CHAPTER 52
"Kau saja tidak mempercayaiku." Jungkook terkekeh. "Sungguh malangnya aku, orang yang membenciku tengah menjebakku sedangkan orang yang katanya mencintaiku malah tidak mempercayaiku. Walaupun otakku selalu berpikir buruk tentangmu, tapi hatiku ingin aku percaya padamu. Percaya kalau kau benar-benar mencintaiku," lanjutnya.
"Namun kenyataannya, kau tidak percaya padaku. Jika kau sudah tidak mempercayaiku, lalu untuk apa kita pertahankan pernikahan ini?" tanya Jungkook. Sooyun yang mendengar ucapan Jungkook seketika melebarkan matanya. Kepala Sooyun semakin berdenyut dan pandangannya tiba-tiba menjadi buram. Dia merasa tubuhnya terjatuh ke lantai dan selanjutnya semua menjadi gelap.
"SOOYUN!!!" Jungkook berteriak saat Sooyun jatuh pingsan dari kursinya. Karena ada kaca yang membatasi mereka Jungkook hanya bisa teriak minta tolong seraya menggedor kaca pembatas itu. Tanpa Jungkook sadari, laki-laki itu mulai menangis saat Sooyun terbaring lemah di atas lantai. Tidak ada bisa Jungkook lakukan untuk membantu Sooyun karena mereka berada di ruangan yang berbeda dan hanya dibatasi kaca.
Tak lama pintu di samping Sooyun terbuka dan menampakkan sosok Boy yang terlihat kaget melihat Sooyun pingsan. Laki-laki itu langsung mengangkat kepala Sooyun dan menepuk pipi Sooyun beberapa kali untuk membuatnya sadar tapi usahanya tidak membuahkan hasil.
"BAWA DIA KE DOKTER!" teriakan Jungkook membuat Boy tersadar kalau laki-laki itu masih ada di sana. Boy hanya mengangguk dan segera mengangkat tubuh Sooyun. Sebelum Boy keluar dari ruangan itu, Jungkook menahannya. "Tolong jaga Sooyun!" ujar Jungkook lalu dia keluar dari ruangannya. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya. Dia langsung berlari kembali ke selnya dan menangis di sana.
Dengan kecepatan tinggi, Boy menyetir mobilnya menuju rumah sakit terdekat dari kantor polisi. Selama di perjalanan Sooyun tidak kunjung siuman sampai akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Boy segera membawa Sooyun ke ruang dokter untuk memeriksakan keadaannya.
Selesai diperiksa oleh dokter, Sooyun belum juga siuman. Boy yang baru saja selesai menemui dokter duduk di samping Sooyun yang masih memejamkan matanya. Kata dokter kandungan Sooyun melemah dan tekanan darah Sooyun rendah karena kurang istirahat sampai akhirnya dia jatuh pingsan.
Mata Sooyun perlahan terbuka setelah beberapa saat. "Aku dimana?" tanya Sooyun seraya mendudukkan tubuhnya tapi Boy segera melarangnya dan menyuruh Sooyun untuk kembali berbaring.
"Kau di rumah sakit, tadi kau pingsan," jelas Boy. Sooyun hanya diam dan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
"Sebaiknya kau ambil cuti lagi. Kata dokter kandunganmu lemah dan tekanan darahmu rendah," lanjut Boy. Sooyun yang mendengarnya langsung menyingkirkan tangannya dari kepalanya. Sooyun menggeleng. "Tidak perlu Boy, aku sudah mengambil cuti 2 bulan. Aku tidak mau mengambil cuti lagi," kata Sooyun.
"Sooyun, aku atasanmu. Aku akan memberikan izin cuti untukmu. Ini demi anakmu dan kau juga harus fokus mencari cara untuk membebaskan Jungkook kan?"
Perkataan Boy ada benarnya. Jika Sooyun tetap bekerja, maka dia akan sibuk dan tidak ada waktu untuk menyelidiki kasus Jungkook. Tapi, di sisi lain dia juga merasa tidak enak pada Boy dan rekannya di kantor jika harus mengambil cuti lagi.
"Baiklah, maafkan aku Boy"
"Tidak perlu minta maaf, kan aku yang menyuruhmu untuk cuti." Boy mengusap kepala Sooyun.
"Boy, tolong antarkan aku ke rumah orang tua Jungkook. Aku perlu bicara dengan mereka," pinta Sooyun yang dijawab dengan anggukan oleh Boy.
Setelah dokter mengizinkan Sooyun untuk pulang. Mereka segera pergi ke kediaman orang tua Jungkook. Sooyun mengerti kalau mertuanya pasti akan marah dan kecewa padanya tapi Sooyun tetap harus meminta maaf secara langsung kepada mereka.
Sooyun langsung berlari keluar mobil setelah Boy memarkir kan mobilnya di halaman rumah orang tua Jungkook. Dia memencet bel dua kali lalu menunggu pintu di hadapannya terbuka. Tak lama pintu itu terbuka dan menampakkan seorang asisten rumah tangga yang wajahnya terlihat kaget saat melihat kedatangan Sooyun.
"Eomma dan appa ada di rumah?" tanya Sooyun buru-buru.
"Tuan dan Nyonya sedang pergi ke luar Negeri, Nona," jawab wanita itu dengan kepala yang terus tertunduk.
"Tolong hubungi aku saat mereka kembali." Sooyun memberikan kartu namanya kepada wanita itu lalu mereka berpamitan dari sana.
Sooyun hanya melamun selama di perjalanan. Sebenarnya dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada mertuanya. Dia juga tidak siap jika harus dibenci oleh ibu mertuanya. Setelah kehilangan ibunya, sosok ibu mertuanya lah yang seolah menggantikan posisi ibunya dalam hidup Sooyun. Dia tidak siap jika harus kehilangan sosok ibu untuk yang kedua kalinya. Tak terasa air mata Sooyun jatuh membasahi pipinya saat memikirkan semua itu.
"Kenapa menangis?" Tangan kanan Boy menghapus air mata sooyun sedangkan tangan kirinya tetap memegang setir.
"Tidak apa-apa." Sooyun segera menghapus air matanya seraya menunjukkan senyum tipisnya.
Karena hari libur, Boy membawa Sooyun menemui ayahnya di rumah sang ayah. Sooyun terlihat lebih santai dari pada tadi saat di rumah mertuanya. Dia berjalan perlahan bersama Boy saat memasuki rumahnya. Seperti biasa meski sedang libur, ayah Sooyun tetap menghabiskan waktunya di ruang kerjanya.
Sooyun menghentikan langkahnya saat sampai di depan ruang kerja sang ayah. Dia berbalik menghadap Boy yang sedari tadi ada di belakangnya. "Kau tunggu di sini saja, Boy. Aku mau bicara berdua dengan ayahku," ujar Sooyun lalu masuk ke ruangan ayahnya setelah Boy mengangguk.
"Sooyun! Kau datang tanpa mengetuk pintu," ujar Tuan Jung seraya melepaskan kaca matanya.
Sooyun tidak menanggapi sang ayah dan terus berjalan sampai dia berada tepat satu meter dari tempat ayahnya duduk. Dia hanya berdiri dan tidak mau duduk meski sang ayah sudah menyuruhnya duduk.
"Kenapa Appa melakukan ini?" tanya Sooyun dengan mata yang mulai memanas.
Laki-laki paruh baya itu tertawa. "Apa yang sudah aku lakukan?" tanyanya dengan wajah yang terlihat sangat senang. Sedangkan Sooyun semakin muak melihat kelakuan sang ayah.
"Kenapa Appa bertindak tanpa berunding denganku?" Sooyun menaikkan nada bicaranya agar sang ayah berhenti bermain-main.
Benar saja, sang ayah langsung menegakkan punggungnya dan merubah sorot matanya menjadi lebih tegas. "Apa yang akan aku dapatkan jika berunding denganmu?" Tuan Jung menyunggingkan senyumannya lalu memutar kursinya menghadap ke arah samping.
"Penghianatan?" lanjutnya seraya melirik Sooyun.
"Untuk apa aku berunding dengan orang yang sedang dibutakan oleh cinta? Itu akan menjadi sia-sia," katanya lagi.
"Apakah Appa melakukan semua ini tanpa berpikir? Dengan begini Appa akan merusak karir Appa dan karirku juga," ujar Sooyun yang sudah dikuasai amarah.
"Kata siapa? Oh--- kau pasti menonton berita di tv ya? Tenang saja besok berita itu akan berbalik. Orang-orang yang awalnya merasa iba pada Jungkook, besok akan membencinya. Tenang saja, karir kita akan baik-baik saja." Tangan yang mulai keriput itu meraih sebuah gelas berisi anggur di meja dan dia meneguknya dengan sekali tegukan.
Mendengar ucapan sang ayah membuat Sooyun semakin naik pitam. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang karena membujuk sang appa adalah satu-satunya cara cepat untuk membebaskan Jungkook.
Sooyun menghela napasnya dan berkata, "Bukankah Appa sudah mengatakan di awal kalau akulah yang akan melakukan balas dendam pada Jungkook? Tapi kenapa Appa sekarang ikut campur?"
Tuan Jung tersenyum sinis. "Kau benar, itu adalah kesepakatan kita. Aku juga ingat betul saat kau mengatakan kau siap melakukan apapun untuk misi kita. Tapi kau yang lebih dulu melanggar kesepakatan itu lalu apakah aku tidak boleh melanggarnya juga?" ucapnya lalu tertawa.
"Apakah cinta adalah sebuah pelanggaran?" Air mata Sooyun sudah tidak dapat terbendung lagi.
"Iya, cinta itu hanya awal dari sebuah kehancuran. Aku tidak suka kata itu, karenanya hidupku berantakan. Dan sekarang kau, karena cinta kau tidak mau melenyapkannya, karena cinta kau tidak mau meracuni laki-laki itu dan karena cinta kau sampai melawan ayahmu sendiri." Tuan Jung tiba-tiba meninggikan suaranya padahal dia terlihat tenang sejak awal.
"Aku bukan bermaksud melawan Appa. Aku hanya berpikir kalau rencana Appa itu salah. Balas dendam bukan berarti melenyapkan, balas dendam tidak harus menyakiti, Appa. Kita bisa balas dendam dengan cara yang lebih baik. Tapi, Appa sudah menghancurkan rencana yang sudah aku susun sejak awal!" balas Sooyun dengan meneriaki ayahnya juga.
"Rencana apa? Rencana untuk menghianatiku? Rencana untuk menentangku?" Tuan Jung semakin meninggikan suaranya.
"Tidak Appa, mak-"
"Sudahlah jangan mengelak terus!"sela Tuan Jung.
"Appa! Kenapa Appa tidak bisa mengerti aku?" Tangisan Sooyun semakin deras bercampur perasaan kesal yang semakin menguasai dirinya.
"Mengerti apa? Oh-- ya, kau pasti khawatir kan jika anakmu lahir tanpa ayah?" Wajah Tuan Jung yang tadinya tegang berubah sumringah seolah tengah bahagia di atas penderitaan Sooyun. Sooyun dibuat terkejut saat tahu ayahnya sudah mengetahui tentang kehamilannya.
"Maaf Sooyun, aku tidak bisa membebaskan suamimu itu. Jika kau tidak ingin anakmu lahir tanpa ayah, tidak ada pilihan lain selain melenyapkan anak itu."
"APPAAA!!!" Suara Sooyun langsung naik sekian oktaf mendengar ucapan sang ayah. Sejak awal Sooyun mungkin sudah tahu kalau hal ini akan terjadi tapi dia tidak menyangka akan sesakit ini saat mendengarnya.
"Ah, kau marah?" Tuan Jung tertawa.
"Appa keterlaluan! Appa boleh membenci Jungkook tapi anak ini cucu Appa!"
Tuan Jung menyunggingkan senyumannya. "Cucu? Aku tidak mau punya cucu dari seorang pembunuh," ujarnya. Sooyun sudah muak dan tidak mau berdebat lagi dengan sang ayah. Dari pada semakin merasa kesal Sooyun memilih pergi dari ruangan ayahnya tanpa mengucapkan apapun.
Dengan sedikit dibanting Sooyun menutup pintu ruang kerja ayahnya seraya memelampiaskan amarahnya. Melihat perilaku Sooyun, Boy yakin sudah terjadi keributan antara Sooyun dan sang ayah. Boy tidak bisa mendengar apapun dari luar karena ruang kerja Tuan Jung kedap suara.
"Bagaimana?" tanya Boy buru-buru saat melihat Sooyun keluar dari ruangan itu dengan mata sembab.
"Ayo kita pergi dari sini, Boy." Sooyun menarik Boy pergi dari sana dengan langkah cepat.
Selama di perjalanan Boy dan Sooyun hanya diam. Boy sangat penasaran tentang apa yang sudah terjadi antara Sooyun dan ayahnya. Tapi melihat wajah Sooyun yang muram membuat Boy tidak enak hati untuk memulai percakapan.
Boy melirik Sooyun yang sedang melamun menatap jalanan. "Kita langsung pulang?" tanya Boy dengan suara pelan. Sooyun hanya berdeham tanpa melihat ke arah Boy.
"Kita harus mencari jalan lain untuk membebaskan Jungkook, membujuk ayahku tidak akan ada gunanya," ujar Sooyun masih tetap di posisinya. Pandangannya seolah kosong dan hanya tergambar keputus asaan di matanya.
"Iya, aku akan segera memikirkan cara untuk membebaskan Jungkook. Kau tenang saja!" ucap Boy.
Setelah sampai, Sooyun langsung turun dari mobil Boy. Dia juga menolak saat Boy ingin mengantar nya dan menyuruh Boy segera pulang untuk istirahat. Seharian ini Boy sudah membantu Sooyun jadi Sooyun tidak mau merepotkan Boy lagi.
Dengan langkah kaki yang diseret Sooyun berjalan menyusuri lorong menuju apartemennya. Dia sudah tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Dia sudah cukup lelah dengan masalah hidupnya sendiri.
Saat sampai di depan pintu apartemennya Sooyun mendongak saat melihat sepasang sepatu ada di hadapannya. Mata Sooyun yang tadinya lesu tiba-tiba melebar si pemilik sepatu itu. Laki-laki itu tersenyum khas ke arah Sooyun sampai matanya menyipit. Masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Sooyun hanya melongo menatap laki-laki itu dengan wajah datarnya.
"Jaehyun!" Sooyun menoleh saat mendengar suara seorang wanita dari arah belakangnya. Wanita dengan wajah Eropa itu tersenyum saat Sooyun menatapnya dengan wajah bingung.
"Sudah tidak mual lagi?" tanya Jaehyun seraya mendekati wanita itu. Wanita itu menggeleng dengan senyuman yang terus dia tunjukkan.
"Maaf Sooyun aku tidak memberi tahumu jika mau datang kesini, kau pasti terkejut." Jaehyun terkekeh. "Perkenalkan, ini istriku Victoria," ucap Jaehyun. Wanita bernama Victoria itu mengulurkan tangannya ke arah Sooyun yang dibuat semakin terkejut dengan perkataan Jaehyun.
Eh Si Jaehyun tiba-tiba kembali ke Paris sama istrinya. Istri Jaehyun namanya Victoria. Siapa nih yang berpikir kalau Victoria istri Jaehyun adalah Victoria mantan istri Taehyung di cerita Cold Daddy Is My Sweet Husband???😁
Next gak nih?
Jangan lupa vote and comment ya 😊
I Purple U 💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro