Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 3 - Shea Natania

January 13, 2018.
Athena, Yunani.

Pagi-pagi buta aku sudah datang ke tempat ini, Bandar Udara Internasional Eleftherios Venizelos yang akan menerbangkanku dari ujung Eropa Selatan ke ujung Eropa Utara. Lantaran musim dingin sedang berlangsung, beberapa penerbangan menjadi dibatasi. Hal itu pula yang menyebabkan diriku harus menunggu ——check in counter yang belum juga dibuka.

Perjalanan dari Athena menuju Olso dapat memakan waktu 6-7 jam. Aku tidak ingin tiba di sana pada malam hari, khawatir terkejut dengan perbedaan lingkungannya.

Sekitar 20 menit lamanya aku menunggu, sapaan selamat pagi terdengar dari pengeras suara di beberapa sisi bandara, petugas counter pun mulai bersiap-siap membuka antrian check in. Sialnya, aku perlu pergi ke kamar kecil.

Aku berlari pelan, tidak dapat cepat. Tas carrier yang kubawa ini lumayan berat dan cukup tinggi.

Bukkk!!!

Ah, sial! Aku tertahan di ambang pintu, tas yang bertengger di pundakku menabrak batas pintu dan tidak dapat ikut masuk kecuali aku menurunkannya dari gendonganku dan-menyeretnya.

"Mr, can you help me? Aku titip ini sebentar, aku akan segera kembali," ujarku pada seorang pria muda yang kebetulan baru keluar dari tempat toilet laki-laki. Aku sudah tidak dapat menahan cairan sisa metabolisme ini.

Lega sekali! sekitar 3 menit, akupun keluar dari sana dan tidak kudapati laki-laki tadi bersama tas carrierku itu.

"Help!" teriakku, membuat beberapa orang menoleh. Lalu seorang petugas keamanan bandara berjalan menghampiriku. "Ada apa, Nona?"

"Tas saya, Pak. Seorang pria membawa tas carrier saya!" ujarku dengan nada panik kepadanya.

"Bagaimana ciri-ciri tas dan orangnya?"

"Tas saya berwarna abu-abu tua dengan plat merah di bagian sisinya. Lalu pria itu, ia memakai tuksedo abu-abu muda."

"Apa orang itu yang Nona maksud?" tanyanya seraya menunjuk ke arah kursi di sebelah barat. Pria itu tengah terduduk santai, dengan carrierku yang ia taruh di samping kursinya.

"Em... betul, Pak. Sepertinya saya salah paham. Terima kasih!" ujarku pada petugas itu, kemudian ia melenggang dari hadapanku. Lantas akupun segera bergegas menghampiri lelaki itu.

Suara sepatu yang kuhentakkan terdengar cukup nyaring, terlalu berlebihan memang. Tapi aku sungguh tidak suka dengan sesuatu yang membuat diriku kaget. Aku sering terkena tremor yang berlebihan.

"Kenapa Anda membawa tas saya?" Aku bertanya dengan nada sedikit tinggi. Mengekspresikan rasa kesalku.

"Apa yang salah?" tanyanya dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Saya sampai melapor pada petugas keamanan, saya kira Anda mencurinya!" ujarku sambil menunjuk ke arah ransel abu berplat merah itu.

"Aku hanya membawanya kemari, tas ini menghalangi jalan para pengunjung bandara yang hendak pergi ke toilet jika tetap dibiarkan di sana," katanya seraya bangkit sambil merapikan bagian bawah jasnya dengan tangan kosong.

"Sudahlah, saya tidak ingin berdebat. Loket sudah dibuka, saya tidak ingin melewatkan penerbangan pertama hari ini!" That's right! Akupun segera meraih carrier-ku lalu bergegas menuju antrian loket sesuai maskapai.

"Kemana kamu hendak pergi?" tanya pria tadi yang kini berdiri di belakangku. Tentu saja membuat mataku secara refleks menyipit, mengapa dia bertanya seperti itu? apa dia tersesat?

"Mengapa Anda bertanya demikian, apa anda tersesat? atau... Anda memiliki niat jahat terhadap saya?" tanyaku dengan nada selidik.

Pria itu masih menatapku dengan tatapan biasa, aku bahkan hampir tidak melihat ekspresi apapun di wajahnya. Benar-benar datar dan -pias seperti mayat. Ups, mungkin terlalu sarkas.

"Aku hanya bertanya," jawabnya. Alasan yang begitu klasik.

"Mengapa Anda perlu tahu? dasar kepo!" makiku padanya, setelah antrian mulai lenggang, akupun mendapat giliran.

Aku melakukan check in manual di meja pelaporan, dengan menunjukan dokumen-dokumen perjalanan lengkap pada petugas counter.

"Atas nama Mrs.Shea Nathania. Penerbangan dari Athena-Yunani menuju Bodo-Norwegia. Pesawat yang Anda tumpangi akan mendarat di Oslo kemudian Anda bisa transit untuk melanjutkan perjalanan dari Oslo menuju Bodo. Ini boarding pass-nya, silahkan berjalan menuju gate 3. Selamat menikmati perjalanan, terima kasih!"

Sebelum menuju ke gate yang tertera di boarding pass, aku perlu melewati proses bagasi check in terlebih dahulu. Aku berniat membawa semua barang ini di kabin sebelumnya. Namun ternyata...

"Lebih dari 7 kg, Anda harus menyimpannya di bagasi, Nona!" kata petugas check in. Lantas akupun mengambil tas ransel mini yang memang sudah ku siapkan dalam carrier 60L ini, lalu memindahkan beberapa dokumen penting ke dalam sana untuk dibawa masuk ke dalam kabin pesawat.

Aku berjalan menuju gate yang sudah tertera di boarding pass yang tengah kucekal. Proses pengecekan bagasi sudah selesai. Saat tiba di bagian imigrasi aku menunjukan sebuah pasport serta visa yang kumiliki.

"Selamat pagi, Pak." sapaku pada petugas imigrasi. Menurut beberapa artikel, bersikap sopan dapat memudahkan proses imigrasi. Tak ayal banyak orang yang ditolak mentah-mentah tanpa alasan yang jelas pada proses ini. Petugas imigrasi memang memiliki otoritas untuk menerima atau menolak warga negara asing ke negaranya.

"Bisa tunjukan pemesanan tiket pulang atau tiket pemesanan hotel saat Anda tiba disana, Nona?"

Bodoh sekali, aku benar-benar lupa tentang bagian ini.

"Saya belum merencanakan berapa hari saya akan berlibur disana, jadi saya belum memesan tiket untuk pulang."

Petugas imigrasi mengalihkan pandangan dari layar komputernya kepadaku. "Bagaimana dengan tempat yang akan Anda tinggali, Nona? Kalau begitu, Anda pasti akan bermalam disana bukan?"

"Em... Itu Pak, saya akan bermalam di rumah teman saya." Aku berusaha keras agar berbicara senormal mungkin.

"Bisa saya tahu siapa teman yang Anda maksud, Nona?"

Aku tidak tahu harus berkata apa sekarang, tanganku sudah kembali gemetar. Oh, tremor. Mengapa kamu harus bereaksi sekarang.

"Mengapa diam? Kalau begitu Anda tidak dapat melanjutkan—"

"Ah, maaf menunggu lama. Shea." Seseorang datang dan menepuk bahuku, juga ikut mengalihkan fokus petugas imigrasi.

"Dia pergi bersamaku, Pak. Mohon maaf atas keterlambatannya. Antrian menjadi panjang begini." ujar pria itu sambil menunjuk ke arah orang-orang di belakangku.

"Siapa Anda?" tanya petugas itu padanya. Lalu pria itu menyodorkan dokumen-dokumen perjalanan, serta sebuah surat pengantar yang terbaca sekilas dari perusahaan Eropa Selatan.

Petugas imigrasi memeriksa semua dokumennya. Begitu pula dengan dokumen milikku.

"Mr.Alex, mengapa Anda tidak melakukan penerbangan dengan pesawat Bisnis?"

"Sebuah rapat dadakan."

"Pembelian tiket milikmu berbeda hari dengan tiket milik Nona Shea."

"Dia melakukan reschedule saat tahu aku memiliki penerbangan ke Norwegia juga."

"Bukankah tadi Anda mengatakan sebuah rapat dadakan?"

"Dadakan yang sudah diberi prediksi tanggal."

Pria itu sangat pandai beralibi, aku salut dia berani berdebat dengan petugas imigrasi. Seorang petugas lain datang menghampiri petugas yang tengah memeriksa kami. Aku sedikit khawatir tentang kebohongan yang pria itu katakan bahwa aku ikut dengannya.

Tanpa diduga, petugas imigrasi menyatakan pemeriksaan kami telah selesai dan dipersilahkan untuk pergi ke ruang tunggu.

"Psttt, mengapa kita bisa bebas? Anda melakukan transaksi suap dengan petugas yang berbisik tadi?" tanyaku.

Pria tidak menjawab pertanyaanku. Saat kamu tiba di pengecekan barang bawaan untuk yang kedua kali, dia baru membuka suara. "Bagaimana mungkin kamu bisa berpikir aku melakukan suap? Antrian di belakangmu sudah sangat padat. Itu bisa membuat mereka tertinggal pesawat dalam situasi penerbangan yang dibatasi seperti ini."

Benar juga, baiklah. Alasan bisa diterima. Setelah semuanya selesai, aku bergegas ke ruang tunggu—bersama pria aneh itu. Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk membeli beberapa camilan dan minuman hangat.

Ku hentikan aktivitas mengunyahku saat melirik ke arah pria yang baru saja mendarat pada kursi yang berada di sebelahku. Aku ingat perkataan petugas imigrasi yang mengatakan bahwa pria itu baru saja membeli tiket yang entah dari mana, sebelumnya pria itu juga memanggil namaku saat datang dengan surat pengantar perusahaannya. Aku baru ingat kalau dia berdiri di belakangku saat aku melakukan check-in boarding pass. Apa dia?

"Anda mengikuti saya?" Aku meremas bungkus biskuit yang tengah ku makan tadi hingga hancur dengan isinya.

Pria itu hanya melirik sekilas kepadaku, lalu memusatkan pandangannya lagi ke arah depan. "Aku memang akan pergi ke Norwegia, tujuan kita sama."

"Oh ya?!" tanyaku penuh penekanan.

"Yes, Mrs!"

Aku ingin kembali mengintograsinya tapi aku tidak ingin menghabiskan tenagaku dengan cuma-cuma. Lagipula aku tidak melihat tampang kriminal dari penampilannya. Nampaknya, dia juga tidak membawa barang bawaan apapun.

Aneh sekali.

***

'Selamat pagi kepada tamu-tamu yang terhormat. Selamat datang dalam pesawat Wizz Air, Penerbangan dengan nomor NW 246 dengan tujuan Athena - Oslo, penerbangan menuju Oslo akan ditempuh dalam waktu 6 jam 20 menit dengan ketinggian jelajah 37.000 kaki di atas permukaan laut.'

Intruksi seorang pramugari terdengar nyaring saat kami selesai boarding. Aku duduk bersebelahan dengan pria aneh tadi, tidak salah aku mencapnya dengan sebutan aneh, dia bersikap seperti tokoh Kevin dalam film Home Alone 2 ; Lost in New York, atau seorang Lost Boy dalam dongeng Peterpan-Oh ayolah, sampai kapan kamu akan terus meledeknya, Shea.

Oh s**t! Bagaimana jika pria ini benar-benar ingin pergi denganku? Aku tidak khawatir soal dia penjahat atau bukan, seharusnya dia yang mencemaskan dirinya sendiri, karena aku baru saja mengetahui pin kartu kreditnya! Woah. Bisa saja 'kan kucuri dompetnya lalu dia terdampar disana.

Nope! hanya bercanda soal itu. Yang ku khawatirkan sebenarnya -jika ia benar-benar mengikutiku, itu artinya aku tidak akan bebas. Aku tidak bisa menjamin keselamatannya pula. Tujuanku pergi ke Norwey untuk mengunjungi tempat paling utara, pulau Moskenesøya, dan ——mendaki. Oke itu mungkin terdengar sangat bodoh. Tapi untuk seorang petualang sepertiku ini merupakan hal yang sangat menantang.

Mengapa aku jadi memikirkan persoalan tentang pria aneh itu? Ini liburanku! Tidak ada yang dapat mengusiknya. Aku telah banyak melewati puncak-puncak gunung pada musim dingin. Ini merupakan pendakian ilegalku yang ke 8, apakah terdengar hebat? Emm... Mungkin 'gila' bagi kalian.

Aku melakukannya untuk sebuah kepuasan, pencapaian bagi diri sendiri. Aku tidak pernah mengumbar ini pada publik, itu bisa mendatangkan kontroversi.

Kulirik jam coklat yang bertengger di pergelangan tanganku. Perjalanan masih jauh, kurasa tidur merupakan pilihan yang tepat. Pria disampingku masih terlihat bingung dan membisu. Baguslah, aku tidak perlu lagi menghabiskan tenaga untuk menjawab segala pertanyaanya.

Mencap diriku sebagai seorang pendaki gunung bersalju sebenarnya terasa sangat tidak nyaman. Aku memang berhasil melewati 7 gunung saat musim dingin, tapi tidak separah tempat yang akan kukunjungi kali ini. Pada bulan ini disana masih melalui malam panjang, matahari hanya terbit sebentar bahkan tidak terbit sama sekali.

Apa aku bisa? Jikapun tidak, aku siap merelakan umurku hilang disana. Setidaknya aku pergi dengan sesuatu yang kusukai. Cukup merenungnya, aku akan benar-benar memejamkan mata dan tertidur saat ini.

❄️❄️❄️

Note :

Carrier : tas yang dapat menampung segala peralatan dalam jumlah yang banyak atau besar.

Tremor : gerakan ritmis bolak balik yang tidak disengaja terjadi pada satu atau lebih bagian tubuh (Gemetar).

Check in  : Proses pendaftaran penumpang yang sudah memiliki tiket sebelum keberangkatan.

Check in Counter : bagian dari STAFF penerbangan yang mempunyain tugas untuk melayanani penumpang pada pada saat sebelum keberangakan atau yang sering disebut juga pre-flight service dan juga pelayanan purna penerbangan atau after flight service.

Boarding Pass : Selembar tiket untuk masuk dalam pesawat yang diperoleh pada proses check-in. Boarding pass adalah tanda penumpang siap lepas landas dan sudah didata oleh maskapai penerbangan sebagai penumpang resmi.

Gate : Gerbang keberangkatan. Jika di boarding pass tertulis Gate 14, artinya kamu harus menunggu di dekat Gate 14 sebelum naik ke pesawat terbang.

Boarding : Naik ke kabin pesawat.

Transit : Proses berhentinya pesawat di bandara lain sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke bandara tujuan.

Imigrasi : perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu.

Paspor : dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.

Visa : sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah negara memberikan seseorang izin untuk masuk ke negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu.

Reschedule : penjadwalan ulang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro