Malam ke-64

"Ini yang terakhir," aku memberikan Sam sebatang kayu yang aku temukan.

Malam ini, udara tak terasa begitu dingin, namun sudah menjadi kebiasaan kami untuk menyalakan api unggun setiap malam. Entah mengapa, pandanganku selalu tertuju kearah bintang-bintang di langit. Mereka terlihat indah malam ini. Apalagi karena jumlah mereka yang banyak.

Tak jarang aku bertanya, berapakah angka bintang di angkasa? Aku yakin beberapa diantara kalian juga pernah bertanya pertanyaan itu.

Suatu kali saat aku masih kecil, aku berhitung. Sejauh yang ku kira, hmm, sekitar tiga ribu lima ratus...ah, aku sudah lupa. Sayangnya perhitunganku terganggu saat Ibu memanggilku untuk makan malam. Aku menghela napas ketika mengingat akan rumah.

Rasa bosan seketika datang. Pandanganku kini tertuju kearah Sam yang sedang terbaring di matrasnya sambil melempar bola baseballnya keatas lalu menangkapnya, berulang-ulang kali.

Aku tidak ingin menggangu kesibukannya dengan bolanya itu, sehingga apa yang kulakukan hanya satu. Menghitung bintang satu per satu.

Satu, dua, tiga,...
...Seratus dua, seratus tiga, seratus empat, seratus li-

Dan aku tertidur.