Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 2 - Bisma Delmora

January 10, 2018
Lisboa, Portugis.

Desiran angin dari celah ventilasi mengibas gorden tipis di kamarku. Teriakan bocah-bocah tetangga yang tengah bercanda ria di halaman depan terdengar mengganggu di telinga. Kantuk masih melanda sebab belum cukup jam tidur yang kuterima, aku baru saja berhasil menghabiskan game petualangan online luar biasa semalam.

Kurasakan getaran ponsel di bawah benda empuk yang menopang kepalaku, nampaknya aku benar-benar harus membuka mata kali ini. Masih di musim dingin, bukankah seharusnya kita berhibernasi menghabiskan waktu hingga musim semi di awal maret tiba?--oke ralat, itu hanya berlaku bagi beruang.

"SIALLL!!!" pekikku saat melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 01 siang. Matahari memang terbit pukul 08.00, tapi kelas dan aktivitas lain relatif dimulai pukul 09.00.

Beberapa pesan serta panggilan tidak terjawab dari Juan dan Sam terpampang di layar benda pipih yang tengah kucekal. Baiklah, aku telah melewatkan kelas. Rasanya tidak perlu pergi ke kampus hari ini, lebih baik melanjutkan tidurku lagi--sepanjang hari.

Drrrttt...

Well, hal penting apa yang akan disampaikan Samuel hingga ia tidak berhenti mencoba menelponku.

"Ya, ada apa?" tanyaku.

"...."

"Baiklah, aku akan kesana dalam setengah jam!"

"Setengah jam?" ucapku panik pada diriku sendiri, mengapa aku mengatakan waktu sesingkat itu. Bukannya tadi aku hendak tidur? Ah tidak, Sam bilang ini situasi gawat. Aku harus segera membasuh muka dan menggosok gigiku. Harus!

***

Tiba di depan rumah Juan, kulihat mobil Samuel terparkir rapi bersebelahan dengan mobil orang tua si anak sulung itu. Apa? Orang tua, mereka telah pulang dari Asia. Pantas saja Juan mengatakan ini gawat, kurasa ini lebih dari sekedar kata gawat.

Aku menekan bel rumah megah berwarna putih tulang itu, tak lama munculah asisten rumah tangga diambang pintu yang kemudian mempersilahkanku masuk. Ia Juga mengarahkanku untuk menemui Juan di kamarnya.

Kuketuk sebuah pintu kamar yang berada di ujung lantai 2, poster tokoh-tokoh film action memenuhi setiap sudut benda persegi panjang di hadapanku. Seruan Samuel langsung membuatku memutar kenop dan masuk ke kamar anak pertama beradik tiga itu.

"Juan, ada apa ini?" tanyaku saat melihat isi kamarnya begitu berantakan. Barang-barang yang sudah ia siapkan sejak hari kemarin berserakan dimana-mana. Pria itu tengah berbaring sambil menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Sam, ia duduk di kursi dengan posisi kepala sedikit tertunduk.

"Juan," ujarku sambil menyentuh lengannya yang tertutup benda tebal berbulu.

"Pergilah," ucap Juan dengan nada pelan. Kutebak, keluarganya pasti melarangnya pergi.

"Kalau begitu, kita tidak usah pergi saja!" ucap Samuel. Sedangkan aku masih belum mendapat jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, ku putuskan saja untuk bertanya.

"Apa... Orang tuamu melarang untuk melakukan perjalanan ini?" tanyaku dengan hati-hati. Kurasa tebakanku benar, karena baru saja kudengar keributan ibu dan adiknya di halaman depan yang membahas tentang rencana liburan Juan. "Tidak apa, Juan. Kita bisa berangkat kesana di lain wak-"

"Tidak!" sanggahnya seraya bangkit menyibak selimut yang ia pakai. Lalu Sam ikut mendekat ke arah kami.

"Benar kata Bisma. Kita tidak perlu berangkat bulan ini, bisa saja saat musim semi atau di tahun berikutnya lagi." Sam mencoba menenangkan dengan membuat opsi lain.

"Aku tidak ingin menjadi alasan gagalnya rencana ini. Kalian masih bisa berangkat tanpaku!"

"Tapi kita merencanakan semua ini bertiga!" ujarku.

"Tetap lanjutkan perjalanan kalian, kumohon. Aku akan turut senang jika kalian berhasil mendapatkan apa yang ingin kita lihat sebelumnya. Bawalah potret serta cerita yang baik saat pulang nanti!"

Suasana berubah menjadi hening, sebenarnya aku tidak merasa keberatan jika perjalanan ini tidak jadi dilakukan. "Bagaimana kalau kita merubah tempat tujuan-" belum sempat menyelesaikan perkataanku, Juan sudah memotongnya lagi.

"Tidak, Bisma. Aku tidak akan pergi kemanapun. Kamu tahu sendiri bagaimana orangtuaku. Hidupku seperti sebuah robot yang hanya perlu menuruti aturan sesuai keinginan mereka. Aku tidak bisa mengendalikan diriku sesuai keinginanku. Seperti hanya memiliki kewajiban tanpa mendapatkan sebuah hak."

Dari persepsiku, sebenarnya itu memang bentuk perhatian orang tua. Mereka hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa anaknya. Ayah Juan merupakan orang penting penanam saham dimana-mana, dan Juan merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarga mereka karena ketiga adiknya adalah perempuan. Wajar saja jika Juan diperlakukan seperti itu.

"Juan, kita bisa melakukannya bersama-sama nanti," kata Sam seraya menepuk bahu Juan. Aku mengerti maksudnya, tidak ingin Juan lebih terpuruk dan terus menerus mengungkit ketidaknyamanan posisinya. Sam memilih jalan alternatif untuk mengakhiri obrolan kami.

"Aku akan mendapatkan bagianku, dari kalian. Berjanjilah padaku kalian akan tetap pergi dan kembali dengan utuh!" pinta Juan padaku dan Samuel.

Tidak ada pilihan lain, aku dan Sam hanya bisa mengangguk menanggapi. Itu keputusannya, bagaimanapun Juan tidak bisa memaksakan diri untuk tetap pergi. Mungkinkah aku dan Sam akan tetap berangkat tanpa Juan, aku akan mendiskusikan ini dengan Sam nanti.

***

Empat hari lagi aku akan meninggalkan kota ini, lebih tepatnya negara ini. Aku tidak memberi tahu siapapun, ayahku? dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Toh, jika aku pergi kemanapun dia tidak akan mencari. Ia hanya perduli pada uang, tidak dengan hal lain.

Ngomong-ngomong soal uang, hidupku memang terjamin sendari dulu. Ayahku seorang manager pertambangan, sedangkan ibu, ia pergi bersama lelaki lain. Jika kalian bertanya mengapa ibu tidak bertahan dengan ayah yang bisa disebut seorang jutawan? Jawabannya pasti sama denganku, kami memang butuh uang, tapi perhatian keluarga lebih penting daripada uang. You know that's mean!

Kembali lagi ke persoalan tentang Juan, aku sudah bertanya pada Sam, ia bilang kami akan tetap berangkat, hanya berdua. Sebenarnya aku sangat simpati pada Juan, berbanding terbalik dengan kehidupanku, keluarga Juan sangat protektif padanya, sehingga membuat kehidupan terkekang mendominasi dirinya. Tapi, begitulah hidup, Tuhan memang maha adil terhadap segalanya.

Aku jadi ingat percakapan kami beberapa hari lalu. Juan sudah banyak berekspetasi dan menyiapkan susunan kegiatan saat kami tiba disana. Membuatku memikirkan tentang bagaimana perasaanya saat ini.

"Apa saja yang kamu bawa?" tanya Juan pada Sam.

"Perlengkapan adventure, kemah dan survive!" Aku sedikit keheranan saat mendengar jawaban dari Sam.

"Oh ayolah, Sam. Kita hendak berburu Aurora di sebuah pantai atau pedesaan. Mengapa kamu membawa barang-barang seperti itu?"

"Benar, paling di sana kita akan menyewa sebuah villa atau menginap di hotel!" ujarku. Yah, meskipun aku memang sangat menyukai hal-hal yang menantang, seperti menjelajah atau mendaki, aku tetap tidak berpikir untuk melakukan hal itu di sana.

"Siapa bilang kita akan menginap di Hotel!?" ujar Sam. Lagi-lagi menimbulkan pertanyaan besar dikepalaku.

"Maksudmu?"

"Kita memburu Milky Way dengan cara berkemah bukan?" Ya, kami bertiga memang pernah melakukan pendakian untuk berburu galaksi bimasakti serta hujan meteor saat musim panas.

"Jangan gila, Sam, ini daratan Arktik, musim salju pula. Serius kamu akan mendaki?" tanya Juan.

"Just kidding, Bro." Pernyataannya membuatku dan Juan bernafas lega. "Tapi kita akan lakukan, jika keadaan memungkinkan!" tambahnya lagi.

"Setuju!" ujarku pada keduanya. Setelah dipikir-pikir, kita akan mendapatkan pengalaman luar biasa jika melihat fenomena langit dari ketinggian. Sedangkan Juan hanya meringis mendengar ucapanku.

Cukup, mungkin aku harus segera mendapati bantal yang empuk lalu terlelap dalam keadaan nyenyak dan mimpi indah untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit menghadapi cuaca ekstrem nanti.

-

Milky Way : Galaksi Bima Sakti spiral yang besar, yang di dalamnya terdapat Tata Surya, tempat planet Bumi beredar mengelilingi matahari. Matahari hanya salah satu dari sekitar 200 miliar sampai 400 miliar bintang yang membentuk galaksi Bima Sakti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro