CHAPTER 57
Boy langsung memarkirkan mobilnya saat sampai di kantor Jungkook. Parkiran masih dipenuhi mobil karena saat ini masih jam kerja. Beberapa pegawai juga masih terlihat sibuk keluar masuk gedung.
Tanpa membuang masa, Boy dan Sooyun masuk ke gedung kantor untuk menjalankan rencana mereka. Ternyata tidak ada pengawasan yang ketat di kantor Jungkook. Mereka hanya melewati security seperti biasa dan langsung menuju ruangan Jungkook tanpa halangan. Sesuai rencana mereka, Boy akan meminta tolong pada sekretaris Jungkook untuk mencari data tentang klien itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" sapa wanita yang tak lain adalah sekretaris Jungkook.
Boy memberikan selembar kertas yang dia keluarkan dari saku jaketnya pada wanita itu. Sooyun yang tidak tahu apa isi kertas itu dibuat penasaran saat sekretaris Jungkook menatap mereka setelah membaca isi surat yang diberikan oleh Boy.
"Aku tunggu di lobi, tolong cepat!" ujar Boy lalu menggandeng Sooyun pergi dari hadapan wanita itu.
Boy dan Sooyun duduk di kursi yang tersedia di lobi. Banyak pasang mata yang tertarik kepada mereka dan melemparkan tatapan intens ke arah mereka. Untung saja Sooyun tidak mengenal siapapun di kantor Jungkook sehingga tidak akan ada yang mencurigainya.
"Apa isi surat yang kau berikan pada sekretaris Jungkook?" tanya Sooyun yang sudah sangat penasaran.
Boy mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, Jungkook yang menulisnya. Aku hanya disuruh untuk memberikan surat itu pada sekretarisnya." Boy memasukkan tangannya ke saku jaket dan bersandar di kursi.
Mereka menunggu kurang lebih 20 menit sampai akhirnya sekretaris Boy datang dengan membawa berkas di tangannya. Wanita itu langsung memberikan berkas itu kepada Boy lalu kembali ke ruangannya. Setelah urusan mereka selesai, mereka segera pergi dari kantor Jungkook sebelum ada yang mengenali Sooyun dan melaporkannya pada orang tua Jungkook.
Sooyun membaca berkas berisi data klien itu saat di perjalanan menuju apartemennya. Dia mencoba menghubungi nomor ponsel yang tertera dalam data itu tapi nomornya tidak tersambung. Sepertinya orang itu sudah berganti nomor.
"Nomornya tidak aktif." Sooyun mengacak rambutnya gusar.
"Aku akan menyuruh anak buahku untuk mencari alamat orang itu. Sekarang kita lanjut ke rencana berikutnya," kata Boy yang masih fokus pada jalanan. Sooyun mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti rencana selanjutnya yang sudah Boy susun.
"Kata Jungkook dia mungkin masih menyimpan bukti percakapan nya dengan klien itu di ponsel lamanya. Ponsel itu ada di laci nakas di kamarmu. Jadi kita harus mencarinya," jelas Boy.
"Untuk apa kita mencari bukti percakapan Jungkook dengan orang itu?"
"Aku dan Jungkook curiga kalau orang itu sengaja menjebak Jungkook. Jadi kita cari dulu bukti percakapan mereka setelah itu kita datangi restoran tempat mereka bertemu untuk mengecek CCTV. Bukti yang kita temukan bisa dijadikan pembelaan di sidang pertama Jungkook besok," jelas Boy panjang lebar yang dijawab dengan anggukan mengerti oleh Sooyun.
Hari semakin sore, Sooyun dan Boy mempercepat langkah mereka untuk mencari ponsel lama milik Jungkook. Seperti yang dikatakan Jungkook, ponsel itu ada di laci nakas dalam keadaan mati karena Jungkook sudah lama tidak mengisi dayanya. Sembari mengisi daya ponsel Jungkook, mereka menceritakan apa yang terjadi pada Victoria yang sudah sangat penasaran dengan hasil rencana mereka.
Setelah ponsel Jungkook bisa dihidupkan Sooyun segera mencari riwayat percakapan Jungkook dan orang itu di aplikasi Line sesuai informasi dari Jungkook. Namun, line milik Jungkook tidak bisa diakses. Boy mencoba menghubungi Jungkook untuk menanyakan masalah ini tapi Jungkook juga bingung. Padahal kata Jungkook dia ingat betul password email yang dia gunakan untuk log in ke akun line miliknya itu.
Dari penuturan Jungkook, email yang dia gunakan pada akun line lamanya sama dengan email yang dia gunakan pada akun media sosialnya yang lain. Jadi Sooyun mencoba membuka akun instagram Jungkook lewat ponselnya dan ternyata menunjukkan hasil yang sama dengan akun Linenya. Email Jungkook ternyata bermasalah seperti email Sooyun. Tidak menutup kemungkinan akun email Jungkook juga diretas oleh seseorang.
"Aku yakin ada yang meretasnya." Boy menyandarkan punggungnya ke sofa.
Lelah, itu yang Sooyun rasakan saat ini. Untuk menyerah pun dia tidak akan sanggup. Untuk mengemis pada ayahnya pun rasanya tidak mungkin lagi. Semua masalahnya menjadi semakin rumit. Dimana ada petunjuk selalu ada kendala yang membuat Sooyun merasa putus asa.
Tanpa dia sadari air matanya turun membasahi pipinya. Dengan cepat Sooyun menghapusnya sebelum Boy dan Victoria melihatnya dan semakin khawatir padanya. Dia harus tetap kuat, ini adalah bentuk tanggung jawab atas apa yang sudah dia perbuat pada Jungkook.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Sooyun mungkin bisa menyembunyikan air matanya tapi suara serak Sooyun tidak bisa mengelabui Boy dan Sooyun.
"Sooyun." Victoria memeluk Sooyun dari samping. Dia mengusap lengan Sooyun dengan lembut. "Kita pasti bisa membantu Jungkook untuk bebas. " Victoria melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Sooyun.
"Iya, pasti ada jalan untuk membebaskan Jungkook," sahut Boy.
"Lebih baik sekarang kita mandi dulu, kau juga belum makan kan Sooyun? Setelah makan kita akan mendatangi restoran untuk mengecek CCTV," lanjut Boy seraya bangkit dan mengusap kepala Sooyun sebelum dia pergi ke kamar mandi di dekat ruang tengah.
Sooyun yang baru selesai mandi membuka lemari untuk mengambil pakaiannya. Sooyun mengambil sebuah kaus putih diantara tumpukan bajunya yang dia yakini itu bukan miliknya. Benar saja kaus putih berukuran over size itu adalah milik Jungkook yang nyasar ke tumpukan pakaian Sooyun.
"Ya! Jungkook-ah! Kenapa pakaianmu ada di lemariku? Cepat pindahkan!" teriak Sooyun. Dia benar-benar lupa kalau Jungkook sudah tidak bersamanya sekarang. Kaus di tangannya dia remas dan dia peluk sampai basah terkena air matanya. Sooyun tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis.
"Sooyun, makanannya sudah siap!" seru Victoria dari luar pintu kamar Sooyun.
"Iya, aku akan segera keluar!" Sooyun segera menghapus air matanya dan memasukkan kaus milik Jungkook ke tumpukan pakaian Jungkook. Dia juga mengambil kemeja milik Jungkook untuk dipinjamkan pada Boy karena laki-laki itu pasti tidak membawa baju ganti.
Victoria memasak sup ikan salmon untuk Sooyun, dia juga sudah menyiapkan susu kehamilan lengkap dengan multivitamin milik Sooyun di atas meja makan. Kebaikan wanita itu semakin membuat Sooyun tidak enak karena sudah sering merepotkan Victoria.
"Terima kasih banyak. Maaf sering merepotkanmu," ujar Sooyun saat melihat semuanya sudah tersaji lengkap di atas meja makan.
"Adik tidak pernah merepotkan kakaknya, ayo makan," kata Victoria seraya menarik kursi di sampingnya untuk Sooyun duduk.
"Boy, ganti pakaianmu!" Sooyun meletakkan kemeja Jungkook di kursi kosong samping Boy. Boy yang mulutnya dipenuhi makanan hanya mengangguk.
Mereka makan dengan cepat agar bisa segera pergi ke restoran. Selama anak buah Boy masih mencari keberadaan pelaku palsu dan klien Jungkook, CCTV restoran itu menjadi satu-satunya harapan mereka untuk membantu Jungkook saat ini.
Sesampainya di restoran, mereka bertiga langsung menuju kasir untuk bertemu manager restoran itu. Wanita penjaga kasir menunjukkan arah ke ruangan managernya setelah dia berbicara dengan bos nya itu di telfon. Boy mengetuk pintu ruangan kerja manager itu lalu membukanya. Tampak seorang laki-laki tinggi duduk di balik meja dengan senyuman ramah yang dia tunjukkan.
Tanpa mengulur waktu, Boy langsung mengatakan tujuannya datang kesana. Awalnya manager itu tidak memberi izin karena itu termasuk data pribadi restoran tapi setelah Boy menceritakan garis besar kasus Jungkook. Akhirnya laki-laki itu setuju untuk menunjukkan CCTV yang dimaksud Boy.
Anehnya, mereka tidak menemukan CCTV yang merekam keberadaan Jungkook di restoran pada hari itu. CCTV area tempat parkir juga tidak merekam tanda-tanda keberadaan Jungkook.
"Kau yakin ini restorannya?" bisik Sooyun yang mulai putus asa.
"Yakin, Jungkook sendiri yang mengatakannya," jawab Boy yang masih fokus mencari rekaman CCTV di komputer milik restoran.
Tangan Boy melepas mouse komputer dari tangannya dengan kasar. Laki-laki itu mulai gusar karena lagi-lagi penyelidikannya gagal. Sepertinya ada orang yang sengaja menghapus sebagian data di hari itu. Hal ini semakin memperkuat dugaan kalau klien Jungkook sengaja menjebak Jungkook dengan mengajaknya bertemu di restoran ini.
Boy mengusap wajahnya lalu bertolak pinggang menatap layar komputer. "Orang itu pasti sudah menghapusnya," gerutu Boy.
"Ya sudah, kita pulang saja." Sooyun keluar lebih dulu dari ruang pemantau CCTV disusul Boy dan Victoria yang mengekor di belakangnya.
Raut wajah Sooyun menggambarkan dengan jelas rasa kesal yang tengah dia rasakan. Napas berat berkali-kali keluar dari mulutnya. Matanya menatap tajam jalanan sepi di luar jendela mobil. Rasa semangatnya seolah menghilang. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk membebaskan Jungkook.
"Terima kasih, Boy." Sooyun langsung turun dari mobil Boy dan berjalan cepat menuju apartemennya. Dia melakukan itu seperti lupa akan kehadiran Victoria yang ikut berlari di belakangnya.
Sooyun menutup pintu kamarnya begitu keras sampai membuat Victoria yang baru masuk ke apartemen terkejut. Dia membanting tubuhnya di atas tempat tidur tanpa memperdulikan perutnya yang mulai membuncit. Dalam waktu sekejap bantal yang dipeluknya langsung basah dengan air mata. Meski perjuangannya belum berakhir, Sooyun merasa usaha yang dia lakukan selama ini tidak ada gunanya.
Sooyun menghapus air matanya lalu bangkit untuk berganti pakaian. Dia menghempaskan tasnya ke arah sofa dan tidak sengaja mengenai boneka B-Max pemberian Jungkook di hari ulang tahunnya.
I love you!
Suara itu membuat Sooyun merasa bingung sekaligus terkejut. Dia yang awalnya mau mengambil pakaian di lemari memutar langkahnya menuju sumber suara. Dia membuka tas yang tadi dia hempaskan dan mengecek ponselnya tapi suara itu bukan berasal dari ponselnya.
Sooyun mencarinya di bawah meja dan di samping sofa tapi tetap tidak ada. Akhirnya dia meletakkan kembali tas di tangannya. Lagi-lagi tas itu mengenai boneka B-Max yang dia letakkan di sofa.
I love you!
Merasa suara itu berasal dari B-Max, Sooyunpun menekan bagian perut boneka itu tapi tidak bersuara. Sooyun mencoba menekan dada boneka itu dan ternyata suara itu berasal dari sana. Setiap kali dadanya disentuh, boneka itu akan bersuara. Sooyun sangat terkejut karena Jungkook tidak pernah memberi tahunya tentang ini.
Mungkin ini yang dimaksud Jungkook. Setiap kali Sooyun merindukan Jungkook, Sooyun bisa memeluk boneka B-Max ini. Dimana boneka ini akan otomatis bersuara ketika Sooyun memeluk nya. Dari suara yang muncul dari B-Max, sepertinya Jungkook ingin Sooyun tahu kalau Jungkook akan selalu mencintainya.
Bukannya merasa senang dengan hal romantis yang Jungkook ciptakan. Sooyun malah merasa kesal, dia kesal karena ucapan Jungkook waktu itu menjadi nyata.
"Ini hadiah terakhirmu," kata Jungkook dengan mengelus kepala boneka B-Max itu.
"Kenapa B-Max?" tanya Sooyun penasaran.
"Dia sama sepertiku, terlihat lucu tapi sangat kuat. Dia memang terlihat lemah tapi dia selalu siap melindungi tuannya. Sama sepertiku yang akan selalu siap melindungimu dan anak kita. Nanti jika kau merindukanku, peluk saja boneka ini," ujar Jungkook lalu menyerahkan boneka itu pada Sooyun.
"Jika aku merindukanmu, kita akan bertemu," ucap Sooyun.
"Peluk saja boneka ini jika aku tidak bisa menemuimu," ujar Jungkook tiba-tiba.
"Kau mau kemana?"
"Tidak kemana-mana. Ini kan hanya seandainya." Jungkook tersenyum tipis
"Tidak, kau tidak akan pergi jauh dariku Jungkook-ah!" Sooyun langsung memeluk Jungkook sangat erat.
"Iya." Jungkook terkekeh dalam pelukan Sooyun.
Sooyun memukul boneka itu berkali-kaliberkali-kali untuk memelampiaskan amarahnya. Tangannya berhenti memukul, dia beralih memegang bahu boneka itu dan menatap matanya seolah boneka itu bisa melihatnya juga.
"Aku tidak mau kau ada disini!" suara bisikan Sooyun terdengar tajam dan dingin.
"Aku mau Jungkook disini! Aku mau Jungkook kembaliii!" Sooyun berteriak dengan mengguncang kedua lengan boneka itu dengan keras. Benda mati itu hanya diam menatap Sooyun seolah ingin mengatakan "Aku tidak tahu apa-apa"
"Kembalikan Jungkook!" Tangis Sooyun pecah berbarengan dengan tubuhnya yang tumbang menindih boneka itu. Sooyun menangis sejadi-jadinya dalam posisi memeluk boneka itu sampai dia tertidur di atas sofa.
Sooyun terbangun saat sinar mentari yang masuk dari jendela kamarnya membuatnya silau. Dia masih tidur di atas sofa tapi dengan posisi tidur yang benar dan juga selimut yang menutupi tubuhnya. Bisa dipastikan kalau itu adalah perbuatan Victoria.
Sooyun merenggangkan otot punggungnya lalu mengecek jam di ponselnya. Dahi Sooyun mengerut saat melihat banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Boy semalam. Sooyun tidak sengaja mensilent ponselnya sampai tidak bisa mendengar panggilan dari Boy. Belum usai rasa penasarannya perhatian Sooyun tertuju pada pesan yang Boy kirimkan padanya.
✉✉✉
Boy
Anak buahku berhasil menemukan pelaku palsu itu
Dia berada di New York
Kita harus segera kesana sebelum dia kabur lagi
Sooyun
Kapan kita akan pergi?
Boy
Hari ini, aku sudah pesan tiket pesawatnya
Kita berangkat setelah menghadiri sidang Jungkook
✉✉✉
Bersambung ...
Hai Hai semuaaa
Gimana kabarnya hari ini?
I purple u 💜
See you in next chapter
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro