Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 58


Pesan singkat dari Boy membuat semangat hidup Sooyun bangkit kembali. Rasanya dia semakin dekat dengan hari pembebasan Jungkook. Saking senangnya
ooyun sampai tidak sadar kalau air matanya jatuh membasahi pipinya.

Sooyun segera bergegas saat menyadari jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan jadwal sidang Jungkook pukul 10 pagi.

Sooyun melihat Victoria dan Boy sedang bercengkrama di ruang makan saat dia keluar dari kamarnya. Ternyata Victoria sudah menyiapkan sarapan saat Sooyun masih tidur tadi.

"Maaf aku bangun kesiangan," ujar Sooyun seraya duduk di samping Victoria.
"Tidak masalah, kau tidak kesiangan tapi aku yang bangun terlalu pagi." Victoria terkekeh lalu mulai sarapan.

"Sooyun, maaf aku tidak bisa ikut kalian ke New York. Jadi aku akan pulang hari ini ke Oxford," kata Victoria secara tiba-tiba setelah mereka sarapan. Jujur, Sooyun rasanya tidak ingin ditinggal oleh wanita yang beberapa hari menemaninya itu. Tapi, Sooyun juga tidak bisa egois dengan menahannya disini.

Sooyun meraih tangan Victoria dan menggenggam nya. "Tidak perlu minta maaf, harusnya aku yang bilang terima kasih." Sooyun tersenyum dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Terima kasih sudah menjadi kakak yang sangat baik." Sooyun tidak bisa menahan air matanya. Dengan sigap Victoria memeluk Sooyun dan mendekap Sooyun sangat erat.

"Jangan menangis! Kau akan bertemu Jungkook setelah ini, kau harus tampil cantik," goda Victoria seraya menghapus air mata Sooyun. Boy sampai dibuat terkekeh saat mendengar ucapan Victoria.
Setelah Victoria selesai menyiapkan kopernya, mereka berangkat ke pengadilan. Sooyun dan Boy tidak membawa koper atau baju ganti karena mereka memang tidak berencana untuk menginap dan langsung pulang setelah urusan mereka selesai.

Sooyun menutup wajahnya dengan syal dan dia juga memakai kaca mata hitam agar orang tua Jungkook tidak mengenalinya.

Ingin sekali rasanya Sooyun duduk di barisan depan agar bisa melihat Jungkook dengan jelas, tapi mengingat ada orang tua Jungkook disana membuat Sooyun mengurungkan niatnya dan memilih duduk di barisan belakang.

Sooyun tidak pernah berhenti merutuki dirinya yang tidak bisa membantu Jungkook untuk bebas. Air mata Sooyun turun dengan deras saat Jungkook berkali-kali disudutkan oleh pengacara ayahnya. Laki-laki itu hanya menunduk dengan wajah pasrah seperti tidak ada harapan lagi untuk bebas.

Sejak awal sidang pandangan Sooyun selalu terarah pada Jungkook sampai akhirnya matanya bertemu dengan mata Jungkook yang juga melihat ke arahnya. Hebatnya seorang Jeon Jungkook, dia tersenyum ke arah Sooyun. Meski Sooyun sudah berusaha untuk menutupi jati dirinya namun, Jungkook tetap mengenalinya.

Sejak mereka bertatapan, Jungkook tidak lagi menundukkan kepalanya. Dia tampak sangat tegar dengan wajah optimisnya. Sooyun tahu Jungkook begitu hanya karena tidak mau Sooyun merasa sedih.

Karena bukti yang diberikan pengacara ayah Sooyun belum membuktikan dengan valid kalau Jungkook bersalah, sidangnya ditunda sampai minggu depan.

Sooyun melihat dengan jelas ibu mertuanya menangis saat Jungkook dengan tangan terborgol akan dibawa pergi oleh beberapa polisi. Sebelum polisi membawanya pergi dari ruang sidang. Jungkook bangkit dan tersenyum ke arah Sooyun. Dia juga melambaikan tangannya kilat ke arah Sooyun sampai ibunya menyadari keberadaan Sooyun.

Ibu Jungkook menghampiri Sooyun dengan langkah tergesa-gesa dan wajah yang penuh emosi. "Ya! Untuk apa kau kesini? Ah iya, kau ingin tertawa kan di atas penderitaan anakku?" bentak Nyonya Jeon sampai membuat Sooyun terdiam.

"Maaf Nyonya, Sooyun sama sekali ti-" ucapan Boy tercekat.

"Diam kau! Memangnya siapa dirimu? Oh, apa kau kekasihnya?" Ibu Jungkook menuding ke arah Sooyun.

"Jadi kalian bekerja sama untuk menghancurkan anakku?"

"Maaf Nyonya, kami teman Sooyun. Kami juga sedang membantu Jungkook untuk bebas," jelas Victoria.

"OMONG KOSONG! KALIAN SEMUA PENJAHAT!" Emosi ibu Jungkook sudah tidak terkendali sampai akhirnya ayah Jungkook membawanya pergi dari hadapan Sooyun.

Sooyun melepaskan pelukannya dengan Victoria saat mereka perpisahan di bandara. Victoria menghapus air mata Sooyun yang membasahi pipi wanita itu.

"Setelah Jungkook bebas, kau dan Jungkook harus berkunjung ke Oxford. Aku akan menunggu kedatangan kalian disana ya? Sudah jangan menangis!" ujar Victoria seraya merapikan rambut Sooyun.

"Sudah sana!" Victoria melambaikan tangannya lalu berjalan menjauh ke arah kursi tunggu karena jadwal penerbangannya setengah jam lagi.

Boy langsung menggandeng Sooyun untuk segera naik pesawat sebelum pesawat take off.

Boy mengambil penerbangan paling singkat yang hanya membutuhkan waktu 6 jam setengah untuk sampai di New York. Meski begitu Sooyun tetap merasa penerbangan mereka sangat lama karena rasa tidak sabarnya bertemu dengan pelaku palsu itu.

Sesampainya di New York, Sooyun berjalan cepat saat turun dari pesawat menuju taksi yang sudah dipesan Boy. Wajah gugup Sooyun semakin jelas terlihat saat mereka sampai di tempat anak buah Boy menyekap pelaku palsu itu.

Mereka masuk ke sebuah bangunan tak berpenghuni itu dengan langkah cepat. Sesampainya di lantai 3 gedung itu, Sooyun dan Boy melihat laki-laki itu duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat serta mulut yang disumpal kain.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi." ujar Boy seraya berjalan mendekat ke arah laki-laki itu. Anak buah Boy langsung membuka kain yang menyumpal mulut laki-laki itu tanpa perintah Boy.

"Kalian sudah dijebak oleh Jae Hwan. Sebaiknya kalian segera kembali ke Paris, Jungkook dalam masalah besar." kata laki-laki itu dengan suara lantang. Sooyun dan Boy seketika dibuat bingung dengan ucapan laki-laki itu.

"Ma-maksudmu Jae Hwan ayahku?" tanya Sooyun dengan suara bergetar.

"Iya, Jung Jae Hwan adalah dalang dari semua masalah ini. Dia sangat licik!" kata laki-laki itu penuh emosi.

Boy menarik kerah baju laki-laki itu sampai kepalanya terangkat. "Apa maksudmu?" bentak Boy yang mulai gegabah.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Kembalilah ke Paris sebelum Jae Hwan menghabisi Jungkook!"

Kaki Sooyun mendadak lemas sampai dia jatuh bersimpuh di lantai. Melihat Sooyun seperti itu, Boy langsung menghampiri Sooyun dengan panik. "Kau harus tetap kuat sampai semua ini berakhir! Ayo bangkit!" Boy membantu Sooyun berdiri dan terus memegang bahu Sooyun agar wanita itu tidak jatuh lagi.

"Kau jangan membohongi kami! Aku bisa membunuhmu sekarang juga jika kau berani menipuku!" bentak Boy.

Bukannya takut, laki-laki itu malah terlihat semakin gusar. "Kau bisa menyekap ku di sini sebagai jaminannya. Aku janji tidak akan kabur tapi cepatlah kembali ke Paris. Ini aku lakukan untuk menebus dosaku pada Nyonya Jung Mi Rae," kata laki-laki itu yang semakin membingungkan Sooyun dan Boy. Jung Mi Rae adalah nama dari ibu Sooyun yang sudah meninggal.

"Aku tidak mengerti maksudmu," ujar Boy.

"PERGILAH! JAE HWAN AKAN MENGHABISI JUNGKOOK!"

Sooyun segera menarik Boy keluar dari bangunan itu. Meski rasanya sulit mempercayai laki-laki itu, tapi Sooyun merasakan laki-laki itu tidak berbohong kali ini. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya ada taksi yang lewat dan Sooyun langsung menghentikannya lalu segera pergi ke bandara.

Boy berjuang mendapatkan 2 tiket dengan membujuk beberapa penumpang lain karena mereka kehabisan tiket untuk penerbangan selanjutnya. Yang tersisa di loket hanya penerbangan untuk nanti malam dan mereka tidak bisa menunggu selama itu karena keadaan sangat genting.

"Kami mohon Tuan dan Nyonya, nyawa temanku dalam bahaya dan aku harus segera menolongnya." Entah sudah berapa kali Boy memohon seperti itu pada beberapa orang disana.

"Kami harus segera pergi karena suamiku akan dibunuh. Aku mohon tolong bantu aku." Sooyun memohon sampai bersujud kepada pasangan yang ada di hadapannya itu. Dengan sigap wanita asing itu membangunkan Sooyun. "Kami akan memberikan tiket kami, bangunlah!" ujar wanita itu.

Refleks Sooyun memeluk wanita yang sudah sangat berjasa itu. "Terima kasih banyak," kata Sooyun lalu melepaskan pelukannya.

"Senang bisa membantumu, semoga suamimu bisa selamat." Wanita baik itu mengelus bahu Sooyun dan Sooyun mengangguk dengan senyuman tipis di wajahnya.

Bersambung ...

Jangan lupa vote dan komennya ya 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro