Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bride - 2

Greenlook 420 st Glasfire

Karen menaikkan sudut bibirnya, tak percaya bahwa rumah yang ada di hadapannya saat ini bernomor 420. Di sekitarnya hampir tidak ada rumah. Bahkan Karen ragu jika mereka benar-benar memiliki tetangga yang nomor rumahnya di bawah miliknya. Tetangga terdekatnya berjarak sekitar 500 meter dari arah timur. Yang di tempati seorang pria tua berjengot tebal dengan perut buncitnya yang menyembul dari kaos putih tanpa lengan yang ia pakai. Karen melihatnya tadi sedang menyirami sebuah petak yang mungkin saja berfungsi sebagai pot. Tapi sekilas melihatnya, petak itu kosong. Hanya ada tanah yang tampak keras. Karen tidak yakin apakah ia harus mengatakan kepada Jude atau tidak. Ia melihat pria buncit itu memiliki tangan bersisik. Tapi Karen lebih percaya kepada intuisinya sendiri, bahwa ia terlalu mengantuk untuk bisa memastikan pria itu mungkin saja salah satu dari makhluk aneh yang ada di Glasfire.

Yang paling masuk akal di sini hanya tulisan Greenlook yang terdapat di atas papan nama. Rumah dengan ukuran 8x12 meter persegi itu berwarna hijau daun. Catnya bisa di bilang baru dan halamannya di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman. Keadaan rumah bisa di bilang cukup segar untuk menghadapi musim panas tahun ini.

Anna berjalan mendahului, mengangkat kopernya yang berwarna biru dengan sedikit kesusahan. Giselle mengikutinya dari belakang. Sedangkan Jude dan Karen menyusul. Pertama kali yang bisa di lihat saat membuka pintu adalah perapian yang cukup besar, berada tepat di seberang pintu masuk. Tidak ada yang menarik perhatian dari rumah ini kecuali furniture yang serba hijau. Mulai dari cat tembok, kursi, taplak meja, korden, karpet lantai, lampu hias, hampir semuanya berwarna hijau. Dan itu membuat Anna sakit mata.

"Tidakkah paman punya 4 orang putri? Lihatlah semua kekonyolan ini," protes Anna.

"Kita juga punya warna biru sayang," jawab Jude sambil menunjuk kearah sebuah guci yang berada di samping TV.

Anna mendengus kesal.

"Memang apa yang kau harapkan dari rumah dengan papan nama bertuliskan Greenlook?" kata Karen santai sambil menarik koper merahnya menuju salah satu kamar yang berada di paling ujung. "Aku tidak mau berbagi kamar dengan siapapun, mengerti. Apalagi dengan Si pembuat onar."

Rumah itu mempunyai 4 buah kamar tidur dan dua buah kamar mandi. Untuk ukuran rumah singgah, Greenlook bisa dibilang cukup nyaman dan besar. Lantainya berwarna biru bening. Di ruang tamu terdapat satu buah sofa panjang berwarna hijau cerah, 3 buah sofa bulat berwarna hijau tua, satu buah televisi layar datar 42 inch dan lemari serbaguna. Dindingnya bersih tanpa ada hiasan apapun. Jude berfikir akan memasang foto keempat gadisnya di sana setelah beres-beres. Sebelum itu, ia menuju dapur dan membuang nafas lega karena mereka memiliki dapur yang bisa di bilang cukup nyaman. Terdapat bar mini yang membelakangi ruang tamu. Satu buah kulkas dua pintu berwarna hijau. Jude hanya harus mengisi kulkasnya dengan berbagi macam bahan makanan. Ia memutuskan pergi ke supermarket terdekat untuk berbelanja setelah membersihkan diri.

Jude menarik koper hitamnya, berhenti sejenak untuk mengingat sesuatu. Ia merasa ada sesuatu yang kurang. 'Apalagi dengan Si pembuat onar'. Jude memutar kembali kata-kata Karen beberapa saat yang lalu. Dan Jude tahu apa yang tidak beres.

Seharusnya ia tidak pernah menyetujui ide bodoh ini. Seharusnya ia bisa menolak ajakan Kyrei untuk mendatangi kota ini. Mengapa dari semua tempat, Kyrei harus memilih kota ini. Seharusnya Jude tahu bahwa mungkin saja ikatan itu masih tetap ada. Sekali lagi Jude terkecoh. Kali ini ia masuk perangkap yang lebih dalam.

Jude Taylor merasa mati rasa. Sama seperti sebelumnya, ia tidak bisa merasakan keberadaan Kyrei. Gadis iti seperti lenyap. Jude berlari keluar, mencari gadis itu di sekitar rumah. Meskipun Jude tahu Kyrei tidak mungkin berada di sana, tetapi ia tetap tidak peduli.

Giselle yang sedang membuka jendela kamarnya, melihat Jude yang sedang berlari kesana kemari. Ia bertanya dengan penasaran. "Apa yang sedang paman lakukan?"

Jude tidak mendengarnya. Ia hanya mendengar suara angin bergemuruh dari arah barat. Kemudian Jude segera berlari menuju asal suara itu. Giselle merasa ada yang tidak beres. Ia memutuskan untuk mengikuti Jude.

.
.
.

Rasa-rasanya tempat ini tidak asing. Entah bagaimana ia merasa pernah berada di sini. Kyrei bahkan telah membuktikan bahwa tebakannya benar. Ada danau kecil berjarak sekitar 700 meter dari rumah singgah. Danau itu dikelilingi pepohonan besar dan menjulang tinggi hingga membuat air danau seakan-akan berwarna hijau. Kyrei menoleh kebelakang sebelum berjalan menuju jalan setapak yang licin. Meskipun ragu-ragu, Kyrei tidak bisa memblokir pikirannya bahwa ia mengenal tempat ini dengan baik. Sebaik ia mengenali dirinya sendiri. Ada perasaan seperti kau telah kehilangan atau meninggalkan sesuatu disuatu tempat dan inilah saatnya untuk menemukannya kembali.

Konyol. Itulah kata yang terdengar paling masuk akal. Satu-satunya tempat selain Flirk yang pernah Kyrei datangi adalah tidak ada. Kyrei belum pernah pergi ke manapun. Mungkin kalian tidak akan percaya ini. Glasfire adalah nama kota yang selalu muncul di dalam mimpinya. Bahkan Kyrei tidak yakin bahwa kota itu benar-benar ada. Hingga ia berselancar di Google dan menemukan kota Glasfire berjarak 400 kilometer dari Flirk. Kota yang cocok untuk liburan musim panas. Wow! Kebetulan yang membingungkan.

Setelah berhasil melalui jalan licin berbatu, Kyrei merasakan udara di sekitarnya menjadi semakin sejuk. Angin menerpa wajahnya malu-malu, mengoyangkan rambutnya yang panjang ke segala arah. Kicau burung entah mengapa menjadi semakin nyaring. Di tengah danau muncul sebuah pola lingkaran, perlahan-lahan menyebar hingga tak terlihat. Persis saat kau melemparkan sesuatu di air yang tenang. Kyrei merasa takjub dengan perasaannya sendiri. Ada perasaan lega yang menelusup jauh ke dalam hatinya. Tak bisa digambarkan. Ia hanya merasa senang luar biasa.

Pola lingkaran itu muncul lagi. Kyrei mendongak. Tidak ada apapun yang bisa jatuh dan membuat pola di air. Tidak juga daun yang gugur. Pola itu semakin melebar kemudian hilang. Kyrei berjongkok di tepi danau, merasakan air danau yang dingin merayap dari ujung jemarinya ke seseluruh tubuh. Kyrei merasa tubuhnya di aliri kekuatan tak kasat mata.

"Elfountury."

Kyrei mendongak, berdiri terburu-buru hingga nyaris terpeleset. Pola lingkaran di tengah danau muncul kembali, di barengi suara gemerisik dedaunan. Air danau tiba-tiba beriak. "Elfountury."

Suara itu terdengar kembali. Rasa-rasanya Kyrei mendengar seseorang berbisik tepat di belakang telinganya. Kyrei tersentak, kehilangan keseimbangan lalu terpeleset. Jalan yang licin membuat kakinya tergelincir ke arah danau. Kyrei tidak sempat berteriak. Hanya pekikan kecil yang menghantarkan tubuhnya melesat, tercebur begitu saja.
.
.
.

Sebuah mobil Jeep berwarna kuning cerah meluncur ke lapangan parkir tempat pemakaman umum. Seorang pria berwajah tampan, berbadan tegap, berkaos putih berjalan kearah selatan, melepas kacamatanya ketika berada di depan makam. Matanya menatap nama yang tertera di batu nisan. Mark Taylor.

Ia memijat tulang hidungnya, menatap sekali lagi nisan itu sambil menimbang-nimbang apa yang akan ia lakukan setelah kematian pria itu. Pria itu mati membawa rahasia dimana Mate nya berada.

"Theo."

Seseorang memanggilnya, pria itu menoleh, mendapati Catty - ibunya - juga berziarah kemakam Mark yang merupakan kawan lamanya. Catty pasti juga secemas Theo, karena sampai sekarang putranya belum juga menemukan lunanya. Seperti ada sebuah kekuatan yang menghalangi mereka berdua untuk bertemu.

Theo terdiam.

Catty bergerak lebih mendekat, menyelipkan tangannya ke punggung Theo dan menyilangkan di atas bahunya. "Bagaimanapun juga kau harus menemukan Matemu sayang, dengan bantuanya ataupun tidak."

Theo memalingkan kepalanya dan menatap Catty. "Aku sudah mencarinya kemana-mana, dia seperti di telan bumi. Bahkan aku tidak yakin jika aku benar-benar mempunyai mate."

Catty berdecak, sedikit marah karena keputusasaan putranya. "Kau seorang Alpha Theo, kau harus memiliki seorang Luna".

"Jadi apa tidak masalah jika aku mengangkat seseorang yang bukan mateku menjadi luna."

Catty melontarkan pandangan marah kepada Theo. "Omong kosong apa itu? kau tidak akan bisa bertahan menjadi seorang Alpha tanpa matemu."

Lagi-lagi Teo terdiam. Kadang-kadang ibunya sangat tahu bagaimana cara membuat perasaannya bertambah buruk. Dengarkan apa yang di katakan Mommy mu kid. Theo mendengus kesal, kini Dante - Wolfnya - ikut campur dalam perdebatan itu. Theo tahu bahwa Dante tidak akan bisa hidup tanpa matenya. Demi tuhan, selama ini Theo telah mencarinya kemana-mana.

"Alpha, ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Nick mengirim pesan melalui mindlink.

"Baiklah."

Theo melirik kearah Catty yang memejamkan matanya dalam penderitaan. Ia tidak ingin membuat ibunya sedih, tentu saja. Theo hanya ingin bersikap realistis. Faktanya, Theo samasekali tidak bisa merasakan keberadaan matenya. Ia tidak ingin memberi harapan palsu. Meskipun kadang-kadang, wanita itu lebih menyukai kebohongan yang manis, dari pada kebenaran yang pahit.

Setelah memeluk Catty dan berpamitan, Theo melangkah pergi menuju mobilnya, melajukannya dengan terburu-buru.

Hari sudah mulai malam ketika Theo sampai di rumahnya, memarkirkan mobil asal dan berjalan menaiki tangga menuju ruang kerja. Sebelum Theo sempat mendaratkan kakinya ke tangga yang terakhir, Theo merasakan perih di ulu hatinya hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan terguling. Tubuhnya terguling hingga mencapai lantai dasar, kemudian ia mengerang kesakitan. Tangannya menggapai-gapai udara untuk meraih oksigen jika bisa. Rasanya paru-parunya terbakar.

"Alpha, ada apa denganmu?" Nick berlari menghampiri Theo setelah mendengar erangan kesakitan dari Alphanya itu.

Theo terus mengerang, meremas dadanya berharap sakitnya akan berkurang. Nick merobek paksa kaos yang di kenakan Theo. Tidak ada apa-apa di sana. Theo tidak terluka. Nick melangkah mundur, berkata pelan nyaris berbisik. "Luna."



Shane : Masa lalu memang tidak bisa kembali. Tetapi itu adalah hal nyata yang pernah terjadi pada kita.

Theo : Bagiku tidak ada masa depan jika tidak bersamamu.

Best&Regard

Ray_Hush 😇

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro