Speechless
Secangkir kopi hangat menemani pagi Kenzo di sebuah warung kopi pinggir jalan di dekat mall tempat ia bekerja, melihat-lihat koran kemarin yang masih tergeletak di atas meja.
"Gila nih orang mau kaya tapi cara instan, akhirnya dikeroyok juga kan," umpatnya sambil menggelengkan kepala.
Serasanya koran itu tak semenarik lagi karena beritanya tak lagi hangat ia pun bertanya kepada pemilik warung menanyakan koran baru tapi sebelum ia bertanya ada seseorang menepuk pundaknya dan dia adalah Agata.
"Eh lo?" kata Kenzo setengah terkejut. "Uhh, masih pukul setengah enam sudah rapi aja, mau kemana lo?"
"Iya tadi ada urusan kantor di sebrang jalan," jawab Agata.
"Sebrang jalan?" Kenzo mengkerutkan dahi. "Hotel 88? Hayooo ngapain di hotel."
"Jangan ngaco lo!" kata Agata tegas. "Lo bisa anterin gue ke kantor tidak?"
"Oh, tentu bisa kalau buat cewek seperti lo, kemarin Azima juga sudah gue bonceng kalau sekarang bonceng lo motor gue pasti bahagia."
"Motor lo atau loenya yang bahagia."
"Hahahaha." Kenzo malah ketawa sampai Agata malu karena menjadi pusat perhatian karena itu.
"Sudah ayo pergi sebelum gue telat ke kantornya."
"Sebentar gue mau bayar," kata Kenzo sambil berdiri memgeluarkan uang tiga ribu rupiah lalu diberikan ke penjaga warung. "Tapi gue takut ada yang cemburu kalau gue bonceng lo sampai ke kantor. Tempat kerja gue kan ada di mall sini."
"Haduh kamu tega lihat senior kamu berdiri dipinggir jalan nunggu taksi nggak dateng-dateng."
"Ampun kakak senior." Kenzo langsung menunduk. "Saya akan mengantar kakak senior sampai ke neraka."
"Anjiir." Agata malah ketawa dan memukul pundak Kenzo. "Sudah ayo buruan."
Kenzo menegakkan badan dan segera berlari kecil menuju motor butut kesayangannya. Lalu kemudian perjalanan yang begitu memyerukan perut Agata sampai kaku gara-gara cerita lucu dari Kenzo.
"Lo tahu tidak kalau kemarin gue bertemu dengan seorang perempuan," kata Kenzo serius.
"Terus kenapa dengan perempuan itu?" tanya Agata dengan serius pula. "Perempuan itu bukan kuntilanak kan?"
"Wah, kalau menurut gua perempuan itu mirip sih sama kuntilanak tapi bukan, dia suka monster yang bunyinya guk... guk... guk," kata Kenzo kembali. "Dan parahnya gara-gara si monster itu baju saya kotor semua."
"Siapa sih? Gue tidak tahu maksud loe."
"Haduh, padahal teman kamu sendiri loh. Si Azima yang selalu tatapannya seperti kuntilanak saat melihat semua lelaki di dunia ini."
"Hahaha." Agata langsung tertawa lebar. "Bener banget kamu, itu orang memamg sedikit sensitif dengan lelaki."
"Ehh lo kalau ketawa jangab lebar-lebar nanti kalau ada lebah masuk mulut, lidah lo di sengat jadi bengkak deh. Parahnya kalau pak Rheinhard ajak omong lo tapi tidak bisa jawab. Hahahaha"
"Apaan si Ken sudah fokus saja setirnya. Entar nubruk gua laporin kuntilanak loh," kata Agata sambil menepuk pundak Kenzo sebelah kiri. "Biar nanti lo disemprot habis-habisa sama dia."
"Oke kalau gitu gua mau tabrakin ke gerobak sampah di depan biar berurusan dengan Azima. Gua suka itu."
"Eh, maksud lo? Jangan aneh-aneh yah!" Agata mulai tegang.
"Kan gue mau beruruaan degan Azima, kan seru tuh bisa ketemu dia lama sambil dengerin ocehannya yang merdu memekakan telinga."
"Salah omong gua," umpat Azima.
Namun, Kenzo sudah bekelok masuk ke halaman kantor sebelum menabrakkan sepeda kesayangannya ke gerobak sampah. Kenzo memberhentikan di depan lobby. Suasana kantor sedikit ramai dengan banyak orang betpakaian rapi berjalan di sekitar lobby. Kenzo melihat Azima berdiri sambil membawa tas hitam beriaikan laptop.
Kenzo sengaja berhenti di depan Azima. Lalu meminta Agata segera turun dari motornya.
"Pagi bu Azima," sapa Kenzo segera.
"Cepat minggir," kata Azima ketus. "Kalau sampai motor
Dilihat sama pak Rheinhard saya bisa dimarahin. Motor tuh tidak boleh berhenti di sini tapi cukup langsung diparkiran saja kecuali kalau kamu memang ojek yang jaketnya ijo-ijo."
"Yup dia pas banget kalau jadi tukang ojek," sela Agata. "Gua ke toilet dulu yah, naik motornya Kenzo bikin mules."
"Tapi lo seneng juga kan dibonceng cowok tampab kek gue," goda Kenzo. Namun, Agata sudah pergi masuk ke dalam gedung tersisa Azima dengab wajah ketusnya.
"Kamu kenapa masih di sini kerja kamu kan bukan di kantor tapi di mall," kata Agata serius.
"Haduh, Bu masih pagi jangan ketus-ketus napa entar banyak yang naksir."
"Kamu ternyata kerja di kantor ini cuma cari sasaran buat boncengin cewek. Kemarin saya sudah kamu bonceng sampai rumah sekarang Agata besok siapa lagi sasaran kamu." Agata masih tetap denga tatapan ketusnya.
"Oh, jadi ibu cemburu kalau saya bonceng Agata ke kantor. Saya kan tukang ojek yang berjaket ijo-ijo kata ibu tadi," kata Kenzo tersenyum. "Saya siap jadi ojek pribadinya ibu."
"Sudah-sudah pusing saya berutusan dengan kamu," kata Azima mengibaskan tangan mengusir Kenzo dari pandangan.
"Yasudah besok-besok saya tidak bonceng perempuan lagi demi ibu supaya tidak cemburu." Kenzo menyalakan sepeda motor honda astreanya.
"Cepat sana pergi mobil pak Rheinhard datang," kata Azima sedikit panik.
"Terimaksih ibu sudah baik sama saya, supaya saya tidak dimarahin sama pak Rheinhard."
****
BUYAR
TAMAT
KUKUT
ENTEK
TIDAK DILANJUTKAN LAGI
CERITA JELEK PARAH
SEKIAN UNTUK BAGIAN INI EDISI BORED
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro