang terkasihnya. Itachi dan Azura, Sasuke dan Sakura, dan dirinya sendiri dengan menatap hampa kursi yang sengaja di kosongkan karena itu adalah tempat duduk Sang Kepala Keluarga yang telah lebih dulu menghadap Tuhan di Surga.
Mikoto tanpa sadar telah meloloskan air matanya melalui suduk kiri matanya, semua orang tidak menuadarinya, tapi Sakura... Dia menyadarinya. "Kaa-san? Ada apa?" Tanya Sakura.
Pertanyaan Sakura membuat srluruh atensi semua orang yang ada di meja makan mengalihkan pandangannya menuju Mikoto, menyadari sesuatu, Mikoto langsung menyusut air matanya dan tersenyum tegar. "Kaa-san?" sahut Itachi yang duduknya paling dekat dengan Mikoto. Mikoto menoleh dan menjawab pertanyaan Itachi dengan pandangan matanya. "Kaa-san ingat Otou-san lagi?"
Mikoto tersenyum--lagi--, senyum tegar yang mengandung semua perasaan rindunya terhadap mendiang suaminya, Uchiha Fugaku. "Aku hanya membayangkan bagaimana ekspresi ayah kalian saat ia tahu meja makan sepenuh ini." Itachi mengangguk paham, mengerti bagaimana perasaan Mikoto tersebut karena ia sendiri juga seringkali juga seperti itu ketika ia memandang langit dari balkon kamarnya.
"Lebih baik kita lanjutkan saja makan malamnya. Tidak baik memikirkan hal sedih ketika makan." Sasuke akhirnya berkata ketika ia menyadari bahwa suasana di sini cukup mellow dan dia tidak ingin Ibu dan kakaknya terlarut karena memikirkan orang terkasihnya.
Makan malam itu berlanjut dengan suasana yang kembali baik, karena ada Azura dan Sakura yang saling melempar candaan satu sama lain. Sakura tidak pernah merasa sebahagia ini. Ia merasa seperti lebih hidup ketika Azura tertawa.
Jangan bilang bahwa kau berharap memiliki seorang putra Sakura. Apa kau yakin dengan itu?
*
"Sedang memikirkan apa?" tanya Sasuke pada Sakura yang duduk termenung di atas ranjangnya.
Sakura menoleh ke arah Sasuke yang berjalan mendekat ke arahnya dan duduk di tepi ranjang. "Tidak ada hal yang penting, aku hanya berpikir beberapa hal. Jangan khawatir." jawab Sakura sambil membalas remasan tangan Sasuke di tangan kanannya.
"Sungguh?" Sakura hanya mengangguk meyakinkan Sasuke bahwa ia tidak perlu khawatir dengannya.
"Jika ada yang sakit kau bisa bilang padaku, mengerti?" Lagi, Sakura hanya mengangguk ketika Sasuke berkata. Dan ia memejamkan matanya ketika Sasuke mencium keningnya, beralih ke kedua matanya dan berakhir dengan lumatan lembut di bibirnya. Ciuman itu murni menjelaskan pada Sakura, bahwa suaminya itu mencintainya dan disana tergambar dengan jelas bahwa tidak ada nafsu atau apapun itu.
Ciuman itu terlepas yang membuat Sakura membuka matanya ketika ia merasa Sasuke sudah menjauhkan wajahnya dari wajahnya. "Tidurlah, Aku mencintaimu." terang Sasuke kemudian ia menata selimut Sakura dan menyuruhnya tidur. "Selamat malam."
***
BROKEN ANGEL TAMAT YA, Sejak awal ini republ bukan untuk dilanjutkan tapi cuma untuk mengisi kekosongan dr notif kalian yg sepi tanpa ada nama Philossugaya di antara mereka/*pede sekali...
Oh ya, makasih sudah mau membaca book ini. Mau re-read ato baru baca. Terima kasih sekali lagi... ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro