Mahkota Pangeran Aquil
Bosan fase maksimal.... ini adalah cerita yang panjang sekali. Sebagian orang akan beranggapan bahwa cerita yang satu ini akan membosankan ketika baru membaca. Dan inilah hasil dari kebosananku... aku tidak berharap lebih dengan pujian.
Posisi rebahan di kamar... meratapi nasib televisi yang rusak.
"Perjalanan kita bukan hanya setelah melewati lubang pusaran mutiara. Kita harus melewati rintangan yang ada di Danau Polew sisa peperangan waktu itu," seru Alex sirip ekor kehijauan berayun lembut sembari menatap lubang lingakaran menganga di depan mutiara biru keperakan dengan pusaran air berbuih.
"Ini akan jadi perjalanan yang sangat pelik," sahut Rych. "Bagaimana jika Jerx berhasil mengetahui aksi kita, dia pasti menghukum kita dengan seberat-beratnya?" Lelaki berekor putih dengan corak merah itu tampak gelisah dan tak hentinya melihat kebelakang.
"Maka dari itu aksi ini tidak boleh gagal," sahut Shandy. "Kalian berdua pergilah. Selamatkan Pangeran Aquil dari para Blacknets."
"Bagaimana dengan kau, Shandy? Kenapa kau tidak ikut dengan kami?" tanya Alex, dia melihat Rych seperti kurang percaya diri namun Shandy berusaha bersikap tenang.
"Lautan akan membutuhkan manusia duyung bersirip lebar, Alex. Aku perlu ke wilayah samudra Hindia untuk menyelamatkan segerombolan ikan paus dari pemburu. Akan ada Justin dan Robin untuk berjaga di sekitar lubang. Jika kalian terluka segeralah kembali mereka akan mengobati kalian." Shandy mengangguk ke arah Alex, lelaki itu berusaha menguatkan tekat kedua temannya yang akan memasuki pusaran. "Aksi ini tidak perlu banyak manusia duyung. Semakin banyak manusia duyung yang ikut akan semakin berisiko terhadap kerajaan Atlastic. Jangan sampai kerajaan ini bernasib sama dengan kerajaan Awlion di Danau Polew."
"Bagaimana jika Blacknets menangkap aku dan Alex?" gerutu Rych, ekornya bergoyang tak seimbang. "Atau yang lebih parah dijadikan santapan untuk pesta seluruh warga."
"Rych," kata Alex mengebuskan napas kesal, gelembung-gelembung kecil keluar dari mulutnya. "Desa Falgos dan warga Blacknets tidak memakan manusia duyung. Kemungkinan besar mereka akan menyiksa kita untuk memberitahukan di mana manusia duyung tinggal. Mungkin menggantung sirip ekor kita dan mengarak berkelilinh desa."
Rych bergidik ngeri.
"Jadi pangeran Aquil sekarang sedang disiksa oleh orang-orang Blacknets?" Rych semakin pucat. "Bagaimana jika pangeran Aquil telah meninggal dan dipasung, lalu diarak di jalan-jalan perdesaan. Semua itu karena beliau tidak ingin keluarganya terdeteksi. Pangeran Aquil tidak membawa pembekalan dari tabib kerajaan. Beliau tidak mungkin mampu bernapas di daratan."
"Rych, kumohon berhentilah menakutkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Semakin lama kau menunda untuk menerobos masuk lubang itu maka semakin sengsara pula pangeran Aquil di tangan Blacknets." Shandy mulai terlihat kesal. Sirip ekor yang lebar berwarna jingga meliuk-liuk. Dia lalu menganyukan ekornya mendekat ke arah lubang, dengan jarak dua meter.
"Tujuan kita adalah mengambil mahkota yang dipakai oleh Pangeran Aquil. Bulan biru akan tiba, kita hanya mempunyai waktu sampai...." Alex langsung mengayunkan tangannya dan menggoyangkan ekornya untuk berenang ke permukaan secepat mungkin.
"Berapa hari yang harus kalian tempuh setelah bertelportasi? Kau tadi sempat kepermukaan melihat rasi bulan." tanya Shandy segera. Dia berenang mengikuti Alex, dan Rych menyusul di belakangnya.
"Lima hari lagi bulan akan terlihat penuh dan bersinar biru terang. Itu pertanda lubang portal akan tertutup sementara sampai bulan biru berakhir. Akan tetapi jika mahkota itu belum sampai ke mutiara raksasa maka seluruh portal akan tertutup selamanya."
"Itu akan berakibat fatal. Portal-portal ini sangat menguntungkan bagi kita, demi mempersingkat waktu untuk mengelilingi dunia." Shandy tampak kesal. "Lima hari bukanlah waktu yang panjang. Aku harap kalian bisa kembali membawa mahkota itu sebelum portalnya tertutup untuk selamanya." Dia menggerutu jengkel.
Pusaran dengan arus deras mengelilingi lubang. Terkadang untuk ikan kecil yang tidak mampu menahan arusnya akan terperosok ke dalam, dan akan muncul di suatu tempat di mana portal terbuka.
"Kenapa baru sekarang kita menyadari hal ini?" tanya Rych di tengah kesunyian yang terjadi antara Shandy dan Alex. "Sudah bertahun-tahun pangeran Aquil tertangkap oleh orang-orang Blacknets. Dan kenapa kita waktu itu malah menerobos masuk ke dalam portal dan mendirikan kerajaan baru. Ratu Veviro juga melarang keras untuk kita mengakses jalan menuju perairan air tawar di tengah-tengah daratan. Kenapa wanita itu mau berkuasa tanpa mahkota?"
"Dia ibuku Rych!" teriak Alex tersinggung. "Jangan menghinanya di hadapanku."
Shandy melengak ke arah Alex. Ketik itu Alex sudah mengepalkan tangangan, sedangkan Rych tampak ketakutan. "Sudahlah, jangan memperkeruh keadaan. Tidak kah kau yang mendengar sendiri bagaimana manusia duyung dari kerajaan Atlantis menasihati kerajaan kita. Jika kita sampai tidak melindungi mutiara utama dengan mengikatnya menggunakan mahkota maka dia akan hancur, pasalnya jika itu terjadi kerajaan kita tidak akan mampu mengarungi samudra dengan cepat. Manusia duyung di kerajaan lain bisa datang ke kerajaan kita dengan sekali dayungan ekor namun bagi kita perlu berenang berhari-hari bahkan berbulan untuk bisa tiba ke tujuan."
"Jika kau tidak ingin pergi maka kembalilah ke karangmu lalu tidurlah dengan nyenyak tanpa perlu memusingkan masalah ini," pinta Alex dengan nada kesal, ekornya tidak bergoyang namun dia mampu mengambang dengan seimbang.
"Alex!" bentak Shandy berang. "Kita sudah mendebatkan ini berkali-kali. Dari sekian ratus manusia duyung di kerajaan kita kendatipun demikian tidak ada yang memedulikan hal itu selain kita. Kalau bukan kita siapa lagi? Kita sudah siapkan ini sejak pertemuan dengan kerajaan Atlantis waktu itu."
"Maaf Alex, aku terlalu mengkhawatirkan diriku sendiri tanpa memusingkan keperluan orang banyak mengenai masalah ini." Rych berenang ke arah Alex. Menepuk pundak lelaki itu dengan sikap memohon perdamaian.
Alex melipat tangannya di dada. Lengannya yang bersirip terlihat lebih berotot. Wajahnya yang tampak kesal namun kesan maskulinnya tidak pernah pudar. Bibirnya meruncing dan telinganya lancip bersirip. Dia mempertimbangkan akankah nantinya dia bisa menemukan mahkota itu atau justru terperangkap dan tidak bisa kembali.
"Cepatlah kalian masuk ke portal sebelum Jerx dan pasukannya mengetahui aksi kita. Itu akan lebih berbahaya lagi jika mereka ikut dengan kalian ke perairan danau Polew!" seru Shandy mengibaskan tangannya meminta kedua temannya untuk masuk. "Tadi aku melihat kilatan sirip ekor lancip berada di sebelah utara. Kemungkinan besar itu adalah pasukan tentara kerajaan yang memata-matai portal. Ambil tas kerang kalian."
Alex dan Rych mengibaskan ekornya menuju ke terumbu karang utuk mengambil tas kerang yang berisi pembekalan mereka selama di danau Polew kemudian mengambang di belakang tubuh Shandy. Shandy langsung mengucapkan mantra yang suaranya seperti percakapan ikan paus. Arus deras mulai menyeruak masuk, tiga manusia duyung itu mempertahankan diri agar tidak terperosok ke dalan lubang sebelum lubang benar-benar stabil untuk dilewati. Terdengar suara gemuru ombak mengelilingi mereka.
"PERAIRAN AIR TAWAR... DANAU PELLO DI DARATAN ARIZONA ...TEMPAT KERAJAAN AWLION BERADA!" teriak Shandy.
"Berhenti kalian." Alex menengok lebelakang. Dua puluh pasukan dengan yang paling depan adalah Jerx sedang berenang mendekat dengan membawa senjata berupa garpu dua mata runcing yang panjang.
Jerx adalah lelaki manusia duyung dengan ekor lancip dan keperakan seperti sirip ikan hiu. Puggungnya bersirip seperti paus orca. Pergelangan tangan terdapat sirip seperti mata pisau. Dia adalah tangan kanan Ratu Veviro sekaligus saudara Alex.
"CEPAT MASUK, INI TIDAK BERTAHAN LAMA." Shandy sepertinya mengetahui kedatangan Jerx dan pasukannya. Lelaki itu berenang mundur dan medorong kedua temannya maju untuk segera masuk ke dalam pusaran.
Alex dan Rych telah masuk ke dalam portal. Perlahan suara gemuru mulai mereda. Dua puluh pasukan telah tiba setelah portal berhasil berpusar normal. Shandy akhirnya mengembuskan gelembung dengan lega dari mulutnya.
"Ke mana mereka akan pergi?" sergah Jerx dengan menodongkan garpunya tepar di leher Shandy.
Shandy langsung bergerak mundur namun tiga pasukan telah melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Jerx, sebagian besar dari mereka mengarahkan garpunya ke arah pusaran.
Shandy menggeleng. "Alex dan Rych pergi sesuai dengan tugas yang telah diberikan."
"Kerajaan tidak pernah memerkerjakan tugas berat melewati portal untuk manusia duyung dengan sirip ekor pendek. Jangan berani-berani kau membohongi Jendral Besar Tentara Kerajaan." bentak Jerx semakin berang, akan tetapi Shandy mampu bersikap tenang menghadapi lelaki berwajah bengis itu.
"Aku berkata dengan jujur Jendral," jawab Shandy. "Ngomong-ngomong selamat atas gelar barumu."
Jerx menurunkan garpunya, diikuti oleh tiga pasukan yang menghadang Shandy. "Antar dia ke karangnya. Dan cegah siapapun yang keluar dari karang sampai matahari terbit."
Dua pasukan mengiringi Shandy pergi menjauh. Jerx berputar dia berjalan ke dua pasukan yang tidak meghadang portal dengan garpu.
"Panggil armada lima untuk membantu menghadang portal yang lain. Jangan biarkan Alex dan Rych lolos setelah mereka kembali!" Jerx tampak frustasi setelah lolosnya dua manusia duyung melewati portal tanpa seizin kerajaan.
Dua pasukan mengangguk bersama, kemudian mereka berenang menjauh.
"Aku harus laporkan berita ini kepada Ratu Veviro. Alex dan teman-temannya pasti akan mendapatkan hukuman berat dari kerajaan." Alex bermonolog memandang pusaran normal itu dengan tatapan garang. Beberapa detik dia langsung berenang menuju istana. Meninggalkan pasukannya menghadang portal.
Sementara Alex dan Rych berhasil melewati portal, mereka tiba di perairan air tawar di danau Polew. Berenang meliuk-liuk melewati puing-puing kerajaan yang mulai ditumbuhi tanaman bawah air kini sebagai tempat tinggal para ikan. Mereka terus berenang sampai ke gerbang perbatasan. Pada akhirnya mereka mengambang di bawah gapura besar di tengah danau.
"Ke mana kita harus pergi, Alex?" tanya Rych bingung melihat Alex yang sorotan matanya terjaga sambil ekornya menganyun lembut.
"Ada perselisishan waktu yang cukup panjang dari kerajaan kita. Itu berarti jika kita berenang ke permukaan matahari masih bersinar cerah." Alex mendongak ke atas. Ada setitik kilauan matahari di atas mereka. "Dan jika kita muncul di permukaan sekarang pasti mereka bisa melihat kita dengan jelas."
"Apa kita harus menunggu sampai matahari terbenam?" tanya Rych ragu. Dia mengikuti arah pandangan Alex.
"Tidak, itu sama saja kita membuang waktu dengan percuma. Lebih baik kita berenang ke wilayah selatan karena di sana cukup jauh dengan pemukiman warga." Alex bergerak ke kanan Rych mengikuti di belakangnya.
Sekitar beberapa menit mereka mengayunkan ekor untuk membelah perairan. Tiba-tiba Alex melihat seorang gadis yang tegelam. Posisinya melengkung dan ramput panjang, tangan dan kakinya berada di atas.
"Ada yang tenggelam Rych," kata Alex ketika itu dia langsung berenang cepat menuju gadis itu, lalu membatu untuk mengangkatnya ke permukaan. Rych juga ikut membantu.
"Hati-hati jangan sampai kita terpergok sedang menggendong seorang gadis, kemungkinan besar kita dituduh sebagai pembunuhannya." Sampai akhirnya dipermukaan Rych membiarkan Alex memeluk gadis itu agar kepalanya tidak masuk ke dalam air. Gadis itu dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Sedangkan Rych berenang menuju sampan yang terbalik dengan susah payah dia membaliknya.
"Percuma Rych, kita tidak akan bisa menaikkan gadis itu," kata Alex ketika itu dia sudah separuh perjalanan menuju dermaga kayu. Sedankan Rych mendorong sampan itu mendekat ke tepian.
Rych mendorong sampan itu sampai ke sisi kiri dermaga sedangkan Rich bersusah payah menaikkan gadis itu ke dermaga.
"Lompatlah ke atas, biar gadis ini aku pegang."
Alex meyerahkan gadis itu ke Rych kemudian dia menenggelamkan diri, detik berikutnya dia meloncat dan sampai akhirnya duduk di tepian dermaga ekornya bersisik menjuntai sampai ke permukaan air. Rych mengangkat gadis itu sekuat tenaga dan dibantu oleh Alex sampai akhirnya gadis itu terbaring lemah. Gaun putihnya basah dan wajahnya pucat pasi.
Alex turun dari dermaga. "Apa yang harus kita lakukan Rych."
Rych menggeleng. "Mungkin memberi napas buatan, akan tetapi paru-paru ditubuh kita berbeda dengan manusia normal."
"Baiklah kita tunggu sampai dia sadar," seru Alex.
Matahari mulai berjalan turun ke sebelah barat. Gadis itu masih dalan posisi yang sama. Alex dan Rych melihat dari bawah dermaga. Menunggu dan berjaga jika suatu saat ada manusia datang menolong gadis itu. Hingga demaga kayu itu berdecit terlihat dari lubang kecil bahwa gadis itu bergerak disertai suara batuk yang tertahan.
"Dia sudah bangun," kata Alex ketika itu dia memasang tatapan waspada.
"Harus kah kita menyambutnya?" bisik Rych.
Alex mengangguk kemudian mengibaskan ekornya untuk keluar dari persembunyian. "Selamat sore Nona?"
Gadis itu menoleh. Ekspresinya langsung terlihat bingung dan ketakutan. Wajahnya masih pucat dan bibirnya membiru kedinginan.
"Siapa kau? Kenapa telingamu bersirip? Apa kau manusia duyung?" kata gadis itu gemetar. "Kenapa kalian masih berada di danau ini, dan bukankah raja kalian sudah tertangkap?"
"Aku datang untuk menjalankan misi, lalu melihatmu tenggelam di tengah danau." Alex berbicara dengan santai walaupun dia tahu bahwa gadis itu masih tetap tekut dengan dirinya.
"Jadi kau menyelamatkanku? Kenapa?" Gadis itu merangkak kubu-kubu jarinya meremas pinggiran dermaga. "Kenapa kau menyelamatkanku, dan bukan kah seharusnya kau membunuhku seperti yang diceritakan oleh Pamanku bahwa kalian adalah pembunuh?"
Alex melirik ke arah Rych yang masih berenang di bawah dermaga, wajah Rych tampak ketakutan. Kemudian Alex kembali menatap gadis itu dengan tatapan normal.
"Kurasa kau mau membantu kami menjalankan misi. Tapi apakah kau anggota Blacknets?" tanya Alex sedikit ragu.
Gadis itu menggeleng. "Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu. Mungkin sebagai bentuk terima kasih atas tindakanmu menyelamatkanku."
"Baiklah kau bisa mudur. Aku dan temanku akan melompat ke dermaga."
Gadis itu mengangguk patuh lalu berdiri dengan sekuat tenaga. Untuk berjalan keluar dari dermaga. Alex segera melompat kemudian disusul dengan kehadiran Rych. Gadis itu tampak terkejut melihat ada dua manusia duyung duduk dengan ekor ikannya.
"Kenapa pria itu tidak bersirip sepertimu?" tanya gadis itu kepada Alex.
Alex langsung menoleh ke arah Rych. "Cukup rumit. Kumohon jangan bertanya apa-apa selagi menunggu ekor kami mengering."
Gadis itu mengangguk.
"Rych keluarkan lendirnya," pinta Alex ketika dia membuka tas kerangnya untuk mengambil pakaian. "Dan kau berbaliklah sebelum kami memiliki kaki. Apa kau mau melihat kami tanpa pakaian?"
Mata gadis itu terbelalak dan segera berbalik. Dari belakangnya dua pria telah berdiri tegak dengan kaki-kaki manusia dan bukan ekor berwujud ikan.
"Berbaliknya." ketika itu Alex berubah menjadi manusia normal dengan rambut hijau, sirip-sirip ditubuhnya telah hilang. Dia memakai celana hitam panjang dengan kain hijau membentang berwarna hijau yang menutupi bagian atas tubuhnya hanya saja dadanya masih terlihat.
Namun Rych tidak berubah kecuali ekornya, telah mengenakan pakaian putih, kemejanya berekor dengan motif mawar putih dan celana berwarna krim. "Ah Penelope membuatkanku pakaian yang pas sekali."
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya gadis itu setelah berbalik.
"Antarkan kami ke markas Blacknets!" sahut Rych.
"Tunggu Rych kita perlu mengatur strategi," potong Alex, ketika itu Alex sedang memandang gadis itu dengan serius. "Siapa namamu? Aku Alex dan dia Rych."
"Namaku Montana," jawab gadis itu. "Tidak semua orang bisa datang ke sana. Kehadiran kalian terlalu mencolok, itu karena pakaian kalian berbeda dengan gaya berpakaian warga Folgos."
"Apa kau punya cara agar aksi kita menerobos ke markas itu tanpa ketahuan?"
"Yah masuklah ke keretaku lalu aku akan mengantar kalian sampai di gerbang masuk markas. Jika orang-orang Blacknets menghadang aku akan memberi isyarat untuk kalian cepat turun dari kereta sebelum mereka memeriksanya."
"Bagaimana dengan kau?" tanya Rych.
"Orang-orang Blacknets tidak akan mengizinkanku masuk, dan memaksa keretaku untuk segera pergi dari sana. Aku akan membawa kereta di sisi utara hutan, jika mungkin kalian masih ingin menemuiku. Tunggu dulu... apa yang akan kalian lakukan di sana?"
"Kami tidak bisa memberitahumu sekarang. Aku rasa strategimu sangat masuk akal. Kami akan menyusul ke sisi utara hutan," seru Alex. "Aku butuh bantuan untuk kembali ke sini. Perairan wilayah selatan cukup aman untuk kami berenang."
Seperjalanan mereka menuju markas besar Blacknets. Semua berjalan lancar, mereka tiba saat hari sudah gelap. Alex dan Rych bersembunyi di dalam kereta berkuda yang dikendarai oleh Montana. Mereka menyelinap keluar sebelum dua orang berbadan gemuk meminta Montana memutar keretanya. Sampai akhirnya mereka berada di dalam markas. Di dalam sebuah rumah tua di tengah hutan dengan atap terbuat dari jerami berwarna hitam. Empat pria gemuk sedang tidur mengorok di atas kursi di depan perapian yang menyala.
Rych hampir saja menginjak pecahan botol bir ketika berjingkat melewati kursi-kursi itu. "Di mana mereka menyembunyikan mahkota itu?"
"Kita coba masuk ke setiap ruangan. Jangan membuat suara sedikitpun," bisik Alex. Ketika itu mereka berada di ruangan kedua yang penuh dengan jaring dan alat pancing serta senapan angin.
Sebelum akhirnya mereka berpencar mereka melihat balok sepanjang dua meter dengan lebar setengah meter berada di atas meja kayu yang kokoh, kotak tersebut tertutupi oleh kain tebal berwarna hitam pudar.
"Ngomong-ngomong apa isi kotak tersebut," tanya Rych dengan nada berbisik. Dengan hati-hati Alex berjalan menuju kotak tersebut sedangkan Rych berjaga di ambang pintu memerhatikan orang-orang yang sedang tertidur.
Alex membuka sedikit penutup kainnya. Ada ekor bersisik besar menggeliat di balik kaca. Awalnya dia mengira bahwa itu adalah ular raksasa namun setelah menyadari dan membuka penutup itu lebar Alex langsung tercengang.
"Pangeran Aquil," teriak Rych. Hal itu mengundang Beberapa orang mengeliat bangkit.
Satu dari empat pria gemuk itu terbangun. "Siapa di sana?"
Rych tidak bergerak sekalipun, seolah mematung. Alex telah mengangkat tangannya ke arah Rych agar lelaki itu tidak melakukan gerakan apapun.
Pria gemuk itu berjalan menuju pintu depan. Dan suara berdebam mengiringi saat setelah pintu tertutup dari luar. Tampaknya tiga pria gemuk itu tidur terlalu nyaman dan bahkan tidak terusik dengan suara apapun.
Setelah Alex memberi isyarat bahwa keadaan telah aman Rych langsung bergerak maju membantu Alex mengeluarkan Pangeran Aquil yang sedang terikat di dalan akuarium. Wajah pria itu penuh lebam dan sirip ditangannya telah koyak begitu pula dengan sirip ekor yang tergores.
"Kita pecahkan saja akuarium ini," kata Rych. "Orang-oranh ini sedang mabuk. Mereka tidak terusik dengan tindakan kita. Kecuali yang berjaga di luar."
"Baiklah kita harus bergerak cepat. Kita bawa keluar Pangeran Aquil melalui jendela samping."
Rych mengangguk. "Aku akan pecahkan kaca ini dan segera lepaskan ikatan itu lalu bawalah pergi."
Alex mengangguk. Rych langsung memecahkan kaca akuarium dengan tas kerangnya. Terdengar suara pecahan kaca yang sangat keras disertai suara guyuran air mengalir turun ke lantai. Alex segera bertindak, mengerukupi kain panjang yang dipakainya ke arah pangeran Aquil.
Wajah Pangeran Aquil sangat lemas dia bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa selain terima kasih.
Pintu depan terbanting tiga pria gemuk muncul dari luar.
"Ayo kau bawa Pangeran Aquil keluar!" seru Rych. "Aku akan tahan mereka."
Alex langsung menggendong Pangeran Aquil menuju ke kanan pondok sedangkan Rych berjalan ke kiri untuk bersembunyi. Alex berhasil keluar saat tiga pria gemuk bersenjata datang ke ruangan penuh dengan jaring dan pancing itu. Rych menyambar jarih di kakinya dan segera mengerukupi tiga pria gemuk itu dengan jaring.
"Pangeran Aquil dendammu terbalaskan," seru Rych. Dia segera berlari menuju perapian kakinya berdarah setelah menginjak pecahan botol bir. Membuatnya tertahan untuk beberapa saat sembari melihat tiga pria gemuk berusaha keluar dari jeratan jaring ikan.
Rych menahan rasa sakit dikakinya sembari berjalan menuju pintu depan. Dua pria yang tertidur mulai menggeliat bangkit dan menyadari Rych telah keluar.
Alex telah menyambut Rych di depan gubuk. Lelaki itu segera menggendong Rych untuk mempersingkat waktu pelarian mereka. Hingga akhirnya tiba di tepian danau. Pangeran Aquil berada di tangan Montana yang sedang mengobati luka dengan tanaman yang diberikan Robin di dalam tas kerang. Alex membaringkan Rych di samping Pangeran Aquil.
"Aksi kalian sungguh luar biasa. Bagaimana kalian bisa senekat ini," kata Montana.
"Setidaknya kau tahu apa yang kita lakukan di dalam," sahut Alex. Sedang Rych melirih kesakitan. "Tolong botol obatnya." Montana segera memberikan botol yang sedang di bawahnya.
"Terima kasih, kau telah menolong manusia duyung. Jasamu tidak akan kami lupakan," kata Pangeran Aquil kepada Montana.
"Ayah, kita harus kembali. Kita berada di wilayah kurang aman," kata Alex.
"Temanmu sedang terluka, Alex. Sebaiknya kita tetap tinggal di sini sampai besok," kata Pangeran purau.
"Kalian bisa tinggal di rumahku," kata Montana. "Mungkin akan lebih baik jika kalian dirawat di sana."
"Tidak Montana," sergah Alex. "Blacknets bisa saja mencurigsi lalu menggeledah rumahmu. Karena kekacauan ini terjadi setelah kau datang berusaha masuk menuju ke markas."
"Iya," kata Montana lemah. "Cepat atau lambat mereka akan menangkapku."
Alex tampak bingung. Dia menatapa ke arah bulan yang terlihat lebih penuh dari yang dia lihat sebelumnya. "Maaf jika ini akan menyulitkanmu Montana."
"Mungkin kita bisa tinggal di gua di sisi selatan danau," kata Rych setelah darahnya berhenti keluar setelah diobati oleh Alex.
"Itu ide yang bagus kau bisa ikut dengan kami Montana," kata Pangeran Aquil memegang tangan Montana. "Jika kau berkenan, kami bisa mengubahmu menjadi manusia duyung untuk sementara waktu."
Tiga lelaki menatap Montana menunggu jawaban.
"Kami tidak akan memaksamu, keputusan ada ditanganmu. Akan tetapi lebih aman kau bersama kami di lautan. Akan ada portal di dasar danau untuk mengakses kita menuju ke laut lepas," kata Alex menambahi.
"Akan ada mutiara abadi yang akan membuatmu manjadi manusia duyung seutuhnya," tambah Rych.
"Aku lupa satu hal," kata Alex tiba-tiba. "Jerx dan pasukannya mungkin menghadang portal. Dan jika kita membawa manusia duyung dengan sirip ekor tunggal, mereka akan memenjarakan Montana."
"Apa kau lupa wahai anakku," kata Pangeran Aquil. "Kalian datang bersamaku. Semua bisa aku atur, semua asalkan kita tidak terlambat saat perayaan bulan biru." Lelaki itu tersenyum. "Akan lebih meriah perayaan itu jika kau hadir, wahai Montana sang penyelamat. Aku yakin hari ini akan tiba... itulah kenapa aku memilih bertahan di dalam markas."
"Baiklah, aku bersedia ikut dengan kalian," kata Montana tegas. "Sebenarnya aku mencoba bunuh diri dengan menenggelamkan diri ke danau namun Alex telah menyelamatkanku. Dan akan lebih baik aku tinggal sebagai manusia duyung karena selama ini aku merasa hidup sendiri di dunia."
"Baiklah," kata Alex. "Kita akan masuk ke danau saat matahari bersinar terang. Pangeran Aquil dan Rych butuh waktu untuk lukanya sembuh total paling tidak lukanya bisa terobati sampai kita bertemu Robin di balik portal. Aku yakin Shandy sekarang sudah bergerak bersama Robin dan Justin untuk menyambut kita. Dan kau Montana, aku akan membantumu saat pagi menjelang untuk menjadi manusia duyung dengan sirip ekor tunggal, kau perlu penyesuaian diri hingga kita siap pergi ke dasar danau. Bagaimana?"
Montana megangguk paling antusias, Pangeran Aquil tersenyum ramah dan Rych terlalu sibuk dengan lukanya.
"Aku yang akan mencoba mengendari kereta kuda itu, akan lebih baik jika Montana dan yang lain bersembunyi di dalam kereta. Mereka tidak pernah melihatku, atau paling tidak aku meyamar sebagai musafir." Alex menyentuh lututnya. "Maafkan aku Penelope." Dia merobek celananya agar terkesan sebagai pengembara yang kekurangan pakaian. Lelaki itu hanya mengenakan celana pendek tanpa kain penutup bagian atas tubuhnya. "Semoga misi kedua kita berhasil!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro