Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bride - 3

Nefiry - City of Elf

Dentuman keras yang berdengung di telinganya membuat Kyrei tersentak. Dengan rakus ia menghisap oksigen sebanyak-banyaknya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini ia bisa mendapatkan oksigen dengan mudah. Ia tidak lagi tenggelam. Siapa yang menyelamatkan aku?

Kyrei mengerjapkan matanya beberapa kali, merasakan dingin luar biasa di ujung jemari kakinya. Ia berusaha bangkit, tubuhnya basah kuyup. Matanya menangkap sebuah cahaya kerlap-kerlip yang terbang mendekatinya. Apa itu kunang-kunang?

Kyrei telah berdiri sepenuhnya. Berdiri tanpa alas kaki. Telapak kakinya menginjak rumput yang tebal layaknya karpet bludru. Warnanya hijau tua. Tingginya sekitar dua ruas jari orang dewasa. Ia berada di sebuah bukit yang ditumbuhi rumput dan pepohonan rindang.

"Elfountury."

Kyrei menoleh. "Si ... siapa di sana?"

Tidak ada siapa-siapa. Hanya angin yang menerpa wajahnya lebih kencang. Cahaya kerlap-kerlip itu mendatangi Kyrei, terbang mengitari kepalanya. Cahaya itu berputar-putar dan mengerubungi tubuh Kyrei.

Kyrei menatap cahaya itu takjub.

"Elfountury."

Suara itu lagi. Seakan-akan cahaya-cahaya itulah yang memanggilnya. Kyrei mencoba menyentuh cahaya itu dengan telapak tangannya. Ketika telapak tangan Kyrei mengenai cahaya itu, ia merasakan sengatan-sengatan kecil di kulitnya. Kemudian cahaya itu menyebar, meninggalkan tubuh Kyrei dan berkumpul menjadi satu. Cahaya itu berkumpul, menyerupai sesosok wanita. Wanita itu melambaikan tangannya kepada Kyrei.

"Si ... siapa anda?"

"Elfountury."

Kini Kyrei yakin, wanita itulah yang selama ini memanggilnya dengan sebutan Elfountury. Kyrei mendekat. Wanita itu tersenyum. Rambutnya yang berwarna emas melayang-layang tertiup angin.

"Siapa anda? Dan dimana aku sekarang?" tanya Kyrei

"Ha ha ha, ayo kejar."

Kyrei terkejut, menoleh keasal suara. Seorang gadis kecil berlari kesana kemari. Cahaya kerlap-kerlip yang sama sedang mengejarnya. Gadis kecil itu terjatuh, terguling-guling di rerumputan. Ia tertawa lagi, kini tawanya lebih keras dan lepas. Matanya yang hijau nyaris serupa dengan rumput yang ia tiduri.

Kyrei seperti terhipnotis oleh pemandangan itu. Cahaya itu berubah menjadi kupu-kupu kecil dan mengangkat tubuh gadis kecil itu hingga ke udara. Membawa gadis kecil itu melayang-layang kesana kemari. Hingga beberapa saat lamanya, gadis kecil itu menyadari keberadaan Kyrei. Mata gadis kecil itu menatap Kyrei lembut. Kali ini Kyrei terngaga. Bagaimana mungkin?

Gadis kecil itu adalah dirinya. Ia adalah Kyrei semasa kecilnya. Meskipun matanya tidak sehijau itu, tetapi itu adalah wajahnya. Gadis kecil itu tertawa tanpa suara. Menunjukkan giginya yang rapi. Mendadak awan bergelung di atas kepala mereka. Angin bertiup lebih kencang hingga membuat Kyrei menyipitkan matanya.

Sesosok pria bersayap hitam mendekati gadis kecil itu. Kyrei tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi jantungnya berdetak lebih cepat, sampai-sampai Kyrei harus memukul-mukul dadanya agar debaran itu berhenti. Apalagi ketika gadis kecil itu menyentuh pipi pria bersayap itu perlahan, Kyrei merasakan sengatan hebat di dadanya. Rasanya sakit sekali. Nyaris membuat Kyrei tersungkur. Air matanya tiba-tiba meleleh tanpa sebab. Ia tiba-tiba saja menjadi begitu sedih dan terluka. Beberapa saat kemudian, suara lolongan serigala membuat Kyrei tersentak. Kyrei mengikuti arah pandang gadis kecil itu. Sesosok serigala raksasa berbulu hitam legam, dengan mata berwarna hijau menyala berdiri tidak jauh dari mereka. Serigala itu menggerak-gerakkan kepalanya. Gadis kecil itu berlari kearahnya, menghempaskan tubuh mungilnya ketubuh serigala itu hingga tubuhnya tenggelam dalam bulu-bulunya yang tebal.

Kini jantung Kyrei berdentam-dentam liar. Ia mengulurkan tangannya dan mencengkeram pinggiran bajunya, lalu perlahan-lahan berjalan mendekati pria bersayap yang menatap gadis kecil itu dengan sedih. Entah mengapa ia tidak menyukai gadis kecil itu. Mengapa ia meninggalkan pria bersayap itu demi bersama serigala hitam itu.

Kini Kyrei semakin mendekat dengan pria bersayap itu, tetapi tiba-tiba sayap hitamnya mengembang dengan sangat lebar. Pria itu memutar tubuhnya dengan cepat hingga menimbulkan pusaran angin kencang yang menghempaskan tubuh Kyrei ke tanah. Kyrei tersungkur, matanya berkunang-kunang. Samar-samar ia melihat seseorang berlari mendekatinya. Seseorang yang ia kenal, berlari sambil melambai-lambai.
.
.
.

Kyrei merasakan tubuhnya terguncang-guncang. Kyrei ingin sekali membuka mata tetapi kepalanya terasa berputar-putar. Sekarang ia bisa mendengar suara Jude memanggil-manggil namanya dengan cemas.

"Kyrei,,, kenapa kau menangis?"

Itu suara Jude. Kyrei bahkan tidak sadar jika ia menangis sampai ia merasakan pipinya basah. Kenapa aku menangis? Kenapa saat teringat pria bersayap itu aku merasa begitu sedih?

"Apa kita tidak sebaiknya memanggil dokter?" kata Gisalle.

"Dimana kita mencari dokter di tempat terpencil seperti Ini?" potong Karen.

"Aku ... baik-baik saja." Kyrei membuka matanya perlahan. Melihat wajah Jude dan ketiga saudarinya yang tampak gelisah.

"Kye? Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Anna.

Kyrei mengangguk. Tatapannya kini tertuju pada Jude yang masih membisu. Pria itu sepertinya sedikit shok. Kyrei meraih jemari Jude dan meremasnya. "Aku benar-benar baik-baik saja paman."

Jude mengangguk, kemudian mengusap wajahnya dengan kedua tangannya beberapa kali. "Kalian sebaiknya istirahat."

"Bisakah paman tidur di sini denganku?" rengek Kyrei.

Jude mengangguk, "Tentu saja."

"Dasar manja," celetuk Karen.

Gisalle, dan Anna melotot kapada Karen.

"Apa?" kata Karen merasa tidak terima. "Memang dia manja kan?"

Gisalle dan Anna mendengus kesal. Mereka menarik Karen keluar kamar dan membiarkan Kyrei beristirahat.

Jude menyelimuti Kyrei dan merebahkan diri di sampingnya. Di matanya, Kyrei bukanlah gadis berusia 17 tahun. Ia tetap menjadi gadis kecil bagi Jude. Gadis kecil yang selalu merengek di pelukannya.

"Paman belum tidur?" tanya Kyrei.

Jude merubah posisi tidurnya menghadap Kyrei. Mata Kyrei yang hijau selalu membuat Jude terhipnotis. "Apa yang terjadi padamu sebenarnya?"

Kyrei tidak bisa menceritakan hal-hal aneh yang ia alami di danau itu. Siapa yang akan percaya pada pengelihatannya? bahwa ia baru saja bertemu sosok pria dengan sayap hitam yang keluar dari punggungnya. Dan siapa yang percaya ada sesosok serigala berbulu hitam legam dengan mata hijaunya yang cantik. Belum lagi pertemuannya dengan sosok dirinya yang masih anak-anak. Kyrei sendiri tidak percaya akan pengelihatannya. Semua itu bagaikan mimpi. Mimpi yang nyaris nyata.

"Aku hanya berjalan-jalan dan terpeleset di danau," kata Kyrei berbohong. Sayangnya Jude tahu bahwa itu tidak benar.

"Lalu siapa yang menolongmu? aku menemukanmu tergeletak di pinggir danau?" 

"Umm, itu ... sebenarnya aku sempat berusaha naik ke permukaan. Aku kelelahan dan pingsan."

Jude diam sejenak, menatap mata Kyrei yang bergerak-gerak gelisah. "Paman tahu kau berbohong," katanya. "Paman harap, kau akan menceritakan yang sebenarnya kepada paman."

Kyrei enggan menjawab. Jude tidak bisa dibohongi. Kyrei tahu itu. Ia hanya belum siap menceritakannya. Akhirnya ia memejamkan mata dan membiarkan Jude menduga-duga apa yang sebenarnya ia alami. 

Gampang sekali menerka semua itu, toh Jude memang sudah mempersiapkan mental andai saja sekelompok penyihir atau bahkan iblis menyerang mereka. Tetapi Jude ingin Kyrei bisa membuka dirinya, menceritakan semuanya kepada Jude tanpa di tanya. Jude mendesah. Ia kira selama ini para penyihir ataupun para iblis itu telah berhenti memburu Kyrei, tetapi ternyata ia salah. Apakah keputusanku berada di Glasfire ini salah? bukankah tempat yang paling aman dari serangan harimau itu adalah kandang harimau itu sendiri?. 

.
.
.

Pagi harinya, Kyrei terbangun dengan sakit luar biasa di pergelangan kakinya. Ia baru ingat kalau ia baru saja tergelincir ke danau. Ia berusaha bangun tetapi Anna cepat-cepat meletakkan tangannya dengan tegas di dada Kyrei, memaksanya berbaring kembali. "Kau harus istirahat," katanya.

"Dia kan harus bersih-bersih?" protes Karen.

Seketika Giselle dan Anna melotot ke arah Karen.

Karen balas melotot. Ia merasa tidak terima karena bisa-bisa ia yang akan mengantikan Kyrei untuk tugas bersih-bersih.

Jude masuk membawakan Kyrei sarapan. Lalu mengatakan bahwa yang lainnya bisa mengambil sarapan mereka sendiri di meja makan. Sepotong roti isi dan segelas jus jambu kemasan.

Kyrei duduk bersila dan menyandarkan punggungnya di dipan. Ia memijat pergelangan kakinya yang terlihat sedikit bengkak.

"Apa masih sakit?" tanya Jude.

Kyrei mengangguk, "Sedikit." Sambil mengunyah sarapannya.

Jude ikut mengangguk. "Mau jalan-jalan?"

Kyrei sedikit terkejut, kemudian ia melirik pergelangan kakinya yang masih terasa sakit. Jude menyadarinya lalu meringis. "Ohh! Maaf."

Kyrei mengangkat kedua bahunya, kemudian kembali mengunyah sarapannya.

Di ruang makan. Terdengar suara Giselle yang mengomel. Karen pergi begitu saja ketika mendapat giliran bersih-bersih. Kyrei hanya bisa meringis di kamar. Ia tahu, Karen benci bersih-bersih. Seharusnya ia yang melakukannya.

"Ayo anak-anak," teriak Jude. Ia keluar dari kamar Kyrei untuk menenangkan keributan yang terjadi. "Apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini hah?"

Anna dengan tampan polosnya menunjuk kearah cucian piring. "Tugas negara," katanya.

Jude menyilangkan kedua tangannya di dada, bersandar di dinding dengan sebelah kakinya di tekuk. "Sepertinya aku benar-benar harus mencari ibu bagi kalian."

"TIDAKKK," teriak Giselle, Karen dan Anna bersamaan.

Jude sampai terkejut mendengarkan teriakan mereka bertiga. "Kenapa memangnya?"

"Bukankah itu tidak boleh," jawab Giselle.

Jude menaikkan sebelah alisnya, Menatap Giselle tidak mengerti.

"Bukankah itu buruk jika paman menikahi seorang wanita hanya karena paman perlu seseorang untuk bersih-bersih?" jelas Gisalle.

"Dan memasak," tambah Anna.

Sedangkan Karen hanya terdiam. Ia tidak tahu alasannya. Tetapi ia tidak suka ada orang baru dalam keluarganya. Terlebih lagi wanita.

"Kapan paman bilang bahwa seorang ibu itu hanya untuk bersih-bersih dan memasak?"

"Wahhh. Wahhh. Jadi paman mulai kesepian ya?" Karen beraumsi dengan tidak tahu malu.

Jude mendengus kesal. "Seorang ibu akan mengajarkan kalian bagaimana caranya mencintai keluarga. Mengajarkan bagaimana saling membantu, dan saling menghargai."  Kini pandangan Jude tertuju pada Karen. "Dan juga mengajarkan bagaimana menjadi wanita yang sesungguhnya."

Karen buru-buru mengalihkan pandangannya dari Jude. Memang apa salahnya denganku?

"Bagaimana? Kalian mau seorang ibu?"

"TIDAKKK," jawab mereka serempak.

"Memang masih ada wanita yang mau dengan paman?" tanya Karen.

"Kenapa tidak? Apa salahnya denganku?"

Mereka bertiga menatap Jude lekat-lekat. Meskipun Jude tidak bisa dikatakan muda lagi, tetapi ia punya pesonanya sendiri di mata wanita. Ia nyata seorang pria yang tampan, matang, kaya dan baik. Ia punya segalanya dan mereka percaya Jude bisa mendapatkan wanita manapun yang ia inginkan.

"Wahhh, aku ngantuk sekali," kata Anna sambil pura-pura menguap.

"Cuacanya panas ya, aku harus segera mandi," giliran Giselle mencoba meloloskan diri.

Karen menatap kedua saudarinya dengan kesal. Mereka pintar sekali membuat alasan. "Yang benar saja."

Mereka bertiga kembali ke kamar masing-masing meninggalkan Jude yang masih berdiri di tempat semula. 

Cuaca sangat cerah pagi ini. Sayang sekali jika menghabiskan waktu di dalam rumah. Bukankah mereka ke sini untuk liburan? tapi yang mereka lakukan hanya berdiam diri di rumah karena mereka harus ikut prihatin atas keadaan Kyrei. Tidak ada satupun yang keberatan dengan itu, meskipun itu Karen sekalipun. Sebenarnya dia tidak ada urusan dengan yang namanya 'ikut prihatin', dari awal memang dia tidak menyetujui ide berlibur ini. Jadi berdiam di rumah bukanlah sesuatu yang penting. Lain halnya dengan Anna. Ia sudah merencanakan liburan ini jauh-jauh hari dengan Kyrei, jadi dia merasa cukup kecewa. Anna bisa saja pergi untuk menikmati pemandangan atau melakukan perjalanan kecil-kecilan bersama Giselle, tetapi dia tidak ingin melakukannya. Rasanya tidak lengkap jika tidak ada Kyrei di sana. 

Anna bergelung di selimutnya dengan bosan. Giselle sedang duduk bersila di kursi sambil memelototi laptop yang berada di pangkuannya. Mereka berdua tampak sama-sama bosan. Jaringan internet di sana sangat minim, jadi Giselle harus puas hanya dengan menonton film yang telah di download sebelumnya. Giselle sedang menonton film The Notebook, tidak sadar ketika Karen masuk dan menghempaskan pantat sintalnya di kursi hingga membuat laptop yang berada di pangkuan Giselle terangkat. 

"Apa apaan sih!" gerutu Giselle kesal.

"Apa yang sedang kau tonton?"

Giselle menarik laptopnya menjauh ketika leher Karen terjulur untuk melihat film apa yang sedang di tontonnya. Karen yang sudah sempat melihatnya sekilas mau tidak mau tertawa. Menurut Karen,  film romantis adalah film paling tidak masuk akal di dunia ini.

"Memang kau punya pacar?"

"Siapa? siapa yang punya pacar?" sambut Anna yang tidak sengaja mendengar ucapan Karen. "Wahh! kau punya pacar ya?" cerocos Anna yang kini ikut mengintip laptop yang Giselle bawa. "Mana orangnya? Tampan tidak?"

"Apa sih kalian? siapa bilang aku punya pacar?" bantah Giselle sambil berdiri menjauhi Karen dan Anna. "Aku cuma lihat film tau."

Anna cemberut. Dia kecewa, tadinya dia berharap Giselle akan mempunyai seorang pacar. "Apa kita di takdirkan untuk menjadi jomblo selamanya?"

"Apa salahnya," jawab Karen tidak perduli.

"Seandainya kita punya pacar, kita tidak akan kesepian, dan tidak perlu pergi kemana-mana sama-sama."

Karen mengerutkan dahinya. Rasanya menyenangkan jika pergi tanpa mereka bertiga. Bukan berarti Karen setuju mengenai 'mencari pacar'.

"Aku punya seseorang yang ku sukai," ucap Giselle malu-malu.

Anna dan Karen melompat ke arah Giselle saking semangatnya.

"Siapa? Apa dia tampan?"

Giselle tersipu ketika menganggukan kepala. Dia adalah pria pertama dan sepertinya terakhir yang akan di sukai Giselle. Pria kelewat misterius yang mungkin tidak akan pernah dia temui lagi seumur hidupnya. Jika di pikir-pikir lagi, kemungkinan pria itu mengingat Giselle hanya 1 persen. Tapi mau bagaimana lagi. Giselle terlanjur memberikan hatinya pada pria itu. Dan dengan tidak tahu malunya, pria itu membawa hatinya pergi. Apa semua pria tampan di dunia ini semua seperti itu?

"Dia jelek ya?" ucap Anna dengan nada prihatin. "Jangan terlalu cemas. Tidak selamanya gadis cantik harus mendapat kekasih yang tampan. Dunia ini perlu keseimbangan."

Giselle memutar bola matanya jengkel. "Apaan sih, dia tampan kok. Malahan sangat tampan."

Anna dan Karen menatap Giselle tak percaya. Memang di antara mereka berempat, Giselle lah yang paling cantik. Dia selalu mempunyai paling banyak penggemar. Tetapi, apa salahnya mempunyai pacar yang kurang menarik? Toh orang bilang cinta itu buta. Benar gak sih?

♨♨♨♨♨♨♨♨♨

Giselle : Cinta itu adalah sumber penderitaan yang tiada akhir 😥

Anna   : Cinta itu pelangi 😉

Karen : Cinta itu omong kosong 😕

Kyrei   : Cinta itu ... Bukankah paman bilang tidak boleh pacaran dulu? 😯


Best & Regard

Ray_Hush

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro