Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 16

"Aku merasa sikapmu berubah sekarang, kau lebih sensitif, kau perlahan memperhatikan ku, bersikap baik padaku dan-"

Sooyun masih menanti lanjutan ucapan Jungkook yang sepertinya sengaja Jungkook beri jeda.

"Apakah bisa disimpulkan kalau kau menyukaiku?" tanya Jungkook sedikit ragu.

"Perasaan tidak akan pernah salah" ujar Sooyun lalu hendak pergi ke kamarnya tapi tangan Jungkook lebih dulu menahannya.

"Kalau begitu, bantu aku-"

Sooyun menaikkan sebelah alisnya.

"Bantu aku untuk melupakan Sheyra" lanjut Jungkook yang dibalas dengan anggukan oleh Sooyun. Jungkook menarik Sooyun ke dalam pelukannya. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sooyun. Dia semakin mengeratkan pelukannya sampai akhirnya Sooyun melepaskan pelukan mereka.

"Kita istirahat sekarang?" tanya Sooyun. Jungkook mengangguk sembari menunjukkan senyuman kelinci khasnya.

Sooyun ingin menutup matanya tapi tatapan Jungkook membuatnya risih. Laki-laki itu seketika berubah setelah pembicaraan mereka di ruang tv tadi dan itu sedikit membuat Sooyun merasa canggung.

"Jungkook-ah! Tutuplah matamu!" kata Sooyun lalu menutup matanya.

Beberapa menit kemudian Sooyun membuka matanya untuk melihat apakah Jungkook sudah tidur tapi Jungkook malah mencium kening Sooyun secara tiba-tiba.

"Good night" ujar Jungkook seraya meletakkan tangannya di pinggang Sooyun.

Sooyun menelan ludahnya kasar merasa tidak percaya dengan apa yang Jungkook lakukan. Matanya masih melebar dan otaknya sulit untuk mencerna kejadian yang baru saja dialaminya. Jantung Sooyun juga seketika berdebar dan tidak terkontrol.

"Tidurlah!" ujar Jungkook dengan mata tertutup membuat Sooyun dengan cepat menutup matanya karena merasa malu.

Sooyun hanya menutup matanya tapi tidak benar-benar tidur. Tangan Jungkook yang berada di pinggangnya membuat Sooyun tidak tenang. Dadanya yang sedari tadi berdebar menjadi sumber masalah bagi Sooyun. Rasa itu tidak bisa hilang jika dia terus berada dalam posisi seperti ini bersama Jungkook.

Dengan hati-hati Sooyun berniat memindahkan tangan Jungkook dari pinggangnya. Namun usahanya tidak membuahkan hasil, malah Jungkook semakin menarik tubuh Sooyun hingga kepala Sooyun berada tepat di dada Jungkook.

Sooyun mendengar detak jantung Jungkook yang sangat tenang. Berbeda dengan jantung Sooyun yang berasa seperti sehabis lari maraton berkilo-kilo meter.

Sooyun berusaha melirik jam dinding di kamarnya dan ternyata sudah pukul 1 pagi. Akhirnya mau tidak mau dengan susah payah Sooyun menutup matanya sebelum hari baru datang.

Sooyun mengerjapkan matanya saat secercah sinar matahari masuk dari sela-sela jendela membuatnya silau. Sedetik kemudian dia terkejut melihat Jungkook yang tengah tersenyum tepat di depan wajahnya. Sontak Sooyun menjauhkan wajah Jungkook dari wajahnya dengan mendorong wajah laki-laki itu.

"Kau membuatku terkejut" ujar Sooyun sembari mendudukkan tubuhnya menyandar di kepala tempat tidur.

Jungkook mengerucutkan bibirnya dan ikut menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur seperti Sooyun. Laki-laki itu menatap Sooyun yang sepertinya sedang mengumpulkan kesadaran. Perlahan Jungkook menyandarkan kepalanya di bahu Sooyun, namun malangnya Sooyun malah segera menggeser tubuhnya hingga Jungkook hampir terjungkal.

"YA!!" teriak Jungkook yang merasa kesal dengan sikap Sooyun. Wanita itu seolah tidak merasa bersalah dan meninggalkan Jungkook begitu saja ke kamar mandi.

"Cepatlah mandi! Kau harus ke kantor kan?" Sooyun membenarkan kunciran rambutnya di depan cermin lalu pergi keluar kamar.

Mata Sooyun bergerak mengamati setiap bahan makanan yang ada di dalam lemari es untuk membuat sarapan pagi. Selama apapun Sooyun menatap bahan makanan itu, yang dia ambil hanyalah dua butir telur. Seperti biasa Sooyun menyiapkan roti bakar dengan telur setengah matang di atasnya untuk sarapan.

Saat Jungkook datang ke ruang makan lengkap dengan pakaian kantornya. Sooyun segera membawa 2 piring makanan yang sudah dia siapkan ke meja makan. Lalu kakinya dengan cepat kembali ke dapur untuk mengambilkan segelas air putih dan susu pisang untuk Jungkook.

Jungkook meletakkan pisau dan garpu nya setelah sarapan. Tangannya yang ingin meraih segelas air putih tertahan saat dia mengingat sesuatu.

"Kenapa kau bekerja di rumah?"

Sooyun yang belum menyelesaikan sarapannya mengalihkan pandangannya ke Jungkook. Dengan mulut yang masih mengunyah makanan, Sooyun berpikir untuk memberikan jawaban pada Jungkook.

"Aku suka bekerja di rumah" jawab Sooyun lalu kembali melanjutkan makannya.

Jungkook mengerutkan alisnya seperti tidak percaya dengan ucapan Sooyun. Tangannya meraih segelas air putih dan langsung meneguk nya hingga tidak tersisa.

"Kau tidak bosan?" tanya Jungkook lagi. Sooyun menggeleng tanpa bersuara.

"Baiklah kalau begitu aku berangkat sekarang, jaga dirimu baik-baik. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Jangan hubungi Jaehyun! Aku cemburu" ujar Jungkook panjang lebar. Ucapan Jungkook di akhir kalimatnya membuat senyuman tipis terulas di bibir Sooyun.

Jungkook berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Sooyun. Tanpa aba-aba Jungkook mencium kening Sooyun sebelum dia pergi. Dia tidak tahu kalau perlakuannya terhadap Sooyun membuat detak jantung Sooyun kembali berpacu.

Sooyun menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Dengan sangat pelan Sooyun menggerakkan kursi putar yang ia duduki sembari memainkan jarinya di atas meja. Itu adalah kebiasaan Sooyun ketika sedang berpikir.

"Kau tidak boleh menyukainya Sooyun" gumam Sooyun. Tangannya bergerak memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.

Pandangan Sooyun terarah pada sebuah bingkai foto di atas meja yang memajang foto mendiang ibunya. Dia memajukan sedikit kursinya agar bisa meletakkan kepalanya di atas meja bertumpu pada kedua tangannya yang dilipat. Memandang foto wanita yang sangat dia rindukan membuat air mata Sooyun seketika jatuh membasahi pipinya.

"Eomma ingin aku melakukannya?"

Foto itu tidak akan bersuara. Hanya senyuman sang ibu yang Sooyun dapatkan.

"Bagaimana jika aku menyukainya, eomma?" Sooyun menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Tidak kuasa menatap mata ibunya dengan mata berair sama seperti apa yang Sooyun rasakan selama ibunya masih hidup.

Perlahan kepala Sooyun dia tegakkan. Tangannya bergerak menghapus air mata di pipinya dan menatap foto ibunya dengan senyuman. Setelah itu perhatian Sooyun teralihkan pada berkas-berkas yang menumpuk di hadapannya.

Sooyun menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul 6 sore. Menyadari jam pulang Jungkook hampir tiba, Sooyun segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Pekerjaannya di dapur sudah selesai dan Jungkook juga belum datang. Sooyun tadi mendapatkan pesan dari Jungkook kalau laki-laki itu pulang sedikit terlambat karena ada rapat mendesak. Sembari menunggu Jungkook, Sooyun memainkan ponselnya di ruang tengah.

Saat jarinya menggeser layar ponselnya tiba-tiba ada panggilan yang masuk ke ponsel Sooyun. Sooyun sedikit terkejut melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Namun, dia segera mengangkat telfonnya.

"Jaehyun - ah!" pekik Sooyun saking semangatnya mendapatkan telfon dari sahabatnya itu. Terdengar Jaehyun tertawa di sebrang sana.

"Kau apa kabar?" tanya Jaehyun.

"Aku baik-baik saja, kau?"

"Aku juga baik. Sekarang kau jarang menghubungiku sepertinya kau mulai sembuh" Jaehyun kembali tertawa.

Sooyun memutar bola matanya jengah meski Jaehyun tidak dapat melihatnya.

"Bisakah kita beralih ke panggilan video?"

Sooyun mengangguk antusias seolah Jaehyun dapat melihatnya. "Tentu saja!" jawab Sooyun lalu mengganti panggilan suara nya ke panggilan video.

Sooyun melambaikan tangannya ke arah Jaehyun yang baru memunculkan wajahnya di layar. Laki-laki itu tersenyum dan membalas melambaikan tangannya.

"Kau banyak pikiran hm??"

Jaehyun memang psikiater hebat. Walaupun Sooyun berusaha memasang wajah cerianya, Jaehyun tetap menyadari kalau Sooyun sedang banyak pikiran.

"Ah, bagaimana kau bisa berpikir begitu?" Sooyun terkekeh mencoba mengelak.

"Jangan bohong! Kau memikirkan apa? Jungkook?" tebak Jaehyun.

Sooyun mengangkat alisnya, "Tidak!"

"Bohong"

"Tidak Jae"

"Bohong"

"Ya! Jaehyun-ah kau menelfon hanya untuk ribut denganku" teriak Sooyun.

Jaehyun tertawa hingga matanya menyipit. Suara tawa mereka seketika beradu. Membuat Sooyun sejenak melupakan beban pikirannya.

"Sooyun-ah!"

Jari jempol Sooyun refleks menutup panggilan videonya dengan Jaehyun saat suara Jungkook tiba-tiba muncul dibelakangnya. Sooyun masih diam di posisinya, tidak berani menoleh ke arah Jungkook yang sekarang mungkin tengah menatapnya sinis.

"Sooyun-ah!" panggil Jungkook lagi. Suara Jungkook terdengar pelan. Saat tangan Jungkook tiba-tiba mengusap kepalanya. Sooyun seketika terkejut dan langsung menatap Jungkook. Sooyun hanya menunjukkan senyumnya karena tidak tahu harus berbuat apa.

Jungkook beralih duduk di samping Sooyun. Laki-laki itu mencium kening Sooyun sebelum membuka jas dan melonggarkan kancing lengan ke mejanya. Sooyun hanya melihat gerak - gerik Jungkook tanpa membuka suara.

"Kau berbicara dengan Jaehyun di telfon?" tanya Jungkook yang masih merapikan lengan kemeja nya.

Sooyun menggigit bibir bawahnya, merasa bingung harus memberikan jawaban apa pada Jungkook. Untuk berbohong pun rasanya tidak mungkin karena Jungkook sudah menangkap basah mereka saat berbicara di telfon tadi.

"Maaf" ucap Sooyun pelan.

Jungkook tersenyum, tangannya bergerak menyisir rambutnya ke belakang dengan jari, lalu menatap wajah Sooyun.

"Jika kau sudah tahu, aku tidak suka kau berhubungan dengannya kenapa kau melakukannya?" tanya Jungkook.

"Dia hanya ingin menanyakan kabarku" jawab Sooyun.

Jungkook menyandarkan punggungnya di sofa. Menghela napasnya lalu tersenyum miring ke arah Sooyun. "Kau sepertinya sangat bahagia tadi, suara tertawa mu terdengar sampai pintu utama. Kau bahkan tidak pernah begitu denganku" ujar Jungkook dengan tatapan sinisnya.

"Dia itu sahabatku, Jungkook. Kita sudah bersahabat selama 5 tahun wajar jika aku senang saat berbicara dengannya. Mungkin kita juga bisa begitu seiring dengan berjalannya waktu. Semua butuh proses Jungkook-ah" jelas Sooyun membela diri.

"Jadi benar, kau lebih senang saat bersama Jaehyun?"

Sooyun menghela napasnya berat. "Bukan begitu, Kau dan Sheyra juga bersahabat sejak lama. Jadi kau pasti mengerti maksudku Jungkook-ah" ujar Sooyun.

"Jangan bahas tentang Sheyra lagi!" bentak Jungkook lalu pergi ke kamarnya. Laki-laki itu selalu meninggalkan Sooyun sebelum pembicaraan mereka selesai.


Next?

Jangan lupa vote and comment ya 😊

I Purple U 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro