Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 19

"Sooyun-ssi! Ada apa?" tanya Jungkook setengah berbisik.

"Tolong aku, hiks" isakan mulai keluar dari mulut Sooyun karena dia sudah tidak bisa menahan untuk tidak menangis.

Jungkook seketika panik saat mendengar isakan dari Sooyun. Dia berusaha menegakkan kepala Sooyun tapi wanita itu terus memeluknya erat dan menyembunyikan wajahnya. Tangan kiri Jungkook bergerak mempererat dekapan nya dan tangan kanannya terus mengelus kepala Sooyun.

"Tenang ya" ujar Jungkook walaupun sebenarnya dia tidak tahu kenapa Sooyun tiba-tiba menangis.

Isakan Sooyun perlahan mereda. Jungkook juga bisa merasakan kalau tubuh Sooyun tidak lagi gemetar dan cengkeraman tangan Sooyun di baju Jungkook juga mulai mengendur. Tak lama Jungkook bisa mendengar napas Sooyun yang teratur, istrinya ternyata sudah tertidur kembali dalam pelukannya.

Mata Jungkook memberat karena perjalanan panjang mereka dari Paris ke Korea Selatan yang kurang lebih membutuhkan 12 jam waktu di perjalanan dan sekarang masih 7 jam perjalanan artinya masih kurang 5 jam perjalanan yang harus mereka tempuh. Mulutnya tidak berhenti menguap sejak 15 menit yang lalu dan matanya pun sesekali tertutup tanpa sengaja.

Setiap kali matanya tertutup Jungkook dengan cepat melebarkan matanya agar tidak tertidur dan tetap terjaga. Sooyun yang ada di dekapan nya menjadi alasan Jungkook untuk tetap membuka mata. Wanita yang selalu terlihat tegar itu menangis untuk pertama kalinya di depan Jungkook dan membuat Jungkook merasa khawatir hingga sekarang.

Saat matanya terbuka saja Sooyun masih bisa menangis apalagi saat matanya tertutup dan tidak bisa mengawasi Sooyun, pikir Jungkook.

Sooyun menggeliat dalam dekapan Jungkook. Wanita itu mengangkat kepalanya menatap Jungkook tanpa melepaskan pelukannya dan mendapati Jungkook dengan mata melebar karena sedang menahan diri untuk tidak tertidur.

"Kau mengantuk?" tanya Sooyun lalu terkekeh gara-gara melihat raut wajah Jungkook.

"Bisa-bisa nya kau tertawa, aku menahan diri untuk tidak tidur karena mu" kata Jungkook kesal.

"Kenapa?"

"Kau tadi menangis dan membuatku panik. Aku tidak bisa tidur setelah melihatmu menangis. Kau kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jungkook. Sooyun malah memalingkan wajahnya untuk melihat laki-laki asing yang ada di sampingnya, rupanya dia sedang tidur. Itu membuat Sooyun merasa sedikit tenang.

"Sooyun-ssi!"

"Ah, aku baik-baik saja. Kau tidurlah sekarang!"

Sooyun melepaskan pelukannya dan duduk dengan tegak di kursinya. Jungkook yang sudah tidak kuat menahan mata beratnya menurut pada Sooyun. Dia bergantian meletakkan kepalanya di bahu Sooyun sembari memeluk lengan kanan Sooyun.

"Jangan senang dulu! Aku begini karena aku lupa membawa bantal leher" kata Jungkook untuk mempertahankan harga dirinya.

Sooyun kembali terkekeh mendengar ucapan Jungkook. "Jangan banyak bicara! Cepat tidur!" Sooyun mengusap kepala Jungkook.

Rubik dalam pangkuan Jungkook mencuri perhatian Sooyun. Ia mengambilnya dan mulai mengotak-atik rubik milik Jungkook yang awalnya sudah tertata.

Hampir satu jam Sooyun memainkan rubik tapi balok warna-warni itu tidak kunjung terselesaikan.

"Butuh bantuan?" bisik orang di samping Sooyun. Itu bukan suara Jungkook melainkan suara orang asing di samping Sooyun yang tadi membuatnya ketakutan.

Saking terkejutnya Sooyun sampai menjatuhkan rubik nya. Matanya tidak berani bergerak untuk melirik lelaki itu. Degup jantungnya kembali berpacu. Rasa takutpun mulai menguasai diri Sooyun hanya dengan mendengar suara lelaki itu.

Ternyata benar ucapan Jaehyun. Sooyun nyatanya belum sembuh dari traumanya. Bahkan tidak ada perubahan yang signifikan dari dirinya yang sekarang dengan dirinya delapan tahun yang lalu.

Tangan Sooyun yang mulai mengeluarkan keringat dingin menggenggam tangan Jungkook yang sedari tadi memeluk lengannya.

"Cantik! Boleh aku mengenalmu?"

Sooyun langsung pura-pura tertidur agar lelaki asing itu tidak mengganggunya lagi. Meskipun sebenarnya dia hampir mati ketakutan, Sooyun masih berusaha untuk tidak menangis dan tidak membangunkan Jungkook yang terlelap.

Suara lelaki asing itu tidak terdengar lagi dan membuat Sooyun sedikit tenang. Tapi tiba-tiba ada tangan yang hinggap di punggungnya membuat Sooyun tidak bisa menahan diri lagi. Dia teriak dengan sangat keras sampai membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arahnya tidak terkecuali Jungkook yang terbangun dari tidurnya karena teriakan Sooyun.

Jungkook segera memeluk Sooyun dengan erat berusaha menenangkan Sooyun yang masih menangis histeris setelah berteriak. Beberapa awak pesawat mulai berdatangan ke kursi mereka untuk melihat apa yang terjadi. Namun, tubuh Sooyun melemas dan tidak sadarkan diri dalam pelukan Jungkook.


Mereka sudah sampai di hotel sejam yang lalu dan Sooyun masih bungkam sejak kejadian di pesawat tadi. Sejak Jungkook pindah ke Swiss, dia menjual apartemen miliknya karena dia tidak berpikir untuk kembali ke Korea lagi. Itu sebabnya mereka tinggal di hotel selama mereka berada di Korea.

Mata Sooyun menatap kosong ke arah bangunan pencakar langit di hadapannya. Dia belum bisa menenangkan diri dan masih merasa takut. Namun, dirinya menolak untuk terlihat lemah karena dia tidak mau Jungkook mencurigainya.

"Kita makan malam sekarang ya?" bisik Jungkook di samping Sooyun. Wanita itu secara refleks menjauh seolah menjaga jarak dengan Jungkook.

"Aku tidak lapar" jawab Sooyun lalu pergi ke kamar mandi.

Sooyun menatap dirinya dari pantulan cermin di hadapannya. Namun, yang terlihat adalah bayangan kejadian 8 tahun lalu yang membuatnya menderita hingga sekarang. Kejadian itu tidak pernah menghilang dari ingatan Sooyun meskipun Jaehyun sudah sering berusaha menghilangkannya.

Tangan Sooyun mencengkeram rambutnya keras berharap bayangan itu menghilang dari pikirannya. Semakin jelas membuat kepala Sooyun kembali berdenyut dan teriakan pun tidak bisa tertahan.

Dengan sekali dobrakan Jungkook bisa membuka pintu kamar mandi yang terkunci. Dia menemukan Sooyun yang tengah menarik rambutnya sendiri terduduk di lantai kamar mandi dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Kau kenapa?"

Jungkook berusaha melepaskan tangan Sooyun yang mencengkeram rambutnya sendiri dengan kuat. Saat sudah terlepas, Jungkook segera memeluk Sooyun. Jungkook mengusap punggung Sooyun agar dia berhenti menangis.

"Ada apa, Sooyun-ah?" Jungkook melepaskan pelukannya dan menatap Sooyun lekat. Mata yang tengah menatap Jungkook tidak seperti mata Sooyun yang biasanya penuh keceriaan dan kekesalan. Jungkook hanya bisa melihat kesedihan yang terpancar dari tatapan mata Sooyun saat ini.

"Apa yang terjadi saat aku tidur, hmm?"

Jungkook menghapus air mata di pipi Sooyun. Ia mengambil ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Sooyun dan mengikat rambut Sooyun yang terurai. Sooyun hanya menunduk tanpa ada niatan menjawab pertanyaan Jungkook.

"Baiklah jika kau tidak mau bercerita, kau masih bisa mandi sendiri kan?"

Kepala Sooyun langsung terangkat mendengar pertanyaan Jungkook. Ia melemparkan tatapan sinis ke arah Jungkook yang sepertinya sedang menggodanya.

"Tentu saja, pergilah!" Sooyun bangkit lalu mendorong tubuh Jungkook agar keluar dari kamar mandi.

Jungkook masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Sooyun saat dirinya tertidur di pesawat tadi. Sebenarnya dia sedikit curiga pada lelaki asing yang duduk di samping Sooyun karena lelaki itu terlihat sangat ketakutan saat Sooyun berteriak. Tapi Jungkook tidak bisa menuduhnya karena Sooyun tetap bungkam dan tidak mau menceritakan yang sebenarnya pada Jungkook.

"Kau masih tidak mau makan?" tanya Jungkook saat Sooyun baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kita makan di sini saja ya, aku tidak mau keluar kamar" kata Sooyun. Jungkook hanya mengiyakan permintaan Sooyun, wanita itu bisa menolak untuk makan malam jika Jungkook tidak menuruti permintaannya.

Setelah selesai makan malam mereka rebahan di atas tempat tidur dalam suasana hening. Jungkook berkutat dengan pikirannya yang masih penasaran tentang apa yang terjadi pada Sooyun saat di pesawat. Dia memikirkan cara agar Sooyun mau menceritakan kejadian tadi padanya. Sedangkan Sooyun sibuk memikirkan trauma yang kembali menguasai dirinya. Sooyun bahkan tidak berani untuk keluar dari kamarnya sekarang, yang dia takuti jika besok Jungkook akan mengajaknya keluar dan dia tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan pada Jungkook.

"Sooyun-ah!"

Sooyun menoleh kan kepalanya ke arah Jungkook yang tidur di sampingnya.

"Kita hanya semalam di sini. Besok kita pergi ke pulau saja. Kau mau mengunjungi pulau apa?"

Baru saja dipikirkan. Sekarang Jungkook sudah mengajak Sooyun pergi bahkan lebih jauh dari yang Sooyun pikirkan. Otak Sooyun langsung mencari alasan agar dia bisa tetap di Seoul karena dia berani pergi lebih jauh lagi meski Jungkook berada di sisinya.

"Sebenarnya aku ingin tetap di Seoul"

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Dia memutar posisi tidurnya menghadap Sooyun.

"Kau tidak mau pergi ke pulau Jeju, misalnya?"

Sooyun menggeleng. Jika saja dia tidak punya trauma pasti Sooyun sudah mengiyakan ucapan Jungkook. Sayangnya sekarang dia masih belum bisa menguasai dirinya.

"Sooyun-ah! Tolong jawab pertanyaanku kali ini, aku tidak bisa tenang jika kau terus mengelak"

Sooyun hanya diam menanti pertanyaan yang Jungkook ajukan untuknya.

"Apa laki-laki botak itu yang membuatmu berteriak dan menangis di pesawat?"

Bahkan Sooyun langsung merinding saat Jungkook menyebutkan kata "Laki-laki botak."

"Tidak Jungkook-ah, aku hanya mimpi buruk tadi" jawab Sooyun berbohong.

"Benarkah?," Sooyun mengangguk.

"Aku pikir dia melakukan sesuatu padamu. Karena saat aku terjaga saja dia berani menyentuhmu. Aku takut saat aku tertidur dia malah mengganggumu"

Mata Sooyun melebar saat Jungkook mengatakan laki-laki itu sudah menyentuhnya sebelum kejadian tadi.

"Aku sudah membentaknya tapi dia malah membuatku semakin kesal. Dasar laki-laki aneh" ujar Jungkook yang kembali kesal mengingat perlakuan lelaki asing itu padanya.

"Tadi saat di kamar mandi kau kembali berteriak dan menangis. Tidak mungkin kau mimpi buruk saat kau tidak tertidur"

"Aku tadi melihat serangga, jadi aku histeris" jawab Sooyun yang lagi-lagi berbohong untuk menutupi traumanya.

"Aku sudah tenang setelah mendengar jawabanmu, sekarang tidur ya. Good night" Jungkook mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Sooyun. Dia memandangi wajah Sooyun dan melihat mata Sooyun yang sedikit sembab. "Jangan menangis lagi ya?!" Jungkook mengusap kepala Sooyun lalu memeluknya. Sooyun mulai terbiasa dengan perlakuan manis Jungkook. Dia juga sudah bisa tertidur pulas dalam dekapan Jungkook tidak seperti sebelumnya.


Next?

Jangan lupa vote and comment ya 😊

I Purple U 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro