4🔽
Malam ke-65
Hari tampak semakin gelap. Api unggun siap, makan malam siap, matras siap. Rasanya mustahil bagi kami untuk menyelesaikan semuanya sebelum matahari terbenam, sebelum bintang-bintang bermunculan. Aku menghela nafas lega.
Tak tahu berbuat apa, aku terduduk diam dan memainkan jari-jari tanganku. Lamunanku terganggu ketika suara siulan yang merdu terdengar. Aku menengok ke belakang-- dimana suara itu muncul-- dan melihat Sam yang sedang berjalan kearahku dengan siulannya.
"Kau kenapa?" Sam menepuk bahuku dan tersenyum miris, "Sepertinya ada yang sedang sibuk memikirkan sesuatu."
"Aku tidak memikirkan apa-apa. Kau tidak lihat sedari tadi aku sedang memainkan jariku?"
Semenjak aku tertangkap basah mencuri keripik kentangnya, ia enggan berbicara denganku. Ya, itu terdengar aneh. Hampir saja aku lupa menceritakan kejadian itu. Aku cukup senang sekaligus terkejut ia akhirnya mau berbicara lagi. Setidaknya, aku memiliki kawan untuk bicara.
Sam membalas dengan mengangkat bahunya lalu duduk disampingku.
"Aku senang akhirnya kau mau berbicara lagi. Aku kira kau tak akan memaafkanku," ungkapku jujur.
"Yah, kau tahu, aku cukup bosan tidak berbicara dengan sahabatku sendiri seminggu ini."
Aku hanya membalas dengan senyuman lebar.
Jadi kurasa semuanya sudah jelas sekarang. Ya, Sam sebenarnya adalah teman baikku.
Ingat saat aku mengatakan dia adalah musuh sebangkuku? Benar, dulu kami bermusuhan. Namun kami menjadi dekat semenjak disatukan dalam satu meja di kelas. Hanya saja ia berubah total ketika sedang marah. Kami akan terkesan seperti tidak mengenal satu sama lain.
Dan alasanku memanggilnya pria menjengkelkan? Aha, dia memang menjengkelkan. Sahabat yang terkadang menjengkelkan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro