Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 01

Mereka berempat makan siang dalam keheningan. Sejak pertemuan Jay dan Heejin tadi suasana menegang. Jhinwan yang awalnya ingin menggoda Jay bahkan mengurungkan niatnya karena tidak punya nyali melihat wajah Jay yang seperti siap menerkam gadis di hadapannya itu. Keduanya bahkan saling melemparkan tatapan mematikan selama makan siang berlangsung.

"Kenapa buru-buru pulang?" tanya Jhinwan saat Jungwon dan Heejin berpamitan pulang selesai makan.

"Sebenarnya aku masih mau bermain disini, tapi Nona muda ini terus merengek minta pulang, Kak." Jungwon menggerakkan lengan kanannya yang tengah dipeluk Heejin dengan wajah malas.

Jhinwan terkekeh. Dia mengerti alasan yang membuat Heejin tidak betah di apartemennya. Apa lagi kalau bukan karena Jay. Selesai berpamitan, mereka berdua pun langsung pulang.

"Dasar laki-laki kasar, sombong, menyebalkan, berdarah dingin!" umpat Heejin setibanya mereka di mobil. Gadis itu memang sudah menahan amarahnya sejak di apartemen Jhinwan.

"Maksudmu Kak Jay?" Jungwon terkekeh mendengar umpatan Heejin lalu laki-laki itu mulai menjalankan mobilnya.

"Kenapa laki-laki sebaik Kak Jhinwan punya adik seperti dia?" dengusnya tanpa menjawab pertanyaan Jungwon. Lagi-lagi ucapan Heejin membuat Jungwon tertawa.

"Apa yang terjadi diantara kalian?" Jungwon sangat mengenal Jay. Dan ya, Jay yang Jungwon kenal tidak seburuk apa yang dipikirkan Heejin. Karena itu Jungwon merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi diantara mereka sampai Heejin sekesal ini.

Heejin menghela napas. Dia benar-benar malas mengingat apa lagi menceritakan kejadian kemarin pada Jungwon. "Aku tidak sengaja naik ke punggungnya saat di bandara," jelas Heejin.

Sesuai dugaan Heejin, Jungwon langsung tertawa mendengar ceritanya. "Bagaimana bisa kau naik ke punggung Kak Jay?" tanyanya lalu kembali tertawa. Jungwon bisa membayangkan bagaimana wajah kesal Jay saat kejadian itu.

"Aku mengira dia itu kau, kalian memakai baju dengan warna yang sama," kata Heejin yang mulai semangat membela dirinya. "Aku sudah minta maaf tapi dia malah mengataiku, baru kali ini aku menemukan laki-laki seperti itu," lanjut Heejin.

"Kak Jay memang seperti itu tapi aslinya dia baik kok," kata Jay meredakan emosi Heejin tapi gadis itu hanya diam tidak menggubris. Dia sudah terlanjur kesal pada laki-laki itu.

☘☘☘

Selesai mengantar Jungwon dan Heejin, Jhinwan kembali ke dapur untuk membantu Jay membersihkan meja makan. Laki-laki itu masih saja menahan tawanya setiap kali melihat wajah kesal Jay.

Saat Jhinwan tengah mencuci piring di dapur. Jay datang dan melemparkan lap ke meja. "Bagaimana Hyung bisa menganal gadis menyebalkan itu?" dengusnya.

Jhinwan meletakkan piring terakhirnya di rak lalu berjalan ke arah Jay. "Dia putri Uncle Jungkook," kata Jhinwan.

"Uncle Jungkook?" Jay menautkan alisnya. Berusaha mengingat nama itu. Nama yang tidak asing di telinganya tapi sulit untuk mengingatnya.

"Sahabat Eomma," sahut Jhinwan yang menyadari kebingungan Jay. Jay ber-oh ria mendengar jawaban Jhinwan.

Nama sahabat ibunya itu memang sudah familiar baginya. Tapi dia belum pernah bertemu dengan laki-laki itu. Laki-laki yang dulunya menjadi orang paling terdekat dengan ibunya itu sepertinya punya masalah yang membuatnya menjauh dari sang ibu. Sampai sekarang pun Jhinwan, Jay dan Jiyoung tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai jarak kedua orang tua mereka merenggang dengan laki-laki bernama Jungkook itu.

"Sampai sekarang Hyung masih penasaran dengan masalah orang tua kita dan Uncle Jungkook, padahal dulu kita sudah seperti keluarga tapi ya-" Jhinwan menjeda kalimatnya seraya mengangkat kedua bahunya. "Sekarang ini lah yang terjadi," lanjutnya lalu berjalan melewati Jay dan mengambil soda di dalam lemari es.

Jay memetik jarinya. "Jika kita tidak mendapatkan jawaban dari Eomma dan Appa, kita bisa bertanya pada Uncle Jungkook kan?" usulnya dengan wajah optimis.

Jhinwan menggeleng setelah meneguk soda di tangannya. "Aku sudah mencobanya, tapi Uncle Jungkook tidak mau menjawab," ujar Jhinwan yang seketika merubah raut wajah Jay.

"Aku punya ide!" seru Jhinwan.

"Bagaimana kalau kau dekati saja Heejin, siapa tahu dia punya informasi tentang masalah ini," kata Jhinwan dengan mudahnya. Jay tidak membalas ucapan Jhinwan. Tapi raut wajah laki-laki itu menggambarkan betapa muaknya dia mendengar ide dari sang kakak.

"Lebih baik aku naik ke atas menara lalu terjun bebas tanpa pengaman dari pada harus mendekati gadis itu," ujar Jay yang langsung mengundang gelak tawa Jhinwan.

"Kenapa tidak Hyung saja yang bertanya pada gadis itu?" lanjutnya masih dengan wajah kesal.

"Mmm, baiklah nanti aku akan mencobanya, tapi jika aku gagal kau harus berjanji mau mendekati Heejin. Setuju?" Jhinwan mengangkat sebelah alisnya menunggu jawaban Jay.

Jay mengibaskan tangannya seraya pergi dari dapur. "Lupakan saja masalah itu, lagi pula itu masa lalu," ujarnya dengan gaya khas masa bodonya.

☘☘☘

Heejin menutup sambungan telfonnya setelah bicara dengan sang ibu. Kemunculan Jungwon yang tiba-tiba berdiri di belakangnya mengejutkan Heejin sampai gadis itu hampir menjatuhkan ponselnya. "Ya! Kenapa kau tidak bersuara?"sungut Heejin seraya memukul lengan Jungwon.

"Aku menunggu kau selesai bicara," kata Jungwon membela diri.

"Papa menunggu kita di bawah, ambil tasmu kita berangkat sekarang!" Jungwon lalu berjalan keluar dari kamar Heejin meninggalkan gadis itu selesai bersiap. Heejin hanya memakai parfumnya lalu segera berlari menyusul Jungwon.

Tangan Jungwon mengusap wajah Heejin karena gadis itu tidak berkedip sama sekali saat menatap gedung kampusnya. Heejin masih merasa tidak percaya dirinya sekarang sudah berdiri di depan gedung universitas Oxford, berbeda dengan Jungwon yang sudah biasa melihat gedung universitas Oxford karena dulu Jhinwan juga kuliah di tempat ini dan Jungwon setiap hari berangkat bersama kakaknya itu diantar sang ayah.

"Ini nyata?" tanya Heejin tidak menghiraukan Jungwon yang baru saja mengusap wajahnya. Tangan Jungwon langsung mencubit pipi Heejin, membuat gadis itu seketika berteriak mengaduh. Karena tingkah usilnya Jungwon pun mendapatkan pukulan di lengannya.

Dari pada terus bergulat di depan gedung, Jungwon segera menarik Heejin dan membawa gadis itu ke Sheldonian Theatre. Pagi ini semua mahasiswa baru dikumpulkan di sana untuk acara seremoni penerimaan mahasiswa baru. Sesampainya mereka di Sheldonian Theatre, mereka melihat banyak mahasiswa lain yang sudah berkumpul membentuk barisan, sesegera mungkin Jungwon dan Heejin masuk ke barisan sebelum acara sambutannya dimulai.

Selesai acara, Heejin langsung duduk di lantai tanpa menghiraukan lalu lalang mahasiswa lain yang mulai meninggalkan aula. Jungwon yang barinsannya berbeda dengan Heejin tidak menyadari kalau gadis sedang duduk di bawah mulai celingukan mencari keberadaannya. Banyaknya mahasiswa yang berlalu lalang membuat Jungwon semakin kebingungan mencari Heejin sampai akhirnya laki-laki itu keluar lebih dulu dari aula dan berharap bisa menemukan Heejin di luar aula. Nyatanya Heejin juga tidak ada di luar aula, Jungwon pun mulai mencarinya ke lain tempat. Sedangkan Heejin sendiri masih sibuk memijat kakinya yang terasa pegal di dalam aula.

Saat pegal di kakinya mulai reda, Heejin baru menyadari kalau Jungwon sudah tidak ada di aula. Cuma ada beberapa mahasiswa lain yang masih asik ngobrol dan sisanya sudah pergi entah kemana termasuk Jungwon.

Hampir setengah jam Heejin berusaha mencari Jungwon di gedung seluas itu tapi batang hidung Jungwon bahkan tidak terlihat. Gadis itu juga sudah mencoba menghubungi Jungwon tapi laki-laki itu tidak mengangkat panggilannya.

"Ya! Ternyata kau disini!"

Heejin langsung mendongak saat mendengar suara laki-laki tiba-tiba membentaknya. Laki-laki itu berdiri kurang dari satu meter di hadapan Heejin dan menatap gadis itu horor. Ia bukan Jungwon, tapi Jay.

"Ikut aku!" Jay langsung meraih tangan Heejin dan menariknya, tapi Heejin dengan cepat menepis tangan Jay.

"Jangan pegang-pegang! Memang kau ini siapa seenaknya main tarik-tarik? Kau pikir aku segampangan itu ha?" sungut Heejin dengan suara yang semakin meninggi sampai membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Jay sebenarnya ingin sekali mengumpat di depan wajah gadis super menyebalkan itu tapi dia tidak mungkin menghancurkan image baik yang sudah dia bangun selama ini di hadapan mahasiswa lain. Jay mengatur napasnya dan emosinya pun mulai mereda.

"Jungwon mencarimu, bisa kau ikut aku?" kata Jay masih dengan tatapan tajam tapi suaranya merendah.

"Kau tidak membihongiku kan?"

"Apa gunanya aku membohongi orang sepertimu?" Jay menutup kata-kata tajamnya dengan tersenyum. Senyuman Jay sangat menunjukkan kalau laki-laki itu sedang menahan emosi.

Heejin memicingkan matanya lalu berjalan mendahului Jay. "Ayo!" ujarnya tanpa menoleh ke belakang dan terus berjalan tanpa arah.

Sesampainya di tempat yang ditunjukkan Jay, Heejin melihat Jungwon sedang duduk memandangi sepatunya.

"Ya! Kau kemana saja?" teriak Heejin seraya memukul pelan lengan Jungwon.

Bukannya membalas pukulan Heejin, Jungwon malah mengajak rambut gadis itu. "Kau yang kemana saja? Aku lelah mencarimu," ujarnya dengan nada halus khasnya.

"Aku juga mencarimu, kenapa kau tidak mengangkat telfonku?" omelan Heejin masih terus berlanjut.

Jungwon terkekeh. "Ponselku ketinggalan, maaf ya?" ujar Jungwon yang seketika membuat Jay muak melihatnya. Jungwon memang sangat sabar, Jay yang melihat tingkah Heejin kepada Jungwon saja emosi tapi Jungwon terlihat sangat sabar menghadapi gadis itu.

"Kalau begitu aku kembali ke kelas ya Jungwon," ujar Jay yang dibalas dengan anggukan oleh Jungwon. "Terima kasih, Kak!" kata Jungwon yang juga dibalas anggukan oleh Jay sebelum laki-laki itu pergi.

Setelah drama Jungwon yang terpisah dari Heejin, keduanya segera pergi ke kantin kampus sebelum waktu istirahat mereka habis.

Jangan lupa vote dan commentnya ya 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro