Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 60


"Sooyun-ah, pergilah dari sini! Biar saja bajingan itu membunuhku," teriak Jungkook.

"Jika kau tiada, aku juga tidak akan bisa hidup! Biar saja aku yang mati," kata Sooyun masih dengan suara lirih.

"Akhhh, kalian memang pasangan yang serasi. Bagaiamana kalau aku bunuh kalian secara bersamaan?" Jung Jae Hwan terkekeh seraya mengeluarkan dua pistol dari saku jasnya.

"Sooyun jangan lakukan itu, pergilah! Ingat kau sedang mengandung anak kita!" kata Jungkook dengan air mata yang membasahi pipinya. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya. Dada Sooyun semakin sesak mendengar ucapan Jungkook. Bagaimana Sooyun bisa lupa dengan bayi dalam kandungannya.

"Bagaiamana keputusanmu Sooyun-ah?" kata Jung Jae Hwan tanpa melihat Sooyun dan sibuk memandangi pistol di tangannya.

"Pergilah Sooyun, aku mohon!" ujar Jungkook yang semakin geram.
Sooyun menggeleng. "Aku tidak mau kau tiada."

"Aku juga tidak ingin kau dan anak kita tiada, pergilah!"

Sooyun benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Dia bingung dan takut untuk mengambil keputusan. Dia takut membuat keputusan yang salah.

"Sooyun-ah, dengarkan aku! Jika aku tiada kau masih punya Boy yang sangat mencintaimu. Aku akan pergi dengan tenang jika kau bersamanya. Aku juga masih bisa melihat anak kita dari atas sana. Biarkan aku pergi!" Ucapan Jungkook semakin membuat Sooyun menangis.

"Cepat Sooyun-ah!" kata Jae Hwan dengan mengarahkan salah satu pistolnya ke arah Jungkook.

"Tolong beri aku waktu untuk perpisahan dengan Jungkook." kata Sooyun seraya berdiri dengan sisa tenaga yang dia miliki.

"Baiklah waktumu 1 menit," kata Jae Hwan lalu menurunkan pistolnya.

Sooyun berjalan dengan cepat ke arah Jungkook. Dia menangkup wajah Jungkook yang penuh dengan luka pukulan. "Maafkan aku!" Sooyun menjatuhkan kepalanya di bahu Jungkook dan memeluk laki-laki itu sangat erat.

"Ini bukan salahmu! Maaf kalau selama ini aku belum bisa membahagiakanmu," balas Jungkook. Laki-laki itu tidak bisa membalas pelukan Sooyun karena tangannya masih terikat.

"Kau adalah salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Aku mencintaimu dan selamanya akan tetap begitu!" Sooyun menangis dalam posisi masih memeluk Jungkook.

"Aku juga sangat mencintaimu. Lepaskan pelukanmu!"

Sooyun melepaskan pelukannya dan menatap Jungkook.
"Boleh aku minta ciuman terakhir darimu?" Dalam suasana segenting itu Jungkook masih bisa tersenyum ke arah Sooyun. Tanpa memperdulikan keberadaan Jae Hwan, Sooyun langsung menangkup wajah Jungkook dan mencium bibir laki-laki itu.

"10, 9, 8."

Jungkook menjauhkan wajahnya dan mengakhiri ciuman mereka. "Jaga anak kita ya? Sekarang mundurlah!"

Dengan langkah yang terasa berat Sooyun mundur beberapa langkah dari tempat Jungkook duduk. Dia berjongkok dan menutup mata serta telinganya.

Dor! Dor! Dor!

Sooyun terduduk karena kakinya tidak bisa menopang tubuhnya saat mendengar suara samar dari tembakan yang dilesatkan ayahnya.

Sooyun perlahan membuka matanya dengan rasa takut tapi yang dia lihat Jungkook masih baik-baik saja. Sama seperti Sooyun, Jungkook sekarang juga menatap Sooyun dengan wajah bingungnya.

Secara bersamaan Jungkook dan Sooyun melihat ke arah Jung Jae Hwan dan ternyata ada seorang polisi yang memegang tangan Jae Hwan yang berusaha memberontak. Tanpa Sooyun dan Jungkook sadari ruangan itu sudah dipenuhin oleh beberapa polisi.

Mata Sooyun dan Jungkook menangkap sosok laki-laki berlumuran darah yang terkapar di lantai tengah ditangani oleh polisi. Sepertinya tembakan ayah Sooyun tadi mengenai laki-laki itu. Sooyunpun langsung berlari dan melihat siapa laki-laki itu.

"Boy!" Mata Sooyun melebar saat melihat Boy sekarat dengan 3 luka tembak di dadanya.

"Cepat bawa Boy ke rumah sakit!" teriak Sooyun yang sangat panik.

"Ti-tidak Sooyun! Tidak per-lu! Aku su-dah tidak bisa ber-tahan la-gi" cegah Boy seraya memegang dadanya.

Sooyun duduk di samping Boy dan meletakkan kepala laki-laki itu di pangkuan Sooyun. "Kenapa kau melakukan ini?" Sooyun mengusap darah yang keluar dari hidung dan mulut Boy dengan tangannya.

"A-ku ingin kau ba-ha-gia bersa-ma Jung-kook." kata Boy lalu menunjukkan senyumannya.

"Maafkan aku Boy!" Sooyun memeluk tubuh Boy yang sudah semakin lemah. Tidak pernah Sooyun duga Boy yang selama ini dia tolak cintanya akan menaruhkan nyawanya demi kebahagiaan Sooyun.

Jungkook yang sudah dilepas ikatannya oleh polisi menghampiri Sooyun dan mengusap punggung Sooyun. Tanpa dia sadari, Jungkookpun mulai menangis melihat Boy yang sekarat demi menyelamatkannya.

"Kau ti-dak per-nah pu-nya sa-lah pada-ku. Se-telah a-ku per-gi, teruslah ba-hagia ber-sama Jung-kook dan a-nak kalian ya? A-ku mencintai-mu Soo-yun." Setelah mengucapkannya Boy batuk sampai mengeluarkan banyak darah dari mulunya dan diapun menghembuskan napas terakhirnya dalam pangkuan Sooyun.

"BOY!" Sooyun memeluk Boy dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya.

Sooyun memeluk kakinya di ruang tamu rumah duka saat melayat. Dia tidak memperdulikan tatapan orang-orang di sekitarnya dan terus menangis.

Jungkook yang baru datang mengambil minuman untuk Sooyun berjongkok di hadapan Sooyun dan mengusap kepala istrinya itu.

"Minum dulu ya sayang? Kau tidak minum sejak tadi." Jungkook menyodorkan sebotol air putih kepada Sooyun tapi wanita itu menggeleng.

"Sayang, anak kita pasti haus," bujuk Jungkook. Sooyun mengangkat kepalanya dan mengambil botol minum di tangan Jungkook. Dia meminum air itu hingga habis setengah botol lalu mengembalikan botol itu kepada Jungkook.

Jungkook meletakkan botol minum itu di lantai dan beralih merapikan rambut Sooyun. "Jangan seperti ini! Boy pasti sedih melihatmu seperti ini," kata Jungkook seraya menangkup wajah Sooyun.

"Aku membuat Boy tiada." Sooyun kembali menangis. Dengan sigap Jungkook memeluk Sooyun. "Kau tidak salah Sooyun, Jae Hwan yang membunuh Boy," ujar Jungkook yang masih mengusap kepala Sooyun.

"Tapi dia-" Ucapan Sooyun tercekat saat Jungkook menempelkan jarinya di bibir Sooyun.

"Sudah, sekarang kita harus masuk. Kau mau bertemu Boy kan?"

Sooyun mengangguk.

Mereka masuk ke ruangan tempat jenazah Boy diistirahatkan. Di sekitar peti mati masih ada beberapa orang yang menangisi kepergian Boy. Sooyun mengenali dua orang wanita yang tak lain adalah ibu dan adik Boy juga menangis disana. Jujur, Sooyun merasa sangat takut untuk menghadapi keluarga Boy, terlebih lagi ayah Boy adalah bos Sooyun di kantor.

Sooyun dan Jungkook duduk di belakang ibu dan adik Boy. Dia berniat untuk menyampaikan bela sungkawa dan permintaan maaf atas kepergian Boy. Adik Boy yang sedari tadi menangis tidak sengaja menoleh dan melihat keberadaan Sooyun. Wanita yang seusia dengan Sooyun itu langsung memberi tahu ibunya tentang keberadaan Sooyun.

Jantung Sooyun semakin berdebar saat ibu Boy akan berbalik badan. Yang berada dipikiran Sooyun hanya bayangan ibu Boy yang akan mengusirnya dari sini.

"Sooyun!"

Sooyun langsung menundukkan kepalanya dan menggenggam tangan ibu Boy. "Tante, aku sungguh minta maaf atas perbuatan ayahku. Aku tahu kata maaf sebanyak apapun tidak akan bisa menggantikan kepergian Boy. Tapi, sungguh aku-"

"Sooyun, jangan begini!" Ibu Boy mengangkat bahu Sooyun agar Sooyun tidak menunduk.

Ibu Boy merapikan rambut Sooyun ynag berantakan lalu menggenggam tangan Sooyun. "Tidak perlu minta maaf, ini semua takdir. Tante tahu Boy sangat mencintaimu dan Tante sangat senang dia bisa menolongmu di akhir hidupnya."

Meski matanya sembab ibu Boy tetap tersenyum.

"Kakak pasti tenang di surga. Jadi, tidak perlu menangis terus," sahut adik Boy.

Bukan hanya Boy tapi keluarganya memang sangat baik. Mereka bahkan memilih mundur dan mempersilahkan Sooyun untuk maju agar lebih dekat dengan Boy.

Setetes air mata Sooyun kembali menetes saat melihat Boy terbaring dengan wajah pucat. Tangan Sooyun tergerak mengusap kepala Boy yang setelah ini akan meninggalkannya. "Kau tampan sekali." Sooyun tersenyum meski terasa sangat sulit.

"Hiduplah bahagia di surga. Laki-laki baik sepertimu pasti akan mendapat bidadari yang sangat cantik-" Sooyun menghela napasnya.

"Terima kasih sudah menjadi sahabat yang sangat baik. Pergilah dengan tenang ya. Aku menyayangimu." Sooyun sudah mencoba menahan diri untuk tidak menangis tapi dia tetap tidak bisa. Sooyun tetap menangis dan Jungkook langsung memeluknya.

Sulit sekali bagi Sooyun untuk menerima kepergian Boy. Rasanya baru kemarin dia bertemu dengan Boy, rasanya baru kemarin Boy membelikan ponsel untuknya, rasanya baru kemarin dia dan Boy menyamar untuk menjenguk Jungkook di penjara, rasanya baru saja dia berlarian di bandara bersama Boy. Tapi, sekarang suaranya tidak bisa didengar lagi, senyumannya tidak bisa dilihat lagi dan pelukannya tidak bisa dirasakan lagi.

Sooyun berjalan gontai memasuki apartemennya. Dia senang Jungkook bisa pulang dan kembali bersamanya. Tapi, dia juga tidak bisa melupakan kepergian Boy begitu saja.

Sooyun memutar badan menghadap Jungkook saat mereka baru saja memasuki kamar. "Jungkook-ah, selamat datang kembali di apartemen kita!" kata Sooyun dengan tersenyum tipis.

Jungkook tersenyum lalu memeluk Sooyun. Dia tahu wanitanya itu sedang hancur saat ini. "Maaf aku mengabaikanmu sejak tadi."

Tanpa disadari Sooyun memang hanya menangisi Boy tanpa memperdulikan Jungkook. Padahal Jungkook adalah alasan perjuangannya bersama Boy selama ini.

Jungkook melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Sooyun dengan kedua tangannya. "Tidak usah minta maaf, karena kau tidak salah. Terima kasih sudah percaya padaku dan berjuang untuk membebaskan ku." Jungkook mencium kening Sooyun sangat lama lalu memeluk wanita yang sangat dia rindukan itu.

Bersambung ...

Jangan lupa vote and komennya ya 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro