Chapter 11
Selama keinginan itu masih ada
Selama harapan masih ada
Selama hal yang kau cintai masih ada
Kau pasti bisa melakukannya
Pertempuran telah usai. Dan beberapa tim medis pun melakukan perawatan pada korban, termasuk Rinne.
Ya, Rinne mengalami luka tembak di bahu kanan yang membuatnya sulit bergerak untuk beberapa saat. Tetapi, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk melacak kepergian (Name) yang diakibatkan oleh mantan rekannya yang seenak jidat membawa (Name) tanpa melindunginya sedikitpun.
Rinne memang tidak melarang (Name) untuk pergi dengan siapapun, asal ia bisa melihat (Name) bahagia. Namun, ia memiliki pengecualian pada satu orang ini.
"Ada ide dia dibawa kemana?" tanya Rinne dengan tatapan tenang namun kesal di dalam.
"Aku rasa dia dibawa ke China malam ini," jawab Michelle setelah menghela nafas cukup panjang.
Setelah mendapatkan jawaban, Rinne langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan pesawatnya dan melakukan pengintaian. Tindakan Rinne pun sempat ditegur atau lebih tepatnya dicegah oleh Urie yang terluka, namun ia pun tidak bisa membiarkan hal ini berlangsung berlarut-larut, apalagi jika sudah menyangkut soal (Name).
"Hal bodoh apa yang akan kau lakukan lagi, Rinne?" tanya Michelle sebelum Rinne benar-benar meninggalkan negeri sakura ini.
Rinne pun memberikan tatapan tajam pada lawan bicara, "Sepuluh persen adalah pemikiran dan sembilan puluh persen adalah tindakan, itulah jalan pria."
*****
Kini, kain yang menghambat (Name) berbicara telah dilepas. Begitu juga dengan ikatannya dengan kursi.
Meskipun ia telah bebas, namun ia tidak sepenuhnya bebas. Ia masih terperangkap dalam mansion pria lain yang seenak jidat menculik dan menjadikan dirinya sebagai maid.
Bukan, bukan maid. Tapi, lebih tepatnya adalah pet. Semacam yang dilakukan Rinne padanya.
"Sudah berapa kali kau menghela nafas, (Name)?" tanya pria itu yang sedari tadi menatap pantulan dirinya dari kaca mansion.
"Tidak tahu," jawab (Name) singkat.
"Oh, (Name). Jangan dingin padaku," rayunya yang terbalas dengan tatapan (Name) yang seolah-olah menyatakan jika ia sangat tidak peduli dengannya.
Melihat tingkah (Name), pria itu semakin tertarik untuk menggodanya. Tentunya karena ia belum pernah melihat ada seorang gadis yang menolak bahkan bersikap dingin dihadapannya.
"Jadi ... masih mengharap Rinne? Pria brengsek yang tidak tahu aturan, selalu datang ke tempat judi, seorang player ...."
"Shut up! Jika kau punya masalah dengannya, maka segera selesaikan. Jangan buat wanita yang tidak tahu apapun harus terseret ke dalamnya," bentak (Name) yang membuat pria dihadapannya semakin tertantang.
"Bagaimana jika aku memberitahumu kalau saat ini, Rinne akan menjemput ajalnya," ucap pria itu tanpa nada bersalah sedikitpun.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di wajah tampannya. Ya, (Name) jengah akan semua ucapan yang dibuat-buat oleh pria itu.
"Segera kembalikan aku dengannya, jika tidak ... lebih baik aku bunuh diri," ancam (Name).
"Coba saja," balas pria itu yang membuat (Name) meninggalkan kamarnya dengan linangan air mata yang tidak sanggup ia tahan lagi.
(Name) berlari dan mengunci kamarnya rapat-rapat. Ia menangis dalam diam dengan harapan jika apa yang dikatakan pria itu tidaklah benar.
*****
Kini, Rinne telah tiba di negara tirai bambu. Dan, ini bukanlah pemandangan yang asing untuknya. Ia sudah sering kemari untuk urusan gelapnya.
Jadi, besar kemungkinan baginya untuk menemukan (Name) dengan mudah dan membantai orang yang telah menculik pujaan hatinya.
"Kakak, silakan masuk," sambut seorang pria yang tampak lebih muda dari Rinne. Namun, pria itu memiliki ciri yang sama dengan Rinne.
Bisa ditebak? Ya, dia adalah adik dari Amagi Rinne, Amagi Hiiro. Dia sedang ada di negara ini dengan urusan yang sama dengan Rinne, atau lebih tepatnya jika Hiiro adalah tangan kanan terbaik Rinne yang ia pasrahkan untuk melebarkan sayap di China bersama dengan beberapa temannya yang berhasil ia rekrut secara tidak sengaja.
"Ada kemajuan?" tanya Rinne yang telah berjalan mendahului Hiiro dan menuju ke kamar yang telah disediakan khusus untuknya.
"Tentu, aku sudah dapatkan beberapa informasi terkait hilangnya (Last name)-san," jawab Hiiro dengan tampang serius, "Hanya saja ... aku masih memerlukan waktu untuk memastikan lokasi yang lebih tepat. Dan aku harap Kakak bisa lebih bersabar lagi."
Rinne pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap adiknya, "Aku mengandalkan mu, Adik kecilku."
Setelahnya, Rinne masuk ke kamar dan mengistirahatkan tubuhnya. Meskipun ia tidak akan bisa tenang, namun sebisa mungkin ia harus tenang agar pikirannya bisa berjalan dengan lancar. Mengingat, tidak ada Urie disisinya yang bisa ia andalkan saat ini.
Melihat kondisi kakaknya yang tampak sedikit gusar itu cukup membuat Hiiro memasang wajah bertanya-tanya. Ya, hal itu jarang diperlihatkan Rinne pada orang lain, selain Hiiro.
'Apakah kakak sudah menemukan orang yang akan ia nikahi?' pikir Hiiro yang belum beranjak dari posisinya.
"Mau sampai kapan kau berdiri disitu? Masih banyak yang ingin kami sampaikan."
Suara itu membuat Hiiro berbalik dan menatap seorang pria yang sedikit lebih pendek darinya dengan surai krem yang telah melipat tangan di dadanya.
"Hm? Ada hal yang ingin kau tanyakan?" ucap pria itu yang seakan-akan mengerti isi pikiran Hiiro.
"Tidak, tidak ada apa-apa, Aira. Hanya saja, bukankah kakakku terlihat aneh?" ucap Hiiro yang langsung disambut tatapan bertanya oleh Aira.
Aira Shiratori adalah mata-mata sekaligus tangan kanan terbaik dari Hiiro. Ya, dia memang terbaik.
Ia selalu tahu seluk-beluk lawan, baik yang sudah pernah Rinne ataupun Hiiro temui maupun yang belum pernah mereka temui.Dan hasil pekerjaan yang ia berikan pun cukup memuaskan.
"Aneh ... maksudmu, dia repot-repot kemari hanya untuk seorang wanita?" ucap Aira yang mengerti arah pembicaraan atasannya ini.
"Ya, aku rasa begitu," jawab Hiiro sembari menyusuri lorong mansion menuju ke ruangannya.
Mendengar jawaban dari Hiiro, Aira hanya mampu menghela nafas. Ia tidak habis pikir jika adik dari mafia besar bisa sepolos ini.
"Biarkan saja kakakmu yang memberitahumu. Sekarang, aku tahu dimana mereka berada. Hanya, aku harap jika kau mampu merahasiakan hal ini hingga kakakmu benar-benar pulih atau kau bisa kehilangan dia untuk selamanya," ucap Aira setibanya di ruangan Hiiro. Dan Hiiro pun menyetujui ucapan Aira.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro