Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Belas

Apartemen Sasuke malam ini cukup ramai, karena setelah ia pulang dari kantornya Naruto dan Hinata yang berkunjung ke apaertmennya. Sebuah hal yang tumben menurut Sasuke. Dengan penuh selidik pria raven itu menatap keduanya yang sudah salah tingkah sendiri karena dipandangi Sasuke seperti itu.

"Kenapa sih Sas?" Tanya Naruto yang sudah tidak tahan dengan pandangan Uchiha Sasuke yang seolah mengulitinya.

"Tidak." Jawab Sasuke singkat.

"Sasuke-san, ngomong-ngomong dimana Sakura-san?" Tanya Hinata sambil matanya beredar mencari keberadaan Sakura.

"Dia sedang mandi, Hinata." Hinata mengangguk mengerti kemudian Naruto mengambil alih pembicaraan sebelum aura dingin Sasuke menguar lebih banyak. Percayalah, meskipun mereka teman baik, Ia masih tidak tahan dengan aura dingin Sasuke.

"Hmmm aku ingin memberikan kalian ini sebenarnya..." Naruto tersenyum kikuk sambil menyerahkan sebuah undangan.

"Kalian akan menikah?" Tanya Sasuke tidak percaya.

"Iya. Kami akan menikah hari Sabtu ini." Naruto berkata percaya diri sedetik kemudian ia merangkul bahu Hinata. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum malu karena tingkah calon suaminya itu.

"Hn, aku akan mengusahakan datang. Jika ia tidak kambuh." Sasuke berkata sambil menerawang, mengingat kejadian dua hari lalu saat Sakura pingsan.

"Kambuh? Sakura-san sakit?" Tanya Hinata dengan raut wajah terkejut yang sangat kentara.

"Iya, dia asma dan tiga hari lalu kambuh. Hinata." Sasuke menjelaskan dengan nada datar tapi sorot matanya jelas menampakkan kesedihan dan ketakutan, dan Hinata tahu itu.

"Aku turut sedih, Sas.." Hinata menatap Sasuke dengan wajah menyesal.

*

Sakura baru saja keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk menyisir rambutnya. Namun baru saja ia meletakan sisirnya setelah selesai dengan rambutnya, ia melihat kabut putih yang semakin tebal setiap detiknya melalui cermin di depannya tanpa ia harus berbalik.

"Putri Sakura..." Terdengar suara seseorang yang memanggilnya membuat Sakura menajamkan telinganya. Ia bersikap waspada, mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi.

"Putri Sakura..." Sekali lagi. Panggilan itu terdengar. Sakura kembali mengedarkan pandangannya di seluruh kamar Sasuke.

"Siapa?" Sakura bertanya dengan kewaspadaan yang belum berkurang. Ia menegrjap melihat asap putih itu memadat dan menjadi sosok manusia--tidak itu lebih menyerupai nimph, kaumnya.

"Putri Sakura..." Panggil nimph itu sambil berlutut memberi penghormatan kepada Sakura.

"Kau... Siapa?" Tanya Sakura sangsi,

*

"Pangeran Sasori... Anda harus makan." Yugao terus membujuk Pangerannya itu sekali lagi, karena Sasori masih enggan membuka mulutnya bahkan untuk berbicara pada siapapun.

"Setidaknya anda harus makan Yang Mulia, ini sudah hari ketiga sejak anda sakit dan anda belum makan apapun." Konan kembali membujuk pangerannya itu. Dan Sasori tetap bergeming tanpa menatap Pelayannya yang setia itu.

*

"Hamba... Deidara. Mama"--disini aku pake panggilan Mama yang artinya sama dengan Yang Mulia untuk perempuan*kalo di drama Korea yang sejarah sih* wkwk--

"Deidara?" Sakura bertanya kepada Deidara meyakinkan pendengarannya sendiri.

"Iya, Mama. Hamba pelayan Pangeran Sasori." Jelas Deidara, mendengar nama Sasori disebutkan Sakura langsung terduduk di lantai kamar Sasuke dan membuat Deidara refleks membantunya berdiri.

"Anda baik-baik saja, Mama?" Tanya Deidara takut karena melihat Sakura yang tiba-tiba jatuh.

"Aku tak apa, Dei." Jawab Sakura singkat.

"Jadi benar dugaanku, Mama. Bahwa Anda di buang oleh Putri Tayuya ke bumi." Dei memulai ceritanya dengan membenarkan spekulasinya.

"Aku sudah tujuh bulan berkeliling dunia untuk mencari pertapa katak dan akhirnya aku sampai ke sini berkat dia, Mama.." Deidara bercerita kembali.

"Apa, kakak baik-baik saja?" Tanya Sakura, tapi sebelum Deidara menjawab pengawal Sasori itu kembali menghilang.

"Dei? Deidara?" Panggil Sakura cukup keras mencari keberadaan nimph itu ke semua sudut ruangan kamar Sasuke. Namun nihil, nimph itu sudah menghilang bersama hilangnya asap yang mengepul tadi.

*

Sasuke pov

Aku yang baru saja mengantar Naruto dan Hinata ke depan pintu apartemen, terkejut karena mendengar teriakan Sakura yang cukup nyaring hingga ke ruang tamu. 

Aku bergegas menghampiri Sakura, takut jika Sakura kembali dalam bahaya lagi. Aku masih agak sedikit paranoid melihat Sakura kesakitan seperti kemarin.

"Sakura, Kau tak apa?" Aku memegang gadis itu setelah aku sampai di kamar. Aku melihat ia menangis frustrasi dan kemudian memeluknya agar gadisku ini tenang.

"Sasuke... hiks" Sakura kembali terisak setelah ia sedikit tenang. Aku kasihan melihatnya yang kembali menangis tanpa aku tahu sebab kenapa ia menangis.

"Tenanglah, tidak apa-apa aku ada disini sekarang.." Sasuke mengelus pelan kepala Sakura hingga gadis itu merasa tenang.

*

"Deidara?" Konan terkejut bukan main saat ia melihat Deidara yang kini berjalan ke arah paviliun milik Sasori.

"Dimana Pangeran?" Tanya Deidara pada Konan sambil terus berjalan ke arah paviliun itu.

"Yang Mulia sedang sakit,"

"Bisa aku bertemu dengannya?" Tanya Deidara yang langsung diangguki oleh Yugao.

"Yang Mulia Pangeran Sasori, Deidara menghadap.." Sapa Deidara pada Sasori yang masih berbaring memunggunginya,

Sasori berbalik mendengar panggilan itu, matanya yang beberapa waktu ini meredup kini berbinar indah mengetahui Deidara sudah kembali.

"Deidara?"

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro