Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

"Ini dia," Catriona berkata saat Greame masuk ke dalam ruang hijau, ruang pribadi Greame. "Inilah Papa yang aku tunggu sejak tadi. Apakah kau melupakan janjimu, Marquess of Huntly?"

Greame berbalik untuk menunjukkan sosok lain di belakang punggungnya. Pria tinggi, besar, berkulit cokelat, dan wajah sangat maskulin. Catriona terpaku sesaat, merasa familiar dengan wajah pria itu. Tapi tidak bisa menemukan nama yang sesuai untuk pria itu.

"Dia Hector," kata Greame, menjawab kebingungan di wajah Catriona.

Catriona memandang bergantian Greame dan Hector. Kedua pria itu besar dan menjulang di hadapannya. Meski Greame, ayahnya, tampak lebih tua dengan kerutan, tetap saja Greame sama gagahnya dengan Hector. Catriona terbiasa melihat ayahnya menerima tamu di kediaman mereka, tapi tidak pernah sekalipun Catriona merasa ada yang aneh. Tidak saat ini. Ayahnya dan Hector sama-sama memasang wajah tidak sabaran.

Apakah ada sesuatu yang seru? Hector terlihat lebih gelisah dari Greame dan itu memupuk keingintahuan Catriona.

"My Kitten, bisakah kau meninggalkan kami sebentar?" Pinta Greame begitu lembut. Greame adalah marquess yang bijak dan ayah yang penyayang. Tidak pernah sekalipun Greame menaikan suaranya saat berbicara kepada Catriona. Bahkan sewaktu Catriona tertangkap basah menyelundupkan selusin musang ke peternakan dan membuat heboh ayam-ayam petelur, Greame tidak marah. Greame hanya menepuk bahu Catriona dan mengajaknya bicara berdua. Greame tidak membiarkan satu pun anggota klan Thompson memarahi Catriona. Tidak pernah. Greame yang sepenuhnya mendidik Catriona.

"Apa yang begitu penting hingga aku diminta keluar dari sini, My Lord?"

Greame mengulum senyum geli pada cara bicara Catriona yang menirukan gaya seorang wanita bangsawan. Dia memutar bahu Catriona menghadap pintu. "Di sana pintunya, Lass. Temui Eddie. Katakan kau mendapat izinku memakan manisan," Greame mendorong punggung Catriona, menyebabkan puterinya tersentak ke depan. Meski kesal, Catriona menurut keluar dari ruangan itu.

Hanya sampai di luar pintu. Catriona sangat penasaran. Belum pernah ayahnya meminta Catriona pergi. Bahkan sewaktu Greame mengadakan rapat dengan para sesepuh klan, Catriona duduk di sebelah Greame mendengarkan. Lantas apa yang begitu penting hingga Catriona diminta keluar?

"Ainsley membuat kekacauan." Suara ayahnya terdengar sebelum pintu benar-benar tertutup rapat.

Catriona melirik lorong yang sepi. Dia aman mencuri dengar obrolan ayahnya dan Hector. Tubuhnya merapat ke pintu. Hanya kesunyian. Catriona tidak bisa menangkap pembicaraan ayahnya. Dia berlari cepat menyusuri lorong. Keluar dari pintu samping, berlari ke belakang, memutari kastil. Kemudian melompat-lompati tanaman perdu yang menghias sepanjang pinggiran kastil hingga dia sampai di sisi luar ruang kerja Greame. Catriona berjinjit dan melihat ayahnya berbicara serius sambil mengacungkan jari ke Hector.

Catriona menemukan satu batu yang cukup besar dekat jendela berbeda, jendela yang masih menghubungkan ruang kerja Greame. Dia berpindah ke sana. Berdiri di atas batu. Jepit rambutnya dilepas satu. Catriona mengakali pengunci jendela menggunakan jepit rambutnya. Berhasil. Pengunci jendela terbuka. Catriona menarik sedikit daun jendela.

"Ainsley berjudi, Demi Santo Edward, apa kau bisa membayangkannya? Putriku di London, dalam perlindungan ibunya malah melakukan hal yang tidak akan dilakukan wanita Huntly yang tidak berpendidikan sekalipun." Suara Greame terdengar penuh amarah dan kekecewaan.

Catriona terkesiap. Dia membekap mulutnya dengan dua tangan. Lantas menengok kanan dan kiri. Tidak ada siapapun yang berkeliaran di taman belakang kastil pada pagi hari. Orang-orang sibuk ke ladang dan padang rumput, mengurus tanaman dan ternak mereka. Bagus. Lagi-lagi Catriona bisa menguping.

"Mungkin ada kesalahan, My Lord," Hector dengan suaranya yang berat dan dalam memberikan kemungkinan lain.

Catriona mengangguk setuju. Siapa saja bisa menyampaikan kabar palsu pada ayahnya. Catriona rutin berkirim kabar kepada Ainsley dan kakaknya tidak pernah bercerita dia penyuka judi.

"Tony yang mengawasi Ainsley dan Meredith selama di London mengirimkan kabar ini segera begitu dia tahu." Greame berusaha meyakinkan keabsahan ceritanya.

"Tony Abbott? Dia Sessanach. Kau memercayainya?"

"Kau lupa Meredith juga Sessanach. Ainsley setengah Sessanach."

Aku juga setengah Sessanach, gerutu Catriona dalam hati. Bisa-bisanya mereka lupa menyebut Catriona.

"Ya, kurasa kau lebih mengenal Tony." Hector terdengar merasa bersalah. "Apa yang akan kau lakukan, Thompson?"

Thompson? Apa Hector setua itu? Dia memanggil ayahnya dengan nama ayahnya. Catriona makin penasaran siapa Hector sebenarnya.

"Aku ingin kau mengatasi masalah Ainsley."

Mengapa bukan kau, Pa?

"Mengapa aku?"

Hector pun berpikiran yang sama denganku.

"Kau tunangannya, Hector. Jangan memintaku mengulangnya. Kau tunangannya sejak Ainsley lahir."

Tunangan Ainsley. Catriona tanpa sadar membuka mulutnya lebar-lebar. Sangat terkejut. Ya, dia ingat sekarang. Hector si tunangan Ainsley. Hector Carrick, Earl Carrick.

"Seingatku, kau masih ayah kandung Ainsley."

Catriona memutar bola matanya ke atas. Tolol sekali ucapan Hector.

"Keparat, kau membalikkan kata-kataku?"

Hector memang keparat, desis Catriona. Orang buta juga tahu Greame ayah kandung Ainsley.

"Aku tidak bisa meninggalkan Red Hills. Kami akan mengadakan panen besar. Aku harus berada di sini selama panen berlangsung. Tapi kau ... kau bisa ke London. Selesaikan masalah Ainsley."

"Kau harusnya pergi ke London juga, Papa," desis Catriona, "kau menyisakan masalah bersama Mama."

"Kau ingin aku membuatnya berhenti berjudi?"

Catriona menyipitkan mata pada punggung Hector. Sial, dari tempatnya wajah Hector sama sekali tak terlihat. Padahal Hector baru saja bertanya sinis.

"Masalah Ainsley lebih besar dari itu?" Greame menggeleng letih. Dia duduk di salah satu kursi dan menopang kepalanya pada tangan yang bertumpu di lutut. "Ainsley mempunyai hutang yang sangat banyak karena berjudi."

Catriona nyaris ingin bersiul. Ainsley benar-benar biang onar. Itu cara yang bagus membuat Marquess of Huntly yang terhormat sakit kepala. Catriona suka melihat ayahnya kelimpungan, tetapi tidak dengan fakta Ainsley berjudi dan berhutang. Sangat tidak adil Ainsley tidak membagikan cerita petualangannya sebagai penjudi, padahal mereka sering berkirim surat.

"Kau ingin aku membayar hutangnya lalu memukul bokongnya agar kepalanya berfungsi normal?"

Greame tertawa. Suaranya membahana di seluruh ruangan. Hector tidak terpengaruh respons Greame terhadap lelucon sarkasnya.

Catriona reflek memegang bokongnya sendiri. Dia pernah merasakan bokongnya dipukul oleh Greame karena mengganggu Lady Jade Wilson, janda genit yang menggoda ayahnya. Rasanya buruk sekali. Dia susah duduk dan tidur selama tiga hari. Para pelayan menggodanya pantat babi. Paman-pamannya mengatakan itu pelajaran gadis Highland yang sepatutnya. Sumpah, Catriona tidak mau lagi berurusan dengan pria Highland dan pukulan bokong.

"Aku yang akan memukul bokong putriku sendiri. Bukan kau. Dan jangan pernah mencoba memukulnya. Hanya pastikan situasi Ainsley baik-baik saja di sana."

"Hanya Ainsley? Tidak dengan ibunya?"

Greame tersenyum tipis dan Hector mengangguk. Catriona bisa melihat Greame mengangguk karena rambut pria itu yang panjangnya sebahu bergoyang sewaktu bergerak.

Apa mereka saling mengirim pesan lewat pikiran? Apa mereka tidak bisa berbicara saja? Catriona tidak paham. Para pria dan dunianya. Catriona mendengkus kesal.

"CAT!"

Demi kodok di rawa, punggung Catriona menegak. Greame memanggilnya. Ayahnya tahu dia menguping di jendela. Buruk. Buruk. Buruk. Semoga bukan pukulan bokong lagi.

"Aku tak ingat ada didikanku yang menyebutkan menguping pembicaraan orang dewasa," kata Greame. Dia sudah berdiri di depan jendela dan membuka kedua daun jendela lebar-lebar. Wajahnya tampak marah, sekaligus menanti jawaban Catriona.

"Aku sudah dewasa, Pa. Aku dalam beberapa hari akan berumur tujuh belas," sanggah Catriona. Dia tidak terima diperlakukan bayi.

"Itu masih lama," balas Greame.

"Tidak. Dalam sebelas hari lagi aku akan berulang tahun. Kau tidak bisa menyamakanku dengan anak-anak." Catriona membenahi gestur badannya saat berbicara. Berdiri tegak, mengangkat dagu dengan pongah, memberikan tatapan 'aku sangat elegan', dan menurunkan suaranya agar terdengar merdu. Setidaknya dalam bayangan Catriona, cara-cara semacam itu akan membuatnya selayaknya lady terhormat.

"Aku hanya memastikan keamananmu, My Lord. Tak semua orang dapat kau percaya sepenuhnya. Termasuk," Catriona menggerakkan dagunya menunjuk Hector yang sejak tadi menonton pertengkaran mereka, "pria itu bisa saja membahayakanmu."

Hector merapatkan bibirnya, menahan semburan tawa. Dia berdehem, memperbaiki sikap tidak sopan menertawakan putri seorang bangsawan terhormat Skotlandia. Walau anak perempuan ini benar-benar konyol.

"Setidaknya aku tidak memindahkan sekelompok musang ke kandang ayam, Lady Catriona," sahut Hector.

"Itu bagian eksperimenku mengenai alam. Kau tidak bisa menahan keingintahuan seorang pelajar, My Lord." Catriona melotot di ujung kalimat, caranya menggertak kekurangajaran Hector. Pria itu patut dicoret sebagai kakak ipar potensial. Catriona menghadap Greame lagi. "Aku pamit, Pa."

"Cat." Greame mencegah Catriona pergi. "Mengenai yang kau dengar-"

"Aku tidak mendengar apapun. Apa kau puas?"

"Bagus. Bersikaplah tidak sembrono."

"Tak perlu kau ingatkan." Catriona berbalik badan dengan anggun. Dalam sekejap mata, dia kembali sebagai anak kecil, melompat-lompat melewati tanaman perdu, sesuatu yang tidak akan dilakukan lady terhormat.

Greame menggeleng menyaksikan tingkah putri bungsunya. Namun senyum tulus mengembang pada bibirnya.

∆∆∆

"Dua puluh pounds atau tidak sama sekali."

Catriona sangat ingin mencekik pria tua menyebalkan pemilik jasa kurir cepat. Dia tidak pernah menyangka harus merogoh seluruh uang simpanannya seumur hidup hanya demi selembar surat. Tapi Ainsley harus tahu apa yang akan mendatanginya. Catriona tidak bisa berpikir apa kedatangan Hector ke London merupakan hal yang disukai Ainsley. Atau bagaimana Catriona menyusup ke dalam kereta Hector agar mereka dapat bertemu dalam pengamatan Ainsley.

"Baiklah, aku akan membayarnya. Apakah kau bisa memastikan surat yang aku berikan akan sampai esok hari di London?" Jarak Huntly ke London jelas bukan satu atau dua mil. Perlu perjalanan berhari-hari. Catriona meragukan kemampuan kurir cepat.

"Tak perlu khawatir. Kau membayar banyak untuk jasa terbaik. Sesuai moto kami, 'Anda Bayar, Kami Kerjakan'. Sangat trendi. Warga London menggunakan jasa kurir cepat karena jasa pos pemerintah membutuhkan waktu lama. Mereka akan membuka suratmu, membaca isinya, memastikan kau bukan mata-mata, barulah mengirimkan suratmu. Butuh lebih dari seminggu. Pada beberapa pengalaman, ada yang sampai sebulan," jelas si pemilik usaha.

"Well, aku mengharapkan kau benar melakukan seperti ucapanmu." Catriona mengangsurkan surat yang sudah dia tulis. Sebenarnya Catriona pun sudah meminta seorang pelayan menanyakan biaya kurir cepat. Saat itu dia pikir masih bisa menawar, tetapi lihatlah, Catriona tetap harus mengeluarkan seluruh uang simpanannya. Jika dia tiba di London, Catriona akan meminta uang saku pada Ainsley dan Mama.

"Pilihan yang tepat, Lass. Senang berbisnis dengan Anda." Si pemilik usaha mengangkat topi rendahnya dan tersenyum luar biasa lebar. Jelas sekali jasa kurir cepat hanya diminati sedikit orang di sini. Catriona tidak mau peduli usaha kurir cepat manapun. Dia bergegas kembali ke rumah.

∆∆∆

Sebuah kereta hitam dengan jendela-jendela kecil di sisi sebelah atas ramai dikerumuni pelayan. Ada empat roda pada kereta. Di bagian depan, tempat duduk kuris tampak nyaman dengan bantalan merah yang empuk. Empat ekor kuda dipasang untuk menarik kereta itu. Catriona terpukau melihat kereta pengangkut barang itu. Kereta yang dihias ukiran meliuk-liuk berwarna emas dan membingkai simbol keluarga. Bukan Thompson. Jika Catriona tidak salah menebak, inisial C untuk nama Carrick. Kereta kuda milik Hector.

"Mau dibawa kemana peti-peti itu?" Tanya Catriona pada seorang pelayan wanita. Selalu tanyakan kabar penting dan gosip pada pelayan wanita, maka kau akan memperoleh lebih dari yang kau harapkan.

"Lord Carrick akan membawa barang-barang ini menuju London," jawab pelayan itu.

"London?"

"Ya," si pelayan merapatkan badan kepada Catriona, "aku dengar Lord Carrick akan melakukan lamaran formal kepada Lady Ainsley. Tidakkah sangat romantis?"

Yang aku ingat, Hector menawarkan bantuan memukul bokong Ainsley, Catriona mengangguk seolah peduli.

"Kapan Lord Carrick menuju London?"

"Nanti sore."

"Perjalanan sore yang romantis. Aku harap dia memperoleh kepercayaan dirinya."

"Kami pun mendoakan yang sama. Lord Carrick sangat cocok bersama Lady Ainsley."

Sangat cocok? Catriona ingin terbahak. Dia saja adik kandung Ainsley nyaris melupakan wajah kakaknya itu karena tidak pernah bertemu selama hampir delapan tahun. Sudahlah, Catriona harus menyusun rencana.

"Jika ada yang mencariku, katakan aku berada di kamar."

"Baik, My Lady."

Jika Hector secepat itu berangkat ke London, Catriona harus ikut. Dia juga harus ke London. Tentu urusannya bukan demi Ainsley. Kakaknya akan bertemu si pemukul bokong. Catriona sendiri ingin ke London demi kecintaannya.

Langkah Catriona semakin cepat menaiki tangga meliuk, lalu menyusuri lorong yang disiram cahaya matahari, dan berhenti di sebuah pintu. Pintu putih yang dihias kaligrafi namanya. Catriona Annabelle Thompson. Ya, itu dia. Kamarnya dan segala mimpinya.

Catriona membuka pintu berdaun ganda itu hingga terbuka sepenuhnya. Cahaya matahari yang masuk ke lorong menerangi seisi kamar. Rak-rak kayu jati merapat pada dinding. Barang-barang yang tersimpan di situ mengilap oleh sapuan cahaya. Kotak musik. Beragam bentuk kotak musik. Lebih dari seratus kotak musik dalam ukuran yang bervariasi. Koleksi terbaik Catriona. Dekat satu-satunya ranjang terdapat orchestrion, kotak musik besar berupa panggung boneka. Impian besarnya.

Catriona akan ke London, menemukan lebih banyak variasi kotak musik, lalu melintasi laut menuju Swiss, Jerman, Austria, Itali, Persia, dan--Catriona menghirup udara banyak-banyak--Amerika. Dia tidak hanya mengumpulkan lebih banyak koleksi kotak musik. Catriona akan mempelajari mekanisme kotak musik untuk kemudian dia akan memproduksinya sendiri. Rencana hebat. Catriona akan berdiri di atas kakinya, menggapai mimpi. Meski sang Marquess, ayahnya, melarang Catriona melangkah ke luar Huntly.

###

Sessanach : orang Inggris

Lass : Lady (bahasa Skotlandia)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro