Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 49

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Sooyun dan Boy memalingkan wajah bersamaan saat mendengar suara Jungkook dari arah belakang mereka. Tatapan intimidasi Jungkook seketika menciutkan nyali Sooyun untuk menatap suaminya itu.

Boy menunggu Sooyun untuk buka suara tapi wanita itu malah terus menunduk. "Kita hanya-"

"Dia hanya bercerita padaku tentang mobilnya yang hilang," sela Sooyun. Dia langsung mendapatkan tatapan bingung dari Boy karena jawabannya.

Jungkook mengangguk percaya dengan jawaban Sooyun. "Apa mobilmu sudah ditemukan?" tanya Jungkook.

Boy tidak tahu harus menjawab apa karena dia merasa mobilnya tidak hilang. Laki-laki itu terdiam cukup lama sampai  Sooyun memberinya kode untuk mengangguk.

"Sudah." Boy mengangguk dengan menunjukkan senyum kikuknya.

"Hey! Kalian sedang apa disana? Pizzanya sudah datang!" teriak Caroline dari arah ruang tamu. Sooyun yang mendengarnya langsung menarik Jungkook dan Boy pergi dari sana.

Dua box pizza berukuran besar sudah tersaji di atas meja. Saat di perjalanan menuju apartemen Sooyun, Boy memesan dua box pizza untuk dimakan bersama dalam rangka merayakan ulang tahun Sooyun.

Setelah menghabiskan 2 box pizza sambil berbincang, teman-teman Sooyun berpamitan untuk pulang. Mereka pulang saat jam menunjukkan pukul 9 malam. Banyak hal yang mereka perbincangkan, mulai dari cerita kehamilan Sooyun dan acara membujuk Jungkook agar mengizinkan Sooyun bekerja di kantor. Tapi hasilnya nihil, Jungkook bersikeras untuk tidak memberikan izin pada Sooyun.

Sebenarnya Sooyun juga ingin bekerja di kantor karena sekarang traumanya sudah sembuh. Namun, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya karena sekarang keputusan Jungkook adalah perintah yang harus dia turuti.

"Kau ingin bekerja di kantor?"

Jungkook yang baru datang merebahkan tubuhnya di samping Sooyun yang masih duduk bersandar di tempat tidur. Sooyun menggeleng seraya menunjukkan senyum tipisnya.

"Maaf aku tidak bisa memberimu izin," kata Jungkook.

Sooyun kembali tersenyum tipis. "Tidak masalah, aku mengerti kalau kau menghawatirkan anak kita," kata Sooyun lalu merebahkan tubuhnya di samping Jungkook.

Jungkook membelai rambut Sooyun. "Aku juga menghawatirkanmu," ujar Jungkook.

"Aku akan menjaga kesehatanku untuk anak kita," ucap Sooyun lalu memeluk Jungkook sampai dia tertidur dalam posisi mendekap suaminya itu.

Sooyun merenggangkan otot-otot tubuhnya saat baru terbangun di pagi hari. Tempat tidur di sampingnya sudah kosong dan pintu kamar mandi sedikit terbuka. Sepertinya Jungkook sudah pergi keluar kamar. Sebelum suaminya datang, Sooyun segera mengecek ponsel pemberian Boy untuk melihat apakah laki-laki itu sudah mengirimkan gambar plat nomor kendaraan yang dia maksud semalam atau belum.

Dugaan Sooyun benar, lelaki itu sudah mengirimnya. Dengan cepat Sooyun mengirim gambar itu ke ponselnya yang satu lagi untuk memudahkannya dalam penyelidikan karena tidak mungkin dia membawa ponsel pemberian Boy saat pergi bersama Jungkook nanti. Selesai dengan gambar itu, Sooyunpun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat keluar dari kamar mandi, Sooyun menemukan Jungkook dengan handuk mandi di lehernya sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Rambut acak-acakan dan senyuman kelinci juga menghiasi wajah tampan laki-laki itu.

"Kau dari mana?" tanya Sooyun.

"Membuat jus untuk menghilangkan rasa mual," kata Jungkook lalu masuk ke kamar mandi. Sepertinya anak mereka masih suka mengusik ketenangan Jungkook. Sooyun terkekeh dengan mengelus perutnya seraya berjalan menuju meja rias.

Sooyun memang terlihat diam saja tapi otaknya bekerja keras memikirkan cara agar Jungkook menunjukkan mobil itu kepadanya. Tanpa Sooyun sadari sedari tadi dia hanya mengaduk - aduk saladnya karena terlalu fokus berpikir.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Jungkook yang menyadari Sooyun sibuk dengan pikirannya. Namun istrinya tidak menjawab.

Jungkook melambaikan tangannya di depan wajah Sooyun dan wanita itu masih tetap tidak menyadarinya. Dengan gemas akhirnya Jungkook mencubit pipi Sooyun untuk membuyarkan lamunan wanita itu.

"Aww," pekik Sooyun yang terkejut dengan perlakuan Jungkook.

"Kau melamun, memangnya sedang memikirkan apa?" tanya Jungkook penasaran.

"Tadi pagi aku melihat iklan mobil di ponsel," kata Sooyun berbohong untuk memulai rencananya.

"Lalu?" Jungkook tidak mengerti maksud Sooyun.

"Mobilnya bagus."

"Kau ingin mobil baru?"

"Ah tidak, aku hanya suka dengan desain mobilnya." Sooyun senyum menunjukkan deretan giginya.

"Mobil apa memangnya?"

"BMW i8," jawab Sooyun hati-hati seraya memperhatikan raut wajah Jungkook dengan teliti. Laki-laki itu langsung menghentikan makannya dan menatap Sooyun intens. Sooyun tidak mengerti tatapan apa yang Jungkook lemparkan ke arahnya, tatapan yang sulit diartikan menurut Sooyun.

"Ada apa?" tanya Sooyun yang semakin penasaran dengan perubahan raut wajah Jungkook.

"Aku punya mobil BMW i8," ujar Jungkook.

Bingo, Sooyun rasanya ingin bersorak karena sudah berhasil memancing Jungkook untuk menunjukkan mobil itu kepadanya.

"Benarkah?" tanya Sooyun penuh semangat. Jungkook hanya mengangguk.

"Bisakah kau menunjukkannya padaku?" tanya Sooyun masih dengan penuh semangat.

"Tentu saja, tapi besok saja ya hari ini kan aku harus ke kantor," ujar Jungkook.

"Aku mau hari ini."

Jungkook terkekeh. "Kau terlihat bersemangat, apa ini keinginan anak kita? Apa kau sedang ngidam?" tanya Jungkook seraya mengusap kepala Sooyun.

"Sepertinya iya, sejak pagi aku terus memikirkan mobil itu," jawab Sooyun yang terpaksa berbohong demi keberhasilan rencananya.

"Baiklah, ayo pergi!" Jungkook meneguk segelas susu pisangnya lalu bangkit.

Sooyun mengedarkan pandangannya saat tiba di garasi milik ayah Jungkook. Setidaknya ada sekitar 20 mobil yang tertata dengan rapi di sana.

Sooyun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Jungkook yang berjalan di belakangnya. "Kenapa kau menyimpan mobilmu di sini?" tanya Sooyun.

"Di apartemenku tidak ada garasi pribadi,  jadi aku menitipkan mobil ku di sini," jelas Jungkook yang dijawab dengan anggukan oleh Sooyun.

"Ini mobilnya." Jungkook menunjuk sebuah mobil yang dilindungi oleh dinding kaca di hadapannya.

Mata Sooyun menatap setiap inci mobil itu. Mobil itu terlihat masih sempurna tapi Jungkook menyimpannya di balik dinding kaca seolah sudah tak ingin memakainya lagi. Pikiran Sooyun menerka-nerka alasan Jungkook melakukan semua ini tapi dia tidak akan menemukan titik terangnya jika tidak bertanya secara langsung pada Jungkook.

"Hey! Lagi-lagi kau melamun." Jungkook menangkup wajah Sooyun yang masih kebingungan.

"Ah aku hanya takjub melihat mobil ini." Sooyun tersenyum kikuk lalu kembali memandangi mobil itu.

"Sampai segitunya?" Jungkook tertawa mendengar jawaban Sooyun.

Jungkook berjalan mendekati sebuah tombol yang ada di dinding dekat tempatnya berdiri. Saat Jungkook menekan tombol itu, dinding kaca yang melindungi mobil tadi langsung terbuka.

"Mau coba naik?"

Pertanyaan Jungkook langsung dijawab dengan anggukan antusias oleh Sooyun. Dibantu oleh Jungkook, Sooyun masuk ke mobil itu.

"Mobilnya masih bagus, kenapa kau tidak memakainya lagi?" tanya Sooyun saat keluar dari mobil.

Jungkook tidak menjawabnya, dia malah menggandeng tangan Sooyun dan membawanya ke sisi lain mobil itu. Dia menunjukkan sebuah goresan yang tidak terlalu besar tapi masih bisa terlihat sangat jelas.

"Tergores?" Sooyun menyentuh goresan itu dengan tangannya.

"Iya, aku juga tidak tahu dari mana asalnya goresan ini," kata Jungkook dengan wajah lesu.

"Maksudmu?"

"Tahun lalu tepat sebulan setelah aku membeli mobil ini, aku memakainya untuk pergi menemui seseorang di cafe. Saat aku mau pulang aku sudah menemukan goresan ini. Aku langsung menemui pihak Cafe untuk mengecek CCTV di area parkir tapi anehnya CCTV itu sempat mati 20 menit dan aku tidak menemukan bukti apapun malam itu. Jadi sejak saat itu aku menyimpan mobil ini dan tidak pernah mengeluarkannya lagi," jelas Jungkook.

"Kapan peristiwa itu terjadi?" tanya Sooyun buru-buru.

"13 mei tahun lalu."

"Jam berapa kau keluar dan jam berapa kau pulang malam itu?"

"Aku keluar rumah sekitar jam 7 malam dan pulang sekitar jam 8 malam."

Sooyun ingat betul tanggal itu. Tanggal dimana semua kehidupan dan kebahagiaannya direnggut oleh kepergian ibunya. Ya, tanggal itu adalah tanggal yang sama disaat kecelakaan ibu Sooyun terjadi.

"Kenapa kau bertanya sedetail itu?" Jungkook terkekeh. Sooyun menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung yang tidak bisa dia sembunyikan.

"Kenapa kau tidak memperbaikinya saja? Ini hanya goresan," ujar Sooyun dengan tatapan nanar.

"Kau benar, ini hanya goresan. Tapi pada saat itu ada insiden yang membuatku lebih memilih untuk menyimpannya dari pada memperbaikinya. Peristiwa itu masih janggal bagiku jadi biar saja mobil ini tetap begitu," kata Jungkook lalu menggandeng Sooyun untuk turun tapi wanita itu menolaknya. "Tolong fotokan aku bersama mobil ini," pinta Sooyun yang langsung diiyakan oleh Jungkook.

Pikiran Sooyun masih belum tenang bahkan setelah dia mengetahui semuanya dari Jungkook. Setelah dia mendengar penjelasan Jungkook, semuanya terdengar semakin sulit dimengerti. Alasan Jungkook terdengar tidak masuk akal tapi Sooyun juga tidak bisa mengatakan kalau suaminya itu berbohong padanya.

"Sayang?" Jungkook mengusap kepala Sooyun dengan satu tangannya.

"Emm?"

"Kau memikirkan apa?"

"Ah, tidak ada. Jungkook-ah, bisakah kau turunkan aku di kantor? Aku ada urusan sebentar di sana," ujar Sooyun. Dia tidak berbohong, dia memang ada urusan di kantornya lebih tepatnya ada urusan dengan Boy.

"Mau aku tunggu?" tanya Jungkook saat memberhentikan mobilnya di depan kantor Sooyun.

Sooyun menggeleng. "Tidak perlu, nanti aku bisa naik taksi," katanya.

"Baiklah, nanti hubungi aku saat sampai di apartemen ya?" Jungkook mencium kening Sooyun sebelum wanita itu keluar dari mobilnya.

Sooyun mempercepat langkahnya menuju ruangan Boy. Dia berharap laki-laki itu masih ada di ruang kerjanya. Setelah mengetuk pintu ruangan Boy dua kali, Sooyun membuka pintu itu perlahan.

"Sooyun? Masuklah!" Boy terlihat sedikit terkejut lalu dia menutup semua berkas di atas mejanya saat melihat kedatangan Sooyun.

"Ada apa?"

Sooyun tidak menjawab, dia hanya menunjukkan gambar yang tadi dia ambil bersama mobil milik Jungkook. Mata Boy melebar, tangannya meraih ponsel Sooyun di atas meja dan melihat gambar itu lebih dekat. Plat nomor itu memang sama persis dengan mobil yang digunakan pelaku malam itu. Tapi mobil yang digunakan pelaku tentu saja sudah diamankan oleh polisi, lalu bagaimana bisa mobil ini ada pada Jungkook batin Boy.

"Bagaimana bisa?" tanya Boy seraya mengembalikan ponsel milik Sooyun.

Sooyun menghela napas panjang sembari menyandarkan punggungnya ke kursi. "Aku juga bingung, Boy" kata Sooyun dengan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Apa saja informasi yang kau dapatkan dari Jungkook?"

"Dia mengatakan kalau setahun yang lalu tepat dihari ibukku kecelakaan. Jungkook pergi menemui seseorang di sebuah Cafe. Saat dia keluar dari Cafe, dia sudah menemukan goresan di mobilnya. Dia sudah mencoba mengecek CCTV tapi anehnya CCTV sempat mati sehingga dia tidak bisa menemukan bukti," jelas Sooyun.

"Berarti sejak saat itu dia hanya menyimpan mobil itu?" tebak Boy dan dijawab dengan anggukan oleh Boy.

"Kenapa dia tidak memperbaikinya saja? Itu kan hanya goresan," kata Boy yang semakin bingung.

"Aku juga berpikir begitu."

Boy menyatukan jarinya di atas meja. "Hanya ada 2 kemungkinan, Yoon. Jungkook sengaja menyembunyikan mobil itu atau dia memang hanya ingin menyimpannya. Tapi jika alasan dia menyimpan mobil itu hanya karena goresan, bukankah itu terdengar mencurigakan?"

"Maksudmu kemungkinan besar dia sengaja menyembunyikan mobil itu? Lalu untuk apa dia menyembunyikannya Boy?" tanya Sooyun mulai gusar.

"Karena polisi sedang memburu mobil itu," jawab Boy.

"Tapi buktinya polisi tidak menangkapnya dan polisi malah menemukan mobil yang sama dengan tersangka lain yang mengemudikannya," bela Sooyun. Dia masih sulit untuk menerima opini kalau Jungkook ah pelaku yang sebenarnya.

"Akkhh, aku juga semakin pusing Yoon." Boy mengacak rambutnya kasar karena dia juga mulai gusar.

Soooyun tertunduk menyembunyikan air matanya. "Maaf sudah membuatmu ikut masuk ke dalam masalahku," ucap Sooyun seraya menghapus air matanya.

Melihat Sooyun menangis, Boy langsung menegakkan punggungnya. Dia meraih tangan Sooyun dan menggenggamnya. "Yoon, aku tulus ingin membantumu. Jangan pernah merasa bersalah lagi! Ok?" Lelaki itu menunjukkan senyumannya.

"Aku tahu masalah ini berat untukmu, tapi tolong jaga kesehatanmu. Jangan sampai stres! Kasihan calon keponakanku," lanjut Boy tapi Sooyun tetap diam.

"Yoon, boleh aku memberimu saran?"

Sooyun menghapus air matanya dan mengangkat wajahnya menatap Boy. "Tentu."

"Bagaimana kalau kau minta ayahmu untuk melupakan masalah ini?"

"Dengan alasan apa? Apa aku harus memberitahunya kalau aku sangat mencintai Jungkook? Atau aku harus memberitahunya kalau aku sedang hamil anak Jungkook? Apakah aku juga harus mengemis pada ayahku untuk memaafkan Jungkook agar anakku tidak lahir tanpa ayah?" Sooyun tersenyum nanar berbarengan dengan air mata yang kembali membasahi pipinya.

"Yoon ... ."

"Bukannya memaafkan Jungkook. Ayahku mungkin akan menghabisi Jungkook sekarang juga jika aku mengatakan semua itu. Aku mengenal dengan baik seperti apa ayahku dan dia tidak sebaik itu, Boy," kata Sooyun penuh emosi. Air matanyapun semakin deras membasahi pipi wanita cantik itu.

Boy bangkit dari duduknya dan menghampiri Sooyun. Dia sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menatap Sooyun. "Aku janji akan membantumu menyelesaikan masalah ini. Aku janji Jungkook akan baik-baik saja, hidupku yang menjadi taruhannya. Tapi tolong berhentilah menangis!" Boy menarik Sooyun dalam pelukannya dan mengusap kepala wanita itu. Sampai tidak terasa air mata juga sudah membasahi pipi Boy. Laki-laki itu lagi-lagi menangis karena tidak tega melihat Sooyun menangis di hadapannya.

Ya ampun maap upnya kemaleman. Seharian aku pergi bareng temen-temen pulangnya eh malah tepar dan lupa mau updet 😭

Tapi ini masih malam minggu kan? Jadi tujuan ku menghibur kaum jombs di malam minggu terpenuhi kan?😂 eh canda😂

Angkat suara yang udah gak sabar buat Next???

Next chapter kayaknya sedikit menguras emosi jadi persiapkan diri dulu ya😂

Jangan lupa vote and comment ya 😊

I Purple U 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro