0.2
"Boss!" Jieun berteriak terkejut. Ia kenal betul seorang pria di depannya.
Jieun menyipitkan matanya, memperhatikan Sehun yang tengah berdiri sambil memegang payung, dan jangan lupakan jari telunjuk Sehun yang masih menempel di bibir Jieun. Telunjuk Sehun sempat menjauh dari bibir Jieun ketika ia berteriak, tetapi kembali menempel di bibirnya. Sontak saja Jieun melirik telunjuk Sehun sinis, memberikan interupsi pada Sehun untuk menjauhkannya dari bibir Jieun.
Sehun menurunkan jari telunjuknya dari bibir Jieun, beralih menggaruk tengkuknya merasa kikuk.
"Boss menguntit, ya?! Mau culik saya? Iya?"
Sehun menaikan sebelah alisnya melihat ekspresi Jieun yang sedang marah, Jieun malah terlihat semakin lucu jika seperti ini.
"Boss, kenapa senyum? Dipikir saya tidak tahu boss senyum-senyum? Mentang-mentang pake masker!"
"Ayo! Sudah malam, kamu harus cepat sampai di rumah," Sehun tidak menghiraukan ucapan Jieun, ia malah menarik lengan Jieun untuk segera pulang.
"Loh! Saya bisa pulang sendiri, Boss."
Lagi-lagi Sehun menaikan sebelah alisnya, kemudian mengangguk sambil berucap, "Ya, silakan jika memang tidak membutuhkan payung ini." Sehun baru saja hendak pergi meninggalkan Jieun, tetapi Jieun menahan lengannya.
"Sebagai pria yang baik, seharunya Boss mengantar saya bukan meninggalkan saya!"
"Bilang saja butuh payung ini," ucap Sehun sambil mulai melangkah.
Jieun berlari-lari kecil untuk mensejajari langkahnya dengan langkah Sehun. Seperti biasa, Jieun kembali menari-nari sambil mendengarkan lagu IU.
Sehun berjalan di pinggir jalan raya, sedangkan Jieun, ia biarkan berjalan di atas trotoar dengan payung yang menghalangi tetes air hujan mengenai kepalanya. Sehun bahkan tak peduli jika ia harus basah kuyup, karena payung yang ia pegang hanya melindungi kepala Jieun.
"Boss! Mau dengerin?" tanya Jieun sambil melepas headsetnya, ia mungkin tak sadar tetes air hujan membasahi tubuh Sehun.
Sehun menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Jieun. Namun, Jieun melepas headsetnya dan kembali memutar lagu IU tanpa headset, hingga Sehun dapat ikut mendengarkan lagunya. Jieun menari-menari, menikmati alunan musik yang selalu membuatnya ingin menari.
Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya, baru kali ini ia melihat seorang gadis menari, ah bahkan lebih tepat dibilang berjoget dengan tidak tahu malu di pinggir jalan.
She's different, batin Sehun.
Tak terasa kini mereka sudah tidak lagi di pinggir jalan, tetapi di sebuah gang kecil yang gelap. Walau begitu Jieun tetap dalam keasyikannya mendengarkan lagu.
Guk. Guk. Guk.
Suara anjing menggonggong membuat Sehun menoleh, lantas menarik lengan Jieun untuk berlari bersamanya. Mereka terus berlari dari kejaran anjing liar secepat mungkin, sesekali menatap satu sama lain kemudian tertawa bersama. Jieun menertawakan raut ketakutan yang tampak di wajah Sehun, sedangkan Sehun hanya ikut tertawa karena melihat Jieun tertawa bahagia. Sehun suka melihatnya, ketika Jieun tertawa.
"Hosh ... hosh ... hosh...." Keduanya bernapas tersengal-sengal ketika berhasil lolos dari kejaran anjing liar.
Keduanya kembali saling tatap kemudian, "Huahahaha." Tertawa terbahak- bahak bersama.
Jieun dan Sehun kembali melanjutkan perjalanan, kini jalan yang mereka lalui sedikit menanjak. Jieun sesekali masih mengeluarkan tawa yang kemudian menular kepada Sehun.
Wush.
Tiba-tiba angin kencang menerbangkan payung yang Sehun genggam. Sehun mengejar payung itu, tangannya mencoba menggapai payung, tetapi hasilnya ia hanya memukul udara. Jieun pun ikut mengejar payung yang terbawa angin, tetapi larinya kalah cepat dari Sehun hingga ia tertinggal jauh.
"Yak! Lebih cepat, boss!" Sambil berlari Jieun berteriak menyemangati Sehun.
"Sedikit lagi!"
"Hap! Yeay!" Jieun berteriak kegirangan kala Sehun berhasil menggapai payungnya.
Tetapi Sehun malah terpeleset ketika melompat menggapai payung. Alhasil, ia jatuh merosot karena jalan yang menanjak juga hujan yang masih deras. Jieun melongo melihat Sehun yang merosot melaluinya, sontak Jieun berbalik badan dan berjalan menurun mencoba menggapai tangan Sehun, bukannya menolong kini Jieun malah ikut merosot di samping Sehun. Keduanya pun kembali tertawa bersama.
Di salah satu rumah terdapat dua orang perempuan yang menunggu kepulangan Jieun dengan khawatir, tetapi ketika mereka melihat adegan Jieun dan seorang pria yang terjatuh hingga merosot di jalan membuat keduanya tertawa, melenyapkan rasa khawatir yang sempat berkecamuk.
Kedua perempuan itu masih tertawa bahkan ketika Jieun dan Sehun sudah sampai di hadapan mereka.
"Yak! Apa yang kalian tertawakan, ha?" Jieun berteriak di depan Nayeon dan Tzuyu ia merasa jengkel karena terus ditertawakan oleh mereka.
"Hehe, peace," ucap mereka kompak sembari menampilkan wajah tanpa dosanya, kemudian berlalu pergi sebelum Jieun mengamuk.
Jieun berbalik menghadap Sehun. "Boss, tunggu sebentar, sebentar saja...." Jieun berlalu pergi meninggalkan Sehun yang hanya bisa patuh dengan perintahnya.
Penipu, satu kata yang cocok untuk mendeskripsikan Jieun saat ini. Ia bilang hanya sebentar, nyatanya Sehun harus menunggu dengan keadaan dingin lebih dari 20 menit.
"Boss!" Sehun menatap Jieun datar kala ia keluar dari rumahnya.
Sehun baru saja hendak melontarkan umpatan-umpatan untuk Jieun, tetapi aktivitas Jieun menghentikan niatnya. Jieun menyugar rambut Sehun dengan handuk, posisi mereka sangat dekat nyaris menempel. Jieun tidak tahu ada jantung yang berdetak hebat akibat perlakuannya.
"Ini," ucap Jieun sembari memberikan kaos untuk Sehun.
Sehun mengambilnya ragu-ragu. "Di sini?" tanya Sehun.
Jieun mengangguk. "Boss tidak bisa mengganti baju di dalam."
Sehun masih tampak terlihat ragu untuk mengganti pakaian di luar dan di depan Jieun. Melihat itu Jieun berucap, "Lagi pula saya tidak bernafsu dengan perutmu, boss."
Sehun menaikan sebelah alisnya sambil maju satu langkah ia berucap, "oh ya? Coba aku lihat reaksimu."
Sehun melepas jasnya dan melemparkannya ke kursi yang tersedia di teras rumah Jieun. Kemudian, Sehun membuka kancing kemejanya satu per satu sambil terus melangkah maju, membuat Jieun berjalan mundur dengan sedikit ketakutan. Hingga akhirnya, tubuh Jieun menempel di tembok.
Jieun meneguk salivanya susah payah, ia bahkan menahan napas ketika Sehun terus-menerus menatapnya sedangkan tangannya sibuk membuka kancing kemejanya. Jieun menundukkan kepalanya menghindari tatapan Sehun, ia melihat betapa lambatnya tangan Sehun membuka kancing. Entah apa yang telah merasuki Jieun sehingga ia mengambil alih kegiatan Sehun melepas kancing kemejanya.
Jieun melepas kancing kemeja Sehun dengan terburu-buru, beberapa kali ia gagal melepas kancingnya. Sehun yang melihat itu terkekeh geli, sontak Jieun mendongak mendengar kekehan Sehun.
Kini, wajah mereka hanya terpaut beberapa centi saja. Sehun mengurung Jieun dengan kedua tangannya, sedangkan Jieun ia menatap Sehun dengan jantung yang berdebar masih dengan tangan yang memegang kancing kemeja Sehun.
"Kau payah," ucap Sehun kembali mengambil alih kegiatan melepas kancing kemejanya dan melemparnya ke arah kursi sama seperti jasnya.
Sehun memakai kaos yang diberikan Jieun secepat kilat, sedangkan Jieun masih sibuk menetralkan detak jantungnya.
"Yak! Kau memikirkan apa, hm?" tanya Sehun hendak kembali mengurung Jieun di antara kungkungan tangannya.
Beruntung Jieun sudah berhasil menetralkan detak jantungnya sehingga ia bisa menepis lengan Sehun.
"Kau, ini!" geram Jieun.
Jieun sedikit berjinjit untuk melepaskan masker Sehun, tetapi tangan Sehun menahannya.
Sehun menatap Jieun tajam, kini kemarahan benar-benar terlihat di binar matanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro