Bagian 12 - Leader bukan pengatur
January 17, 2018
Sebuah mobil terparkir di dekat Glamping kerucut berwarna putih bernama Lavvoen i Austpollen. Salah satu tempat perkemahan di sisi danau juga kaki gunung.
Cuaca terlihat cerah hari ini, ketujuh muda mudi itu siap berangkat dengan segala persiapannya. Sam dan Shea sempat memberi beberapa pengarahan kepada rekan-rekannya saat di villa. Mulai dari rute yang akan mereka lalui, hingga tips dan trik safety dalam pendakian.
"Kalian siap?" sahut Sam yang kemudian diangguki teman-temannya.
Setiap orang memiliki tas besar di pundaknya masing-masing. Bukan hanya barang pribadi mereka, tapi semua keperluan bersama juga——dibagi sesuai dengan porsinya.
"Luther, silahkan pimpin doanya." Sam menyebut pria asal Praha itu.
"Why me?" tanyanya sedikit terkejut.
"Mungkin dia tersinggung karena dianggap sok mimpin." Reylan mulai berulah lagi.
"Tuan, berhentilah menjadi manusia yang menyebalkan." Shea benar-benar geram terhadap manusia yang satu ini, bak perempuan, wataknya sungguh tidak cocok dengan gendernya yang berjenis kelamin pria.
"Kala—" Baru saja Luther hendak berbicara, Alex sudah menyanggahnya.
"Baiklah, mari kita semua berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi di perjalanan dan kami bisa kembali ke kediaman kami masing-masing dengan utuh ... Berdoa dipersilahkan."
Semua orang memanjatkan doa dengan khusyuk. Meski memiliki latarbelakang berbeda, itu tidak menjadi masalah. Perbedaan bukan suatu hal yang harus diperdebatkan atau disinggung.
Setelah dikatakan benar-benar siap, semua berdiri dengan rapi, meski tidak serapi barisan upacara. Sebelum langkah mereka dimulai, Samuel ingin memberikan sedikit arahan lagi.
"Kawan, mungkin kalian bisa mendengarkan sedikit ucapanku bagian ini ...." ujar Sam.
"Sebelumnya, terima kasih sudah menganggapku sebagai leader kalian. Dengan begitu juga berarti kalian telah memberi aku kesempatan untuk dipercayai. Aku hanya ingin mengatakan, kalau——leader sebenarnya bukan pengatur. Aku berbicara seperti ini bukan semata-mata tersinggung oleh perkataan Reylan. Jika kalian tidak setuju terhadap apa yang aku katakan atau sarankan nantinya. Silahkan disanggah. Kalian berhak berbicara, atau bahkan bertanya. Ingat! Bertanya itu penting. Jika ada sesuatu yang membuat kalian bingung, silahkan ditanyakan saja."
"Ijin menambahkan, benar yang di katakan Kak Sam. Ini bukan berarti beliau ataupun aku pribadi sok tahu segalanya. Hanya saja, kita harus menjalin komunikasi dengan baik. Jangan sampai miss communications terjadi di antara kita." Shea ikut menambahkan, sebagai orang yang sudah terbiasa berorganisasi, ia paham betul apa yang disampaikan Samuel.
"Kita adalah tim, sekarang. Jadi tolong, kalau ada apa-apa, jangan hanya disimpan sendiri." Samuel menyodorkan tangannya yang terkepal ke arah depan. Bisma yang sadar maksud Sam langsung melakukan hal yang sama, setelah itu diikuti semuanya.
"Ini yang disebut tos!" kata Luther.
"Teammm!!! Go! Go! Go!" Jangan salah. Bisma yang paling lantang meneriakkan kata penyemangat itu.
Diam-diam salah satu dari mereka mengabadikan momen itu dalam kamera perekam.
~~~
Hampir tiga puluh menit berlalu, sejauh ini tidak ada masalah yang mereka temui. Mengingat kawan-kawannya yang lain bukan seorang pendaki profesional. Sam menghentikan langkahnya di tempat yang strategis lalu menyuruh mereka beristirahat selama 3-5 menit.
Pendaki tidak disarankan untuk beristirahat terlalu lama, karena selain sayang pada otot - otot kaki yang sudah memanas dan kencang menjadi mengendur karena kelamaan istirahat.
"
Oh, betisku yang malang," keluh kristin sambil memijat kakinya.
"Apa keadaan aman?" sahut Luther pada semuanya.
"Jika ada sesuatu yang salah, silahkan laporkan pada Tuan Bisma yang Tampan. Superhero akan siap siaga!" celoteh Bisma. Sam hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan konyol temannya itu.
Shea mengangkat tangannya, membuat beberapa dari mereka yang sadar memusatkan perhatian pada gadis itu. "Emm ... Sepertinya aku menemukan sesuatu yang salah."
"Apa itu?" tanya Bisma.
"Ada yang salah dengan otakmu, Tuan." Shea berujar dengan ekspresi serius. Luther terbahak kencang sekaligus menyetujui ucapan gadis Yunani itu.
Reylan menanyakan keadaan Kristin yang tadi mengeluh soal kakinya, tapi gadis itu berkata semuanya baik-baik saja. Ia hanya tidak terbiasa berjalan dengan sepatu berat dan tertutup yang dipakainya sekarang.
Setelah istirahat beberapa menit, mereka melanjutkan perjalanan kembali. Seperempat perjalanan sudah terlewati, hamparan benda putih bersuhu dingin terlihat membentang di sekeliling mereka. Bumi memang terang, tapi cahaya hangat oranye itu sama sekali tidak menyorot langsung negara bagian utara bumi itu.
"Bee, berpose lah di sebelah sana." Reylan menyiapkan kamera di tangannya lalu menyuruh Kristin untuk bergaya di tempat yang menurutnya memiliki angle yang bagus, tentu saja dengan senang hati gadis itu mengikutinya.
Beberapa foto berhasil di ambil, hingga sebuah teriakan menyadarkan keduanya.
"Hei! Reylan, Kristin. Mengapa kalian diam di sana, cepat kemari!" teriak Luther, keduanya pun langsung menghentikan aktivitas tersebut.
Reylan dan Kristin tertinggal hampir 60 meter dari kawan-kawannya, tentu saja itu merupakan sedikit kesalahan.
Sambil menunggu keduanya beriringan kembali, Alex memilih untuk bertanya pada Shea.
"Shea, are u ok?" Alex mencoba membuka percakapan, sejak kejadian semalam soal tegurannya mengenai scraf dan darah Shea. Ia belum bertegur sapa lagi dengan gadis itu.
"Aku baik-baik saja." Gadis itu memberi anggukan kecil untuk meyakinkan.
Merasa tidak puas dengan jawaban gadis itu, Alex terus mencoba memancing gadis itu. "Soal semalam, aku minta maaf karena telah membuatmu memiliki mood yang buruk da—"
"A heart attack is better than a panic attack!" sanggah Shea. Alex yang berdiri di sampingnya langsung mengalihkan tatapannya pada gadis itu. Seperti tebakannya, memang ada sesuatu yang tidak beres dengan diri Shea.
"Kalau begitu, Let me give you a heart attack, simpel 'kan?" ujar Alex seraya menepuk bahu gadis itu, membuat Shea sedikit terkejut. Kata itu terkesan seperti gombalan.
"No, no. It's a joke." Shea menggeser kan tubuhnya ke samping, hingga tangan Alex terlepas dari bahunya.
"But I'm not!" ujar Alex dengan ekspresi serius.
Shea bisa saja menganggap serius apa yang diucapkan Alex, tapi dia bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja terhadap seseorang. Apalagi, Alex merupakan orang baru di hidupnya, ia sama sekali tidak tahu realisasi kehidupan pria itu seperti apa sebenarnya.
"Lain kali, jika kalian mau berhenti seperti tadi, instruksikan. Jangan main berhenti seenaknya. Kalau saja tadi Luther tidak menyadari ketertinggalan kalian, bagaimana kalau kalian tersesat?" tegur Sam.
"Mengapa menyalahkan orang lain? Bukankah itu memang tugasmu sebagai seorang pemimpin untuk menjaga para anggotanya?" tanya Reylan.
"Tidakkah kamu mengerti apa itu T-I-M? Tolonglah bekerja sama. Lagipula Sam bukan pengasuhmu, Tuan Reylan." Alex yang sendari tadi terfokus pada Shea kini ikut bergabung beradu argumen bersama yang lainnya.
Bisma dan Luther merasa frustasi terhadap apa yang terjadi di hadapan mereka. Pemandangannya hanya debat dan perdebatan saja.
"Aku dan Luther akan berjalan di belakang. Sam, kamu tetap di depan. Shea, Alex, Kristin dan Reylan biar kalian berjalan di tengah." Bisma berjalan ke arah belakang, diikuti oleh Luther juga.
"Bisakah suasananya lebih tenang? Percuma berdebat, otak panas kalian tidak bisa membuat udara dingin di sini berubah menjadi hangat," kata Shea.
Suasana menjadi hening kembali, hanya suara derap langkah dan angin musim dingin yang menemani setengah perjalanan mereka kali ini.
Reupload, 04/07/2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro