Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 55

Victoria dan Boy kembali ke apartemen Sooyun dengan membawa kabar gembira. Walaupun Jungkook tidak mengatakan kalau dia mencabut gugatan cerainya tapi sikapnya tadi mengisyaratkan kalau dia sudah mengurungkan niatnya untuk menceraikan Sooyun.

"Sooyun! Kami pulang!" seru Victoria saat memasuki apartemen Sooyun. Dengan sekantong chips yang dia beli, Victoria berjalan cepat ke arah kamar Sooyun.

Victoria langsung membuka pintu kamar Sooyun dan tidak menemukan keberadaan wanita itu di sana. Berkali-kali Victoria dan Boy meneriakkan nama Sooyun tapi wanita itu memang tidak ada di apartemen. Sepertinya dia pergi saat Victoria dan Boy sedang keluar barusan.

Boy yang juga merasa panik langsung mencoba menghubungi ponsel Sooyun tapi ternyata wanita itu meninggalkan ponselnya di rumah. "Pergi kemana dia?" gumam Victoria yang tidak bisa tenang sejak tadi. Terlebih lagi Sooyun sedang sakit, tentu saja itu membuat keduanya semakin khawatir.

Victoria melihat sebuah sticky notes yang menempel di televisi. Dengan cekatan dia langsung mengambilnya dan benar saja itu adalah pesan dari Sooyun.

📄📄📄

Aku pergi sebentar karena ada urusan penting. Tidak perlu mencariku, lebih baik kalian istirahat dulu.

Sooyun

📄📄📄

"Urusan penting?" gumam Boy setelah mendengar Victoria membacakan isi notes dari Sooyun.

"Kira-kira dia ada urusan penting apa ya?" tanya Victoria.

"Saat ini hal paling penting bagi Sooyun adalah membebaskan Jungkook," sahut Boy yang terus mondar-mandir seraya memikirkan Sooyun.

"Apa dia menemui Jungkook?" tanya Victoria lagi.

"Tidak mungkin, dia tahu kita menemui Jungkook jadi jika dia juga pergi kesana dia tidak mungkin menulis pesan seperti ini."

Victoria mengangguk setuju.

"Kemana dia? Kenapa ponselnya tidak dibawa?" Boy mulai geram terlihat dari rahang nya yang mengeras.

"Ponselnya lowbat," jawab Victoria. Dia tadi menemukan ponsel Sooyun yang kehabisan batre di atas tempat tidur.

Boy mendudukkan tubuhnya di sofa lalu berkutat dengan ponselnya. Dia melebarkan matanya saat menatap sesuatu di layar ponselnya. "Kenapa dia pergi kesana sendirian?" gerutu Boy seraya memasukkan ponselnya ke saku jaketnya.

"Aku mau menjeput Sooyun, kau ikut?"

Victoria tentu saja bingung dengan perkataan Boy. Beberapa waktu yang lalu laki-laki itu masih kebingungan tapi sekarang dia malah mengajaknya pergi menjemput Sooyun seolah sudah tahu keberadaan Sooyun.

"Kau tahu Sooyun dimana?" tanya Victoria.

"Dia ada di rumah mertuanya, kita harus segera kesana." Boy sangat terburu-buru dan semakin terlihat cemas setelah mengetahui keberadaan Sooyun. Sooyun memang sering mengatakan kalau mertuanya sangat baik bahkan ibu mertuanya sudah seperti ibunya sendiri. Tapi kali ini keadaannya berbeda, orang tua Jungkook pasti sudah sangat marah pada Sooyun. Apa lagi berita yang tersebar sekarang sangat menyudutkan Jungkook.

Boy mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi bahkan Victoria sampai ketakutan di sepanjang perjalanan. Tapi akhirnya mereka bisa tiba di kediaman orang tua Jungkook dengan selamat.

"Maaf ya, Sooyun dalam masalah sampai aku hilang kontrol," ujar Boy seraya membuka sabuk pengaman nya, Victoriapun hanya mengangguk.

"YA! PERGILAH!"

Suara teriakan yang berasal dari dalam rumah mertua Sooyun mengejutkan keduanya. Refleks Boy berlari sangat cepat untuk melihat keadaan di dalam karena dia yakin orang yang diusir adalah Sooyun. Victoria menyusul Boy dengan langkah cepat memasuki rumah itu.

Baru saja Boy sampai di ruang tamu, langkah Boy langsung terhenti saat melihat Sooyun yang sedang memeluk kaki ibu mertuanya dengan berderai air mata. Sooyun yang tidak menyadari keberadaan Boy masih terus menangis dan meminta maaf pada mertuanya. Sama seperti Sooyun, Nyonya Jeon juga menangis tanpa melihat Sooyun yang masih memeluk kakinya. Sedangkan Tuan Jeon tidak ada di sana.

Victoria yang baru tiba dibuat tercengang saat melihat keadaan Sooyun. Dia ingin menghampiri Sooyun tapi Boy malah melarangnya. Boy menyuruhnya agar tetap diam selama mertua Sooyun tidak menyakiti Sooyun.

"Bangun dan pergilah dari sini!" titah ibu Jungkook untuk yang kesekian kalinya dengan suara bergetar karena menangis.

"Maafkan aku eomma." Sooyun semakin mempererat pelukannya di kaki Nyonya Jeon.

"Pergilah!" Nyonya Jeon berusaha menyingkirkan tangan Sooyun dari kakinya.

"Eomma, maafkan aku!" ulang Sooyun.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Maaf aku tidak bisa memaafkanmu karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah lupa atas apa yang kau lakukan pada putraku." Nyonya Jeon melepaskan tangan Sooyun dengan paksa sampai Sooyun tersungkur di lantai. Boy dan Victoriaipun segera berlari dan membangunkan Sooyun.

"Nyonya, saya tahu Anda pasti sangat marah dan kecewa pada Sooyun. Tapi semua ini bukan perbuatan Sooyun. Ayah Sooyun lah yang melaporkan Jungkook ke polisi," jelas Boy.

"Mereka berdua sama saja, sama-sama licik. Mereka menjebak putraku dan ingin menghancurkan kehidupan putraku," kata Nyonya Jeon dengan suara pelan namun tetap terdengar menyakitkan.

"Tapi-"

"PERGILAH KALIAN SEMUA DARI HADAPANKU!" teriak Nyonya Jeon.

"Eomma-" Tangis Sooyun semakin keras saat melihat ibu mertuanya bersikap seperti itu.

"PERGI!" teriak Nyonya Jeon lagi. Ketiganya pun langsung pergi atas permintaan Sooyun. Wanita itu tidak bisa melihat ibu mertuanya terus menangis dan berteriak ke arahnya.

Sooyun menatap jalanan yang dilewatinya dengan tatapan kosong. Mata sembab dan lesu seolah menggambarkan keterpurukannya saat ini. Dunia Sooyun serasa hancur saat dia harus kehilangan seorang ibu untuk yang kedua kalinya.

"Sooyun! Semua akan baik-baik saja," kata Boy yang berusaha memenangkannya.

"Aku memang pantas mendapatkannya." Sooyun yang duduk di bangku belakang bahkan tidak melihat ke arah Boy saat dia sedang bicara. Sooyun pulang bersama Boy karena saat pergi ke rumah ibu mertuanya, dia tidak membawa mobil dan lebih memilih naik taksi.

"Jangan bicara begitu!" Victoria yang duduk di samping Sooyun mengusap bahu Sooyun.

"Ini memang balasan untuk orang jahat sepertiku." Air mata Sooyun kembali menetes dari matanya yang masih sembab.

Victoria menggenggam tangan Sooyun. "Kau tidak jahat," ucapnya.

"Jika aku tidak jahat, ibu mertuaku tidak akan membenciku seperti ini." Sooyun menghapus air mata di pipinya.

"Dia hanya salah paham Sooyun," ucap Boy tapi Sooyun tidak menjawabnya. Wanita itu langsung turun saat mobil Boy baru sampai di depan gedung apartemennya.

Langkah Sooyun terhenti saat dia melihat ada beberapa kantung berukuran besar di ruang tengah apartemennya. Karena tadi terburu-buru dia sampai tidak menyadari kalau ada kantung ini di sana. Sooyun membawa kantung itu ke atas sofa untuk melihat apa isinya.

Baru melihat sekilas benda yang ada di dalamnya, Sooyun langsung mengurungkan niatnya untuk melihat isi kantung itu.

"Itu milikmu, pegawai kantor menemukannya di rooftop," ujar Boy yang baru datang bersama Victoria. Isi kantung itu memang semua hadiah yang Sooyun siapkan untuk Jungkook di hari ulang tahun laki-laki itu.

"Terima kasih." Sooyun lalu masuk ke kamarnya dengan membawa kantung besar itu.

"Sepertinya dia butuh waktu sendiri dulu, Boy. Kau tenang saja aku akan selalu menjaganya," ujar Victoria. Boy mengangguk lalu berpamitan untuk pulang.

Victoria terbangun dan tidak menemukan keberadaan Sooyun yang semalam tidur di sampingnya. Victoria menegakkan punggungnya lalu menguncir rambutnya yang sedikit berantakan setelah tidur. Dia merenggangkan lehernya yang terasa kaku karena kelelahan lalu kembali menyandarkan punggungnya.

"Kau sudah bangun" Suara Sooyun mengejutkan Victoria yang belum sepenuhnya sadar.

"Kau dari mana?" tanya Victoria.

Sooyun berjalan ke arah jendela dan membuka semua tirai di kamarnya. "Aku menyiapkan sarapan di dapur, ayo sarapan dulu!" ajak Sooyun dengan wajah cerianya. Meski dia sedang dalam masalah tapi dia terlihat sangat tenang dan masih bisa tersenyum seolah dia baik-baik saja.

"Ah, maaf aku bangun kesiangan," ujar Victoria seraya melipat selimutnya.

"Untuk apa minta maaf? Ayo, nanti makanannya keburu dingin!" seru Sooyun lagi.

Victoria menyuruh Sooyun untuk pergi ke meja makan lebih dulu karena dia mau cuci muka dan sikat gigi. Saat keluar dari kamar mandi, Victoria mendengar ponselnya berbunyi. Dengan cepat dia meraih ponselnya dan segara menjawab panggilan yang masuk saat melihat nama sang suami tertera di layar ponselnya.

"Hai!" seru Victoria.

"Hai, sayang. Kau apa kabar?"

"Aku baik, kau?"

"Aku juga baik. Bagaimana dengan Sooyun?"

"Dia sedang tidak baik. Jungkook sempat melayangkan gugatan cerai padanya dan kemarin mertuanya juga marah, kasihan Sooyun"

"Cerai?"

"Aku dan Boy sudah bicara pada Jungkook dan dia sudah mengurungkan niatnya"

"Syukurlah. Sayang, bisa aku minta tolong?"

"Tentu. Minta tolong apa?"

"Bisakah kau tetap di sana. Sooyun sepertinya masih butuh teman, kasihan kalau dia tinggal sendiri"

"Ya ampun sayang, tentu saja aku mau. Aku juga kasihan pada Sooyun. Tapi kau tidak apa kan jika tinggal sendiri?"

"Aku tinggal sendirian di Paris selama 5 tahun, kau lupa?"

"Ah baiklah jaga dirimu baik-baik"

"Iya, jaga dirimu dan anak kita juga. Love you"

"Love you too"

Victoria meletakkan ponselnya di atas nakas lalu pergi ke meja makan karena Sooyun sudah menunggunya. Indra penciuman Victoria langsung disambut oleh makanan yang Sooyun sajikan. Victoria yang notabennya bukan orang Paris merasa asing dengan menu sarapan yang ada di atas meja.

"Terlihat lezat, ini apa?" tanya Victoria penuh semangat seraya mengambil sendok di samping mangkuk supnya.

"Soupe a l’oignon. Sebenarnya ini makanan yang enak tapi aku tidak bisa menjamin enak jika aku yang memasaknya," ucap Sooyun lalu terkekeh.

Victoria memasukkan sesendok Soupe a l’oignon ke mulutnya dan merasakan masakan asing buatan Sooyun itu. Mata Victoria membulat. "Ini enak sekali," katanya lalu kembali menyuapkan makanan itu ke mulutnya.

"Syukurlah kau menyukainya," ujar Sooyun lalu melanjutkan makannya.

Mereka menghabiskan sarapan pagi ini dengan bertukar cerita tentang masa-masa kehamilan mereka. Secara mengejutkan, ternyata Jaehyun juga mengalami hal yang sama dengan Jungkook saat istrinya hamil. Jaehyun juga merasa mual dan sering ngidam.

Setelah keduanya selesai sarapan, Victoria membawa semua mangkuk kotor ke dapur untuk dia cuci. Karena dia tidak membantu Sooyun memasak jadi dia mengambil tanggung jawab untuk mencuci semua perabotan yang kotor.

"Maafkan aku," ujar Sooyun tiba-tiba seraya berdiri di samping Victoria yang sedang mencuci piring.

"Untuk?" Victoria menautkan alisnya.

"Karena ku kau sekarang masih ada di sini," ujar Sooyun dengan kepala tertunduk.

Victoria mengelap tangannya setelah mencuci semua perabotan. Dia memegang kedua lengan Sooyun. "Aku akan selalu ada disisimu sampai semuanya membaik dan kau tidak sendirian lagi disini." Victoria memeluk Sooyun dan mengusap punggung Sooyun dengan hangat.

Sooyun melepaskan pelukannya. "Tapi Jaehyun?"

"Jika dia bisa tinggal sendirian di sini selama 5 tahun lalu apa masalahnya jika dia tinggal sendirian untuk beberapa waktu disana?" Ucapan Victoria langsung membuat Sooyun tersenyum. Benar juga, dia sudah biasa tinggal sendiri.

Tok... tok... tok...

"Sebentar ya." Sooyun pergi membukakan pintu untuk seseorang yang datang.

"Boy! Ayo masuk!" seru Sooyun saat melihat Boy yang berada di balik pintu apartemennya.

"Kau sudah sarapan?" tanya Sooyun seraya berjalan masuk menuju ruang tengah. Boy mengangguk sebagai jawaban.

Mereka duduk di ruang tengah bersama Victoria yang juga berada di sana. Wajah Boy terlihat cemas dan tidak tenang sejak dia datang. Sangat jelas kalau dia sedang banyak pikiran.

"Ada masalah?" tanya Sooyun penasaran.

"Sebenarnya aku ingin menyampaikan masalah ini kemarin. Tapi, keadaannya tidak memungkinkan. Bisa dibilang ini kabar buruk tapi kau harus tetap tenang," ujar Boy yang semakin membuat Sooyun bingung.

"Masalah apa?"

"E-mail mu."

Sooyun merasa sedikit lega karena tadinya dia takut masalah yang akan disampaikan Boy berhubungan dengan Jungkook. "E-mail ku masih belum bisa dibuka?" tebak Sooyun.

"Aku takut E-mail mu tidak bisa kembali."

"Maksudmu?"

"E-mail itu sengaja diretas. Hacker suruhanku sudah berkali-kali berhasil meretas emailmu tapi lagi-lagi email itu kembali terkunci dengan password berbeda seolah ada seseorang yang juga meretasnya," jelas Boy.

Sooyun menautkan alisnya. "Sengaja?" tanyanya. Boy hanya mengangguk.

"Kau punya musuh?" tanya Victoria.

"Aku rasa tidak." Sooyun menggeleng.

Sooyun bersandar di sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa tujuan orang itu meretas emailku?"

"Yang pasti orang itu punya maksud tidak baik, tapi akan terus aku usahakan agar email itu bisa kembali padamu," jawab Boy.

"Terima kasih banyak Boy, maaf kalau aku selalu merepotkanmu"

"Teman tidak pernah merepotkan." Boy mengusap kepala Sooyun pelan.

"Hari ini aku berencana untuk menemui Jungkook, kau mau ikut?"

Mendengar pertanyaan Boy membuat sorot mata Sooyun meredup. Mendengar nama Jungkook disebut membuatnya teringat pada surat gugatan cerai yang Jungkook kirimkan kemarin. Melihat raut wajah Sooyun yang tiba-tiba muram membuat Victoria teringat sesuatu. "Ah iya, aku lupa memberi tahumu. Jungkook membatalkan gugatannya," ujarnya.

"Sungguh?" Mata Sooyun membulat saking tidak percaya nya. Victoria mengangguk penuh antusias. "Kalau begitu ikutlah bersama Boy. Jungkook pasti ingin bertemu denganmu." Wanita itu mendorong Sooyun agar segera berdiri dan bersiap.

"Kau juga ikut?"

"Aku merasa sedikit tidak enak badan, aku di sini saja ya?" kata Victoria seraya memegang belakang lehernya. Sejak bangun tidur dia memang merasa kurang sehat hari ini.

"Maaf sudah membuatmu repot." Sooyun menatap Victoria dengan puppy eyes nya.

"Tidak, kau tidak membuatku repot. Sudah, sekarang kau bersiaplah untuk menemui Jungkook." Wanita itu kembali mendorong Sooyun sampai Sooyun berdiri dan pergi bersiap di kamarnya.

Selama perjalanan menuju kantor polisi tempat Jungkook ditahan, Sooyun terlihat sangat gugup. Kakinya terus dia gerakkan dan dia juga memainkan jari-jari tangannya seolah sedang mengalihkan rasa gugup nya. Namun, dia tidak bisa menutupi rasa gugup nya dari Boy. Karena raut wajah Sooyun sangat menggambarkan secara jelas kalau dia sedang tidak tenang.

Boy meraih tangan kiri Sooyun dan menggenggamnya. "Santai saja," ujarnya seraya memberhentikan mobilnya di parkiran kantor polisi.

Mereka berjalan beriringan saat memasuki kantor polisi yang masih sepi karena hari masih pagi. Tidak ada pengunjung satu pun dan hanya ada beberapa polisi yang berjaga. Seperti biasa Boy langsung menemui temannya untuk meminta izin bertemu Jungkook. Biasanya tidak perlu waktu lama untuk meminta izin berkunjung tapi kali ini Sooyun sudah menunggu selama 15 menit di ruang tunggu dan Boy belum kembali juga.

Sooyun merasa lega melihat Boy berjalan ke arahnya. "Kenapa lama sekali?" tanya Sooyun seraya berdiri dari kursinya.

"Kita tidak diizinkan bertemu dengan Jungkook," kata Boy gusar.

"Bagaimana bisa?" tanya Sooyun penasaran.

"Appa Jungkook meminta polisi melarang kita menemui Jungkook," jelas Boy yang membuat Sooyun seketika bungkam.


Next???

Jangan lupa vote and comment ya 😊

I Purple U 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro