CHAPTER 51
Sooyun menarik rambutnya kuat-kuat setelah mendengar pintu ruangan itu tertutup. Sooyun merasa hidupnya berhenti saat Jungkook berkata bahwa dia membencinya. Dia merasa sangat jahat karena sudah menyakiti Jungkook. Dia juga merasa semua pengorbananya sia-sia.
"Sooyun!"
Suara langkah kaki Boy terdengar mendekat ke arah Sooyun. Boy melepaskan cengkeraman Sooyun dari rambutnya lalu dia memeluk Sooyun dan membiarkan Sooyun menangis dalam pelukannya.
"Tenanglah! Dia pasti butuh waktu untuk mengerti. Kita akan mencari jalan keluar untuk membebaskan Jungkook, oke? Sekarang berhentilah menangis!" Boy mengusap kepala Sooyun lalu melepaskan pelukannya.
"Boy, aku melihatnya terluka tolong katakan pada polisi untuk tidak menyakiti Jungkook," pinta Sooyun.
"Iya aku akan menyampaikannya, sekarang aku akan mengantarmu pulang, ayo!" Boy membantu Sooyun berdiri dan mengajaknya pergi dari sana.
Dunia Sooyun serasa runtuh dalam waktu sekejap. Malam yang dia bayangkan akan menjadi malam terindah berubah seketika menjadi malam yang mengerikan. Hal ini tidak pernah Sooyun bayangkan sebelumnya. Dia tidak menyangka ayahnya akan nekat melakukan hal ini tanpa berunding dengannya.
Pipi Sooyun tidak pernah kering semenjak dia mendengar Jungkook mendekam di penjara. Mata dan hidung yang mulai memerah, wajah terlihat sangat lesu dan rambut sedikit acak-acakan pun tidak dia hiraukan. Otaknya hanya terpusat untuk memikirkan cara agar Jungkook bisa keluar dari penjara.
"Sooyun, kita sudah sampai." Suara Boy seketika menyadarkan Sooyun yang kalut dalam kesedihannya.
"Terima kasih Boy dan maaf karena aku terus merepotkanmu."
Boy menggeleng, laki-laki itu merapikan rambut Sooyun dan menghapus air mata wanita itu sampai wajahnya terlihat sedikit lebih baik.
"Apa kau yakin akan tinggal sendiri malam ini? Sebaiknya kau ikut denganku. Di rumahku ada mama dan adik perempuanku jadi kau tidak akan kesepian," jelas Boy.
"Aku bisa menguatkan diriku Boy, tenang saja. Aku akan baik-baik saja di sini. Lagi pula gedung ini sudah memiliki sistem keamanan yang tinggi jadi wartawan tidak akan bisa masuk." Sooyun terpaksa tersenyum sangat tipis untuk membuat Boy percaya padanya.
"Baiklah, sekarang kau istirahat. Walaupun sulit, coba lupakan masalah ini sejenak dan istirahatlah dengan baik. Ingat! Kau sedang mengandung. Besok kita akan mulai mencari cara untuk membebaskan Jungkook, oke?" Boy mengusap kepala Sooyun dan wanita itu mengangguk.
Dengan langkah gontai, Sooyun berjalan masuk ke gedung apartemennya. Di sepanjang jalan dia mendapatkan tatapan tidak mengenakkan dari orang-orang di sana. Rasa kesal mulai menguasai Sooyun saat orang-orang dalam lift dengan terang-terangan menjaga jarak darinya. Tentu saja ini terjadi karena kasus Jungkook. Media pasti sudah membuat banyak statement negatif tentang Sooyun dan ayahnya.
Sooyun masuk ke kamarnya dan mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Perasaan hancur mungkin masih menguasai Sooyun. Tapi dia juga tidak boleh terlarut - larut dalam kesedihan karena bayi dalam kandungnya juga perlu dia ingat. Jika Sooyun stres maka itu akan berdampak buruk bagi calon anaknya.
Sooyun mengusap perutnya yang masih belum terlihat buncit dengan satu tangannya. Karena perbuatannya, bukan hanya Jungkook yang tersakiti tapi calon anak mereka juga menjadi korbannya. Jika Sooyun tidak bisa membuktikan kalau Jungkook tidak bersalah, bisa saja Jungkook akan dibui sangat lama.
Sooyunpun kembali menangis karena merasa tak kuasa menanggung masalahnya. Wanita meremas rambutnya untuk meluapkan kekesalannya. Belum puas menangis, Sooyun menegakkan kepalanya karena mendengar notifikasi dari ponselnya. Dia menghapus air matanya dan mengambil ponsel yang ada di dalam tas.
📩📩📩
Boy
Sooyun, istirahat!
Jangan menangis terus!
Sooyun
Iya
Boy
Good girl👍
Nice dream 😴
Sooyun
Too
📩📩📩
Sooyun melempar ponselnya ke tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. Dia berendam air hangat untuk menenangkan pikirannya yang kacau sampai akhirnya tertidur di dalam bath up.
Hawa dingin yang menusuk kulit membangunkan Sooyun pagi itu. Bukannya semakin relax, kepala Sooyun malah semakin pening. Badannya menggigil dan keningnya terasa hangat. Diapun segera keluar dari bath up dan membilas tubuhnya.
Sooyun memandangi termometer di tangannya dengan perasaan kesal. Dia terus merutuki dirinya yang ceroboh karena tertidur di dalam bath up sehingga membuatnya demam pagi ini. Dia juga sudah meminum obat penurun demam tapi suhu badannya masih tinggi.
Hacih ...!
Hacih ...!
Sekarang penderitaan Sooyun semakin bertambah. Sepertinya flu juga mulai menyerangnya. Sooyun menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dan mencoba untuk tidur lagi karena kepalanya semakin pusing.
Sooyun merasakan ada yang menyentuh dahinya. Sentuhan itu terasa dingin saat mengenai dahi Sooyun. Perlahan Sooyun membuka matanya dan menemukan Boy sudah duduk di sampingnya. Dengan cepat Sooyun menegakkan punggungnya dan merapikan rambutnya.
"Sejak kapan kau di sini?" tanya Sooyun.
"Baru saja, aku sudah mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi aku coba buka pintunya dan ternyata tidak dikunci," jelas Boy yang dijawab dengan anggukan oleh Sooyun.
"Aku kesini untuk mengantar mobilmu, ini kuncinya." Boy memberikan kunci mobil itu dan Sooyun mengambilnya. "Terima kasih," ucapnya.
"Kau demam Sooyun, aku akan mengantarmu ke dokter," kata Boy. Namun Sooyun menolak dan mengatakan kalau dia baik-baik saja.
"Aku mau menemui appa," ujar Sooyun.
"Sebaiknya kita ke kantor polisi dan melihat perkembangan kasus Jungkook. Aku mendapatkan informasi kalau pemeriksaan Jungkook sudah selesai jadi kita bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah itu aku akan mengantarmu menemui ayahmu," jelas Boy yang hanya diiyakan oleh Sooyun.
Sooyun bangkit dari sofa untuk berganti pakaian namun Boy menahannya. "Kau sudah sarapan, minum susu dan multivitamin?" tanya Boy. Pertanyaan itu semakin membuat Sooyun merindukan Jungkook tapi Sooyun harus terlihat kuat di hadapan Boy agar laki-laki itu menghawatirkan nya.
"Sudah Boy." Sooyun tersenyum tipis lalu pergi ke kamarnya.
Sooyun membuka lemari pakaian untuk mengambil bajunya. Terlihat pakaian Jungkook masih tertata rapi di hadapannya. Sooyun mengambil sebuah sweeter warna hitam milik Jungkook. Aroma pakaian Jungkook lagi-lagi membuat Sooyun merindukan laki-laki itu. Wanita itu berjongkok memeluk sweeter di tangannya dan menangis.
"Maafkan aku Kook, maafkan aku." Sooyun mulai sesegukan dan membuat sweeter itu basah dengan air matanya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Boy seraya mengetuk pintu kamar Sooyun. Boy mengkhawatirkan wanita itu karena terlalu lama di dalam kamar tanpa suara.
"Iya, Boy," sahut Sooyun dengan suara lantang untuk menutupi suaranya yang serak karena baru saja menangis. Sooyun kembali meletakkan sweeter milik Jungkook ke tempatnya dan segera berganti pakaian.
Sooyun mengambil botol parfum milik Jungkook di meja rias nya dan menyemprotkan ke badannya. Setidaknya Sooyun bisa merasakan keberadaan Jungkook di dekatnya dengan aroma parfum laki-laki itu. Setelah selesai bersiap, Sooyun keluar kamarnya dan mengajak Boy untuk berangkat ke kantor polisi.
Sesampainya disana Sooyun dan Boy disambut oleh barisan para wartawan yang tidak henti-hentinya mencari informasi tentang kasus Jungkook. Terlihat jelas kalau Sooyun takut menghadapi para wartawan itu.
"Tenanglah!" Boy tersenyum seraya memberikan masker kepada Sooyun. Dulu Sooyun memang tidak bisa dipisahkan dari benda itu namun sekarang traumanya sudah sembuh dan dia tidak memerlukannya lagi. Dia sebenarnya tidak membutuhkan masker lagi untuk menghadapi media tapi kali ini dia kembali ke posisinya yang dulu. Dia kembali takut saat berhadapan dengan media.
"Ayo!" ajak Boy saat membukakan pintu untuk Sooyun.
Tanpa ada kesulitan Boy bisa membawa masuk Sooyun ke dalam kantor polisi karena wartawan sepertinya sedang fokus mewawancarai seorang polisi. Boy dan Sooyun langsung pergi ke ruang kerja teman Boy yang sudah berjanji akan memberikan informasi tentang kasus Jungkook.
"Roger, apa yang sebenarnya terjadi sampai Jungkook ditangkap?" tanya Boy saat keduanya sudah duduk di hadapan Roger.
"Tuan Jung Jae Hwan tadi malam melapor kalau pelaku yang sebenarnya dalam kasus tabrak lari istrinya tahun lalu adalah Tuan Jeon Jungkook dan pelaku yang selama ini ditahan adalah pelaku bayaran yang disuruh oleh Tuan Jungkook," jelas Roger.
"Apa ada buktinya?" tanya Boy penasaran.
"Ada, pelaku yang diduga sebagai pelaku palsu itu mengatakan kalau dia adalah orang bayaran Jungkook," kata Roger. Sooyun seketika melebarkan matanya sedangkan Boy masih terlihat tenang.
"Maksudmu Jungkook membayar laki-laki itu untuk mengaku sebagai pelaku padahal pelaku yang sebenarnya adalah Jungkook?" tanya Boy yang dijawab dengan anggukan oleh Roger.
"Kalau boleh tahu waktu itu pelaku ditangkap berapa jam setelah kejadian?" tanya Boy lagi.
Roger menggeleng. "Ah tidak selama itu, kami menangkapnya 15 menit setelah kecelakaan itu terjadi," ujar Boy.
"Jika Jungkook memang sengaja membayar orang untuk menggantikan posisinya sebagai pelaku tentu saja itu akan memakan waktu. Tapi katamu pelaku ditangkap 15 menit setelah insiden kecelakaan. Apa mungkin Jungkook bisa melakukannya dalam waktu singkat?" Boy mengangkat sebelah alisnya.
"Tapi itu kenyataannya Boy."
"Apa ada bukti lain?"
"Ada, sebuah mobil BMW i8 yang ada di garasi milik ayah Jungkook adalah bukti yang kuat kalau Jungkook sudah merencanakan semua ini," jawab Roger. Lagi-lagi Sooyun membulatkan matanya.
"Maksudmu?"
"Plat nomor mobil itu palsu, tim kami sudah mencari tahu tentang informasi mobil itu semalaman dan ternyata benar. Mobil yang asli adalah mobil yang kami tahan selama ini. Saat di interogasi Jungkook mengatakan bahwa mobil di garasi itu adalah mobil miliknya yang dia simpan sejak setahun yang lalu karena tergores. Bukankah alasannya tidak masuk akal?"
Ternyata bukan hanya Sooyun yang menduga hal itu.
"Oh iya dia mengatakan kalau pada saat itu dia mendengar banyak rumor kecelakaan yang melibatkan mobil BMW i8 jadi dia lebih memilih untuk menyimpannya," lanjut Roger.
"Apa rumor itu benar?"
"Tidak, satu-satunya mobil BMW i8 yang mengalami kecelakaan adalah mobil milik Jungkook. Itulah sebabnya dugaan kami semakin kuat kalau Jungkook adalah pelakunya karena semua alasannya tidak jelas dan tidak mendasar seolah dia hanya mencari-cari alasan. Pihak kami juga baru mengetahui kalau mobil dengan plat nomor itu adalah mobil milik Jungkook," jelas Roger.
"Menurutmu apa alasan Jungkook membuat mobil dengan plat mobil palsu itu?"
Roger menyandarkan punggungnya ke kursi. "Dugaan kami, dia membuat mobil itu hanya sebagai siasat untuk mengelabui polisi," kata Roger.
"Kenapa kalian baru mengetahui kalau mobil itu adalah milik Jungkook? Kenapa selama ini kalian tidak mencari tahu kalau mobil itu milik Jungkook? Tentunya kalian bisa melacak nya dengan data kendaraan yang kalian punya kan?" tanya Boy.
"Itu satu hal yang juga janggal menurut kami. Kasus ini terjadi saat kepala polisi yang lama masih menjabat. Jadi kami kekurangan informasi yang detail tentang kasus itu. Termasuk kenapa pemilik mobil itu tidak dilacak."
Boy mengerutkan dahinya. "Kemana kepala polisi yang lama?"
"Dia ditahan sejak setahun yang lalu karena terlibat dengan banyak kasus suap dan bawahan yang bekerja sama dengannya juga ditangkap," jelas Roger.
"Kalau boleh tahu, apa saja yang dikatakan oleh pelaku palsu itu? Saat aku menginterogasinya dia memang mengaku kalau ada orang yang menyuruhnya tapi dia menolak untuk memberi tahuku siapa orangnya," tanya Boy untuk yang terakhir kalinya.
"Dia mengatakan kalau Jungkook yang menyuruhnya. Dia terpaksa menerima tawaran Jungkook karena dia butuh uang. Jungkook juga berjanji akan segera membebaskannya tapi sampai sekarang Jungkook tidak menepati janjinya. Jadi, sekarang dia mengatakan segalanya pada polisi agar dia bisa dibebaskan."
Penjelasan Roger seketika membuat Sooyun murka. Laki-laki itu ternyata memberikan kesaksian yang berbeda pada polisi. Padahal waktu dia dan Boy menginterogasinya, laki-laki itu bilang kalau dia mencuri mobil Jungkook dan dengan sengaja menabrak ibu Sooyun.
"Tapi orang itu berkata ka-" Sooyun mencoba untuk protes tapi Boy mencegahnya.
"Terima kasih Roger atas bantuanmu, mungkin aku akan meminta bantuamu lagi lain kali," kata Boy seraya menjulurkan tangannya.
Roger menjabat tangan Boy. "Sama-sama, tentu saja aku akan membantumu selagi aku bisa," katanya.
"Kami permisi ya?" Boy dan Sooyun bangkit lalu keluar dari ruangan itu.
"Kenapa kau mencegaahku?" tanya Sooyun kesal.
"Itu akan memperumit masalah ini. Lebih baik kita cari dulu bukti untuk membebaskan Jungkook. Setelah itu kita bisa memberikan laporan pada polisi," jelas Boy. Sooyun tidak tahu harus melakukan apa selain menurut pada Boy karena Sooyun yakin laki-laki itu pasti bisa membantunya menyelesaikan masalah ini.
Boy lalu mengajak Sooyun pergi dari sana. Laki-laki itu berjalan mendahului Sooyun yang ternyata masih terpaku di tempatnya. Menyadari wanita itu tidak berada di sampingnya, Boy pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan menemukan Sooyun masih berdiri di tempatnya dengan wajah murung.
"Boy, aku mau bertemu Jungkook," kata Sooyun
Boy menghela napas dan menghampiri Sooyun. Dia menggandeng Sooyun ke sebuah tempat yang tidak Sooyun ketahui apa namanya.
"Tunggu di sini!" Boy lalu pergi dari hadapan Sooyun. Sooyun menyandarkan punggungnya ke dinding dengan mengedarkan pandangannya. Lorong itu hanya dikelilingi dinding bercat abu-abu dan tidak terlalu banyak orang yang berlalu-lalang disana.
Tak lama Boy kembali. Dia lalu mengajak Sooyun ke lorong lain. Bedanya di sana ada beberapa bilik untuk bertemu dengan tahanan.
Boy membukakan pintu untuk Sooyun. "Masuklah!" ujarnya.
Sooyun menghela napas dan melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu. Tatapan tajam Jungkook seketika menyambut kedatangan Sooyun. Dia masih terlihat berantakan dan lebih buruk dari kemarin. Jungkook sedikit terkejut saat melihat wajah Sooyun yang terlihat pucat, berbarengan dengan itu Jungkook mencium aroma parfum miliknya. Dia merasa kalau Sooyun sengaja memakai parfum favoritnya itu.
"Untuk apa kau datang lagi?" tanya Jungkook sinis bahkan sebelum Sooyun duduk di kursinya.
"Aku ingin melihat keadaanmu." Suara Sooyun bergetar melihat Jungkook yang terlihat kacau. Jungkook menatap Sooyun tajam. Matanya selalu memancarkan amarah setiap kali berhadapan dengan Sooyun.
"Kau sudah melihat betapa hancur nya diriku kan? Sekarang pergilah!" Jungkook bangkit dan hendak keluar tapi suara Sooyun menahannya.
"Jika kau memang tidak bersalah, aku dan Boy akan berusaha mengeluarkan mu dari sini," ujar Sooyun. Tangan Jungkook melepaskan knop pintu itu dan berbalik menghadap Sooyun. Dia tersenyum miring dan berkata, "Seberapa besar keyakinanmu kalau aku tidak bersalah?"
Sooyun hanya diam. Jujur dia bingung harus percaya pada siapa sekarang. Tapi dalam hatinya dia berharap bisa membebaskan Jungkook, tidak peduli apakah laki-laki itu bersalah atau tidak.
"Kau saja tidak mempercayaiku." Jungkook terkekeh. "Sungguh malangnya aku, orang yang membenciku tengah menjebakku sedangkan orang yang katanya mencintaiku malah tidak mempercayaiku. Walaupun otakku selalu berpikir buruk tentangmu, tapi hatiku ingin aku percaya padamu. Percaya kalau kau benar-benar mencintaiku," lanjutnya.
"Namun kenyataannya, kau tidak percaya padaku. Jika kau sudah tidak mempercayaiku, lalu untuk apa kita pertahankan pernikahan ini?" tanya Jungkook. Sooyun yang mendengar ucapan Jungkook seketika melebarkan matanya. Kepala Sooyun semakin berdenyut dan pandangannya tiba-tiba menjadi buram. Dia merasa tubuhnya terjatuh ke lantai dan selanjutnya semua menjadi gelap.
Next gak nih?
Jangan lupa vote and comment ya 😊
I Purple U 💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro