Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 43

"Sooyun! Apa maksud perkataan ayahmu?" tanya Boy yang muncul dari balik dinding.

Sooyun melebarkan matanya, bagaimana dia bisa lupa kalau ada Boy di apartemennya. Walaupun dalam hatinya tengah bergemuruh, Sooyun berusaha untuk memasang wajah datarnya.

"Apa yang kau dengar?" tanya Sooyun dengan wajah tanpa ekspresi.

"Aku mendengar semuanya, aku tahu kau dan ayahmu ingin membunuh Jungkook" kata Boy. Raut wajahnya sangat tegas, dia sebenarnya sangat bingung tapi dia juga sangat terkejut setelah mendengar semuanya.

"Jungkook?" Sooyun berusaha untuk berkelit.

"Iya, Jeon Jungkook. Suamimu kan?"

Sooyun seketika tergagap, ternyata Boy tahu tentang Jungkook padahal Sooyun belum menceritakan apapun tentang suaminya itu pada Boy. Sooyun bahkan tidak memberitahukan nama suaminya pada Boy.

"Kau pikir aku tidak tahu? Suamimu itu orang penting Sooyun. Dia salah satu pengusaha paling berpengaruh di Paris. Aku sangat mudah mengenalinya saat tadi kita memata-matai dia" jelas Boy.

Boy memang benar, bagaimana bisa Sooyun berpikir Boy tidak akan mengenali Jungkook. Rasanya Sooyun merasa sangat menyesal sudah meminta bantuan Boy untuk memata-matai Jungkook tadi.

"Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal seperti ini" Boy tersenyum miring, merasa tidak percaya Sooyun yang dia kenal bisa merencanakan hal sejahat itu.

"Boy, aku akan jelaskan padamu" ujar Sooyun. Boy hanya diam menunggu Sooyun melanjutkan ucapannya.

"Sejak awal aku memang menikah dengan Jungkook hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tidak ada niatan untuk membunuhnya. Aku hanya ingin membuatnya mencintaiku setelah itu akan meninggalkannya agar dia merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat dicintainya seperti apa yang aku rasakan saat kehilangan ibuku-" setetes air mata Sooyun turun membasahi pipinya di saat dia tengah bercerita.

"Namun, appaku tiba-tiba ingin aku membunuhnya" kaki Sooyun merasa sangat lemas sampai dia terduduk di lantai dengan menutup wajahnya.

"Tapi, kau tidak bisa melakukannya karena kau sangat mencintainya?" tanya Boy.

Sooyun menghapus air matanya, "Aku tidak punya alasan untuk tidak jatuh cinta pada Jungkook" ujar Sooyun masih dengan posisinya yang terduduk di lantai.

"Jika ayahmu ingin membunuhnya. Kenapa dia tidak melakukannya sendiri? Kenapa dia harus menyuruhmu? Ayahmu itu punya banyak anak buah yang bisa membunuh Jungkook dengan mudah. Bukankah ini semua terasa aneh?"

Sooyun mengangkat kepalanya menatap Boy merasa perkataan Boy ada benarnya.

"Sekarang coba kau pikir. Jika seandainya kau berhasil membunuh Jungkook. Apa kau akan lolos begitu saja? Jungkook bukan orang biasa Sooyun. Jika kau tidak melakukan tindakan apapun setelah Jungkook meninggal secara tiba-tiba, semua orang akan mencurigaimu. Lalu apa yang akan kau lakukan? Melaporkan kasus kematian Jungkook kepada polisi? Kau mau menjerumuskan dirimu sendiri? Lalu apakah kau yakin ayahmu itu akan membantumu keluar dari masalah itu? Tidakkah kau berpikir ayahmu itu seolah ingin mengorbankanmu dalam masalah ini?" kata Boy panjang lebar.

Semua perkataan Boy terdengar masuk akal meski rasanya ayah Sooyun terdengar sangat jahat dalam opini Boy. Bahkan semua perkataan Boy tidak pernah terbesit di pikiran Sooyun. Boy memang sangat pandai dalam menyelesaikan permasalahan.

"Sooyun kau ini sedang dimanfaatkan" lanjut Boy seraya membantu Sooyun untuk berdiri lalu dia mendudukkan Sooyun di sofa.

"Apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Boy.

"Kau sangat mencintai Jungkook kan?" tanya Boy lagi.

Bagaimana Sooyun bisa menjawab pertanyaan dari laki-laki yang masih mencintainya itu. Sooyun hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Akan ku pastikan dia baik-baik saja untukmu" Boy menarik Sooyun ke dalam pelukannya. Dia tidak mau Sooyun melihat air matanya. Iya, Boy menangis. Hatinya memang sakit saat tahu Sooyun mencintai laki-laki lain tapi, hatinya akan semakin sakit jika dia melihat Sooyun sedih saat kehilangan laki-laki yang dia cintai.

"Terima kasih" kata Sooyun dalam dekapan Boy. Boy segera menghapus air matanya dan melepaskan pelukannya.

"Tunggu dulu, jika Jungkook memang membunuh ibumu berarti dia dulu pernah dipenjara karena kasus itu?" tanya Boy yang masih penasaran dengan masalah Sooyun.

"Tidak, dia tidak dipenjara karena ada seseorang yang mengaku mengendarai mobil Jungkook malam itu. Pelaku itu tidak menyebut nama Jungkook sama sekali karena itu Jungkook tidak disangkut pautkan dengan masalah ini" jelas Sooyun.

Alis Boy bertautan, dia kembali merasa ada yang ganjil dengan penjelasan Sooyun. "Jika bukan Jungkook yang mengendarai mobil itu lalu kenapa kau dan ayahmu ingin balas dendam pada Jungkook?"

"Menurut appaku, keluarga Jungkook sudah membuat konspirasi yang membuat Jungkook lolos dari masalah itu dengan menyuruh orang lain untuk mengaku sebagai pelakunya" jelas Sooyun.

"Bagaimana bisa ayahmu menyimpulkan hal seperti itu? Ada buktinya?" tanya Boy, Sooyun menggeleng lemah.

"Ah, ini semakin membuatku yakin kalau ada hal yang tidak benar dalam masalahmu. Kau tenang saja aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini dan ku pastikan kau tidak akan kehilangan Jungkook" Boy mengusap kepala Sooyun.

"Aku pamit dulu ya?" Boy bangkit dan merapikan jasnya. Sooyun mengangguk, "Terima kasih banyak, Boy" ucap Sooyun yang dibalas dengan senyuman manis Boy.

Saat Boy keluar dari apartemen Sooyun dia bertemu dengan Jungkook di koridor apartemen tapi Boy tidak menyapanya dan pergi begitu saja. Sedangkan Jungkook menyadari kalau laki-laki itu baru saja keluar dari apartemen tempatnya dan Sooyun. Jungkook mempercepat langkahnya dan membuka pintu apartemennya dengan kasar.

"Siapa laki-laki itu?" tanya Jungkook pada Sooyun yang masih duduk di sofa ruang tamu. Sooyun hanya diam karena terkejut dengan kedatangan Jungkook.

"Apa memasukkan laki-laki ke apartemen tanpa izin ku sudah menjadi kebiasaanmu?" tanya Jungkook dengan nada bicaranya yang meninggi.

"Dia temanku" jawab Sooyun dengan nada bicara yang juga meninggi karena tersulit emosi dengan ucapan Jungkook.

"Teman?" Jungkook tersenyum miring.

"Sebenarnya seberapa banyak teman laki-laki mu?" Tanya Jungkook.

"Katanya kau punya trauma dengan laki-laki tapi kau dengan mudahnya bisa memasukkan laki-laki ke apartemen saat aku tidak ada. Kau ini sebenarnya wanita macam apa?"

"JUNGKOOK-AH! HENTIKAN UCAPANMU!" bentak Sooyun berbarengan dengan air mata yang keluar membasahi pipinya.

"Bisakah kau berkaca sebelum bicara? Kau juga punya banyak teman wanita. Sheyra, Angela dan mungkin masih banyak lagi yang aku tidak tahu" balas Sooyun.

"Mereka hanya temanku" kata Jungkook membela diri.

"Mereka juga temanku" kata Sooyun tidak mau kalah.

"Tapi aku tidak pernah membawa mereka masuk ke apartemen saat kau tidak ada" ujar Jungkook masih saja membela dirinya.

"Tapi aku tidak pernah mencintai sahabat ku sendiri" balas Sooyun yang langsung membungkam Jungkook.

"Akkhh" gusar Jungkook lalu kembali keluar dari apartemen. Niatnya pulang untuk mengantar Sooyun ke kantor pupus karena masalah ini tiba-tiba datang.

Sooyun membiarkan Jungkook pergi tanpa ada niatan untuk melarangnya. Dia sudah sangat kesal pada Jungkook yang melakukan apapun semaunya tanpa memikirkan perasaan Sooyun. Lalu untuk menenangkan pikirannya Sooyun memilih berendam di bath up sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan.

"Sooyun-ah!"

Sooyun membuka matanya perlahan saat samar-samar mendengar suara Jungkook yang memanggil namanya.

"Kenapa kau tertidur di sini?" Jungkook tampak panik seraya merapikan rambut Sooyun yang berantakan terkena air.

"Aku ketiduran" jawab Sooyun dengan suara lemah. Dia tertidur cukup lama di dalam air sampai tubuhnya terasa lemas.

Tanpa mengucapkan apapun Jungkook langsung mengangkat tubuh Sooyun dari bath up dan menurunkan Sooyun di samping bath up lalu Junhkook dengan cepat pergi mengambil handuk dan baju mandi milik Sooyun. Dia menutup tubuh Sooyun dengan pakaian itu dan memberikan handuk itu kepada Sooyun untuk mengeringkan rambutnya. Tidak mau Sooyun merasa kedinginan Jungkook kembali mengangkat tubuh Sooyun dan membawanya keluar kamar mandi.

"Tunggu di sini!" kata Jungkook setelah menidurkan Sooyun di tempat tidur. Kemudian Jungkook meninggalkan Sooyun.

Tak lama Jungkook kembali dengan susu hangat dan makanan untuk Sooyun.

"Makan dulu ya?" Jungkook membantu Sooyun untuk bersandar di tempat tidur dan mulai menyuapi Sooyun dengan makanan yang tadi dibelinya. Sebelum pulang dari kantor, Jungkook membeli makanan sehat untuk Sooyun sebagai tanda permintaan maafnya karena sudah membentak Sooyun tadi siang.

Rasa marahnya pada Jungkook mulai reda melihat perlakuan manis laki-laki di hadapannya itu. Tapi, Sooyun masih saja diam dan tidak bicara apapun.

"Minum multivitaminnya setelah itu habiskan susunya!" titah Jungkook yang tidak dijawab oleh Sooyun. Tapi wanita itu tetap melakukan apa yang diminta suaminya.

"Maafkan aku ya?" ujar Jungkook seraya mengambil gelas kosong dari tangan Sooyun. Sooyun hanya mengangguk tanpa suara.

"Maaf sudah membentakmu tadi"

"Iya" seulas senyuman tercetak di bibir Sooyun.

"Aku me-"

Ucapan Jungkook tercekat saat Sooyun langsung memeluknya. Jujur Sooyun sangat merindukan Jungkook. Akhir-akhir ini Jungkook seperti sibuk dengan urusannya bersama Angela sampai Sooyun merasa ada jarak di antara keduanya.

"Aku merindukanmu" kata Sooyun seraya mempererat pelukannya.

"Maaf karena aku terlalu sibuk" kata Jungkook dengan mengusap kepala Sooyun.

Sooyun melepaskan pelukannya, dia menatap wajah suaminya itu lekat lalu dengan cepat mencium bibir Jungkook. Jungkook yang mendapatkan ciuman tiba-tiba dari Sooyun hanya diam karena terkejut dengan perlakuan istrinya itu.

Satu tangan Sooyun memegang pipi Jungkook dan tangannya yang lain menahan tengkuk leher Jungkook. Sooyun menjeda ciumannya sebentar lalu kembali mencium suaminya itu dengan lembut.

Kurang lebih 5 menit Sooyun mencium Jungkook, dia melepaskan ciumannya perlahan lalu Sooyun mengusap bibir Jungkook yang basah dengan ibu jarinya dan mengakhiri ulahnya dengan mencium kilat bibir Jungkook.

"Kau bahkan tidak membalas ciumanku" dengus Sooyun seraya terkekeh.

"Bagaimana bisa kau seagresif itu di hadapan anak kita?" kata Jungkook dengan melirik perut Sooyun yang masih datar.

"Agresif? Aku hanya mencium mu. Mau aku tunjukkan bagaimana sisi diriku yang sangat agresif?" goda Sooyun dengan menggigit bibirnya sendiri.

"Cukup! Jangan seperti itu!" kata Jungkook lalu berlari ke kamar mandi. Sooyun yang melihat tingkah suaminya itu tertawa karena berhasil menggoda Jungkook sampai wajah laki-laki itu memerah.

Sooyun segera berganti baju saat Jungkook masih di dalam kamar mandi. Tak lupa dia memakai jaket tebalnya karena dia merasa sangat kedinginan setelah berendam cukup lama tadi.

Mata Sooyun melihat ada sebuah bingkisan di atas nakas yang baru dia sadari. Dia segera membuka bingkisan itu dan ternyata isinya adalah ponsel baru. Jungkook ternyata sudah membelikan ponsel baru untuk Sooyun.

"Kau suka?" tanya Jungkook yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Suka, terima kasih" kata Sooyun yang terlihat sangat bersemangat dengan ponsel barunya.

"Jangan di banting lagi!" kata Jungkook seraya mengacak rambut Sooyun. Sooyun hanya terkekeh sembari menjelajahi ponsel barunya itu.

Saat Sooyun tengah asik memainkan ponsel barunya tiba-tiba ada yang mengetuk pintu apartemennya. Karena Jungkook sedang sibuk berganti baju, akhirnya Sooyun yang membukakan pintu.

Mata Sooyun membulat melihat Boy yang ternyata datang ke apartemennya.

"Boy!"

"Ini untukmu" kata Boy seraya memberikan sebuah bingkisan kepada Sooyun.

"Apa ini?"

"Ponsel"

"Ah, Jungkook sudah membelikan ku ponsel baru Boy. Maaf ya" Sooyun ingin mengembalikan bingkisan itu kepada Boy tapi Boy menolaknya.

"Ambil saja, ini sangat penting" kata Boy.

"Sayang! Siapa yang datang?" tanya Jungkook dari dalam, sepertinya laki-laki itu tengah berjalan ke arah pintu.

Terima kasih banyak buat 15K nya😚😚😚

Next??

Jangan lupa vote and comment ya 😊

I Purple U 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro