CHAPTER 12
Sooyun menyeret kakinya saat memasuki apartemen. Perkataan ayahnya tadi selalu berputar di kepalanya. Sooyun awalnya menganggap ini semua akan mudah untuk dilakukan, tapi saat Sooyun ingin memulainya ini semua terasa sangat sulit.
Tanpa dia sadari Sooyun menjatuhkan kantong belanjaannya ke lantai sampai menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat Jungkook terkejut. Dengan langkah cepat Jungkook berlari ke arah Sooyun yang berada di depan pintu utama.
"Ya! Membawa kantong belanjaan saja tidak bisa" sungut Jungkook sembari mengambil kantong belanjaan yang masih ada di lantai. Sooyun hanya diam tanpa ada niatan menganggapi ucapan Jungkook.
Masih dengan menyeret kakinya Sooyun berjalan menjauh ke arah kamar dan meninggalkan Jungkook yang bingung melihat tingkah nya. "Apa dia kerasukan?" Jungkook bergidik ngeri lalu segera pergi ke dapur untuk meletakkan kantong belanjaannya.
Sooyun menghela napasnya beberapa kali saat dia sudah berada di kamarnya. Pikirannya menjadi tidak karuan setelah perbincangan nya dengan sang ayah.
"Kau pasti bisa Sooyun" kata Sooyun dengan suara yang lantang. Sontak Jungkook yang baru masuk kamar terkejut lagi saat melihat tingkah Sooyun.
"Kau kenapa?" tanya Jungkook tanpa melepaskan knop pintu dari genggaman nya.
"Aku baik-baik saja" jawab Sooyun lalu berbaring membelakangi Jungkook. Jungkook menggaruk tengkuknya karena dibuat semakin bingung saja dengan tingkah Sooyun yang tiba-tiba jadi pendiam.
Perut Jungkook sejak tadi bergemuruh sepertinya cacing di perut Jungkook sedang berdemonstrasi. Jungkook melihat jam tangannya dan sekarang memang waktunya makan malam tapi Sooyun tidak kunjung keluar dari kamar sejak tadi sore.
Jika saja tadi Jungkook tidak melihat tingkah aneh Sooyun pasti dia sudah menyuruh Sooyun untuk menyiapkan makan malam. Sayangnya Jungkook tiba-tiba tidak punya nyali untuk mengganggu Sooyun.
Karena sudah tidak tahan menahan lapar, Jungkook memutuskan untuk pergi ke dapur dan mencari apa saja yang bisa dia makan. Jungkook mengambil beberapa potong daging di lemari es untuk dipanggang.
"Kau lapar?"
Suara Sooyun mengejutkan Jungkook. Wanita itu langsung mengambil daging di tangan Jungkook dan segera memanggangnya.
"Kau baik-baik saja?"
Sooyun hanya berdeham sembari fokus memanggang daging untuk makan malam mereka.
"Sooyun-si! Apa ada sesuatu yang terjadi saat kau pergi ke supermarket?"
Sooyun menggeleng lalu membawa dua piring daging panggang buatannya ke meja makan.
Melihat sikap Sooyun yang tidak seperti biasanya membuat Jungkook bingung. Apa Sooyun marah padanya karena tadi Jungkook menyuruhnya ke supermarket? Batin Jungkook. Tapi Sooyun bukan tipikal orang yang seperti itu. Jungkook sering menyuruhnya melakukan sesuatu tapi Sooyun tidak marah.
"Makanannya tidak enak?" tanya Sooyun.
Jungkook yang sedari tadi berkutat dengan pikirannya seketika menatap Sooyun yang berada di hadapannya.
"Enak" jawab Jungkook lalu menunjukkan senyuman tipisnya. Sooyun terlihat mengangguk dan melanjutkan makannya.
"Sooyun-si! Apa aku salah bicara?" tanya Jungkook sedikit takut.
"Tidak" Sooyun bangkit dari kursinya dan pergi membawa piring kosong di tangannya menuju dapur.
Sooyun menengadahkan kepala dengan posisi duduk di kursi kerjanya. Sejak tadi dia hanya memikirkan perkataan sang ayah yang tidak kunjung menemukan titik terang. Jari-jari tangan Sooyun menyatu di atas meja. Alisnya bertautan menandakan dia sedang berpikir keras.
"Akkkhh!"
Teriakan Sooyun lagi-lagi mengejutkan Jungkook. Tanpa suara laki-laki itu sedang berdiri di depan ruang kerja Sooyun dengan segelas coklat hangat di tangannya. Mata Sooyun sekilas melihat Jungkook sedang berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka.
"Jungkook-ah!"
Pintu itu didorong lebih terbuka oleh Jungkook dan menampakkan dirinya. Jungkook melangkah pelan ke arah Sooyun lalu meletakkan segelas coklat hangat di atas meja. "Coklat bisa membuatmu lebih tenang" kata Jungkook lalu pergi dari ruang kerja Sooyun.
"Kau tak seharusnya melakukan ini" gumam Sooyun sembari menatap segelas coklat hangat di hadapannya.
Tangan Sooyun meraih gelas itu dan meminum coklat yang dibawakan Jungkook. Baru saja coklat itu menyentuh lidahnya, Sooyun dibuat seketika murka. Bukan karena coklatnya panas tapi rasa coklat ini bukannya manis tapi rasanya malah asin.
Dengan wajah memerah Sooyun keluar ruang kerjanya mencari Jungkook yang entah sekarang bersembunyi dimana.
"JUNGKOOK-SSI!!" teriak Sooyun.
Ternyata laki-laki itu tidak bersembunyi tapi dia malah berbaring di atas tempat tidur dengan memasang wajah damai nya. Tentu itu hanya siasat. Sooyun yang sudah dipenuhi amarah menarik telinga Jungkook dengan keras sampai si empu terbangun dan mengaduh kesakitan.
"Berani-beraninya kau menipuku!" teriak Sooyun.
"Maaf" kata Jungkook dengan seenaknya. Sooyun masih berdiri di hadapannya tanpa membuka suara karena rasa kesal yang belum mereda.
"Aku hanya ingin melihatmu kembali seperti biasanya. Terasa sepi jika kau hanya diam" ujar Jungkook. Sooyun menghela napas lalu pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.
"Tenanglah Sooyun-si! Kau pasti bisa melakukannya!" kata Sooyun setengah berbisik pada bayangannya di cermin.
Saat keluar dari kamar mandi, Sooyun melihat Jungkook masih berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai leher. Tanpa mengucapkan apapun Sooyun berbaring di sampingnya dengan posisi membelakangi Jungkook.
"Hari ini aku mau pergi" ujar Sooyun pada Jungkook saat keduanya sedang sarapan.
"Kemana?" tanya Jungkook tapi Sooyun tidak menjawabnya.
"Kemana Sooyun?" ulang Jungkook.
"Jika aku tidak menjawabnya berarti aku tidak mau memberi tahumu" kata Sooyun lalu pergi ke dapur. Dia mencuci piringnya dengan cepat kemudian pergi dari apartemen meninggalkan Jungkook yang masih tertegun dengan jawaban Sooyun.
"Ketus sekali" gerutu Jungkook lalu dia segera menghabiskan makanannya.
Dengan seikat bunga mawar putih di tangannya Sooyun berjalan menyusuri tempat pemakaman menuju tempat pusara sang ibu. Bibirnya tersenyum tapi matanya berair saat dia berdiri di depan makam bertuliskan "Jung Mi Rae" pada batu nisannya.
"Eomma"
Dia tetap memanggil ibunya meski dia tahu tidak akan ada jawaban yang dia dapat.
"Eomma, baik-baik saja?"
Tangan Sooyun dengan cepat menghapus air mata yang baru saja turun membasahi pipinya.
"Eomma, aku harus bagaimana?-"
"Apa eomma ingin aku melakukan ini?-"
"Eomma, maafkan aku karena aku tidak bisa mendengar mu saat ini" Sooyun meletakan bunga yang dibawanya tepat di depan makam sang ibu.
"Aku pulang ya" Sooyun mengukirkan senyuman di wajahnya dan melambaikan tangannya ke arah makam sang ibu.
Sooyun mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Wajahnya masih muram walaupun dia sudah berusaha bersikap baik-baik saja. Sooyun membuka laci nakas untuk mencari album foto keluarganya tapi yang dia temukan malah sebuah buku catatan. Buku itu bukan milik Sooyun dan Sooyun juga tidak tahu sejak kapan buku itu ada di laci nya.
Melihat ada nama Jungkook di bagian sampul buku itu. Sooyun segera mengurungkan niatnya untuk membukanya. Saat Sooyun ingin memasukkan buku itu ke laci ada sebuah kertas yang jatuh dari dari dalamnya.
Sooyun mengambil kertas yang jatuh di lantai dan setelah melihatnya ternyata itu adalah foto. Foto itu memperlihatkan seorang wanita yang sedang tersenyum ke arah kamera. Wajah itu tidak asing bagi Sooyun dan sepintas wajah itu terlintas diingatkan Sooyun tapi Sooyun tidak ingat kapan dia bertemu dengan wanita itu.
Dengan cepat Sooyun meletakkan foto itu ke dalam buku Jungkook lalu dia segera menyimpannya kembali ke dalam laci.
Rasa penasaran Sooyun masih berlanjut hingga Jungkook datang. Untuk bertanya pada Jungkook pun dia tidak punya nyali tapi dia juga tidak mau terus merasa penasaran.
"Jungkook-ah!"
"Hmm"
Sooyun kembali berpikir untuk menyusun kata agar tidak salah bicara dan membuat Jungkook kesal.
"Yun-ah!"
"Ah iya, sebelumnya aku minta maaf karena tadi aku tidak sengaja menjatuhkan foto yang kau simpan di dalam buku" ujar Sooyun sedikit takut.
"Foto?"
Jungkook meletakkan garpu dan sendoknya. Menatap Sooyun lekat dengan alisnya yang di angkat sebelah.
"Foto seorang wanita, aku tidak tahu siapa" Sooyun mengedikkan bahunya.
Jungkook seketika mengerutkan alisnya saat menyadari bahwa foto wanita yang dimaksud Sooyun adalah foto Sheyra yang dia simpan di buku catatannya.
"Siapa dia? Aku seperti pernah melihatnya?"
Jungkook langsung tersedak mendengar pertanyaan Sooyun.
"Bukan siapa-siapa" jawab Jungkook lalu pergi ke kamar.
"Jika bukan siapa-siapa. Kenapa kau menyimpan fotonya?" Sooyun terus menanyakan tentang foto itu pada Jungkook.
"Jika aku bilang bukan siapa-siapa berarti bukan siapa-siapa" jelas Jungkook.
"Bohong, dia pasti mantan pacarmu kan. Ah iya aku baru ingat, dia wanita yang bersama seorang laki-laki saat di pernikahan kita dan kau sangat ketus pada mereka. Apakah mereka itu Taehyung dan Sheyra? Orang yang mengirimkan sweater?" kata Sooyun di depan pintu kamar mandi yang sudah ditutup oleh Jungkook. Tidak ada jawaban dari Jungkook yang terdengar hanyalah gemericik air dari sower.
Sooyun mendengus kesal dan berjalan menjauh dari pintu kamar mandi menuju tempat tidurnya. Dia membuka kembali laci tempat Jungkook menyimpan buku catatannya lalu mengambil foto Sheyra.
"Iya aku yakin dia adalah wanita itu" kata Sooyun.
"Ya! Kenapa kau menyentuh buku ku lagi?" Jungkook merebut buku dan foto Sheyra dari tangan Sooyun. Dia segera memasukkan foto Sheyra ke dalam buku itu dan menyimpannya lagi di dalam laci.
"Dia mantan pacarmu?" tanya Sooyun yang belum puas sebelum Jungkook menjawab pertanyaannya.
"Bukan"
"Bohong"
"Kau ini sudah ku jawab tapi tidak percaya" Jungkook menarik pelan telinga Sooyun sampai dia mengaduh.
"Jika dia bukan mantan pacarmu kenapa kau menyimpan fotonya?"
"Apa mereka mantan pacarmu?" Jungkook menunjuk sebuah poster BTS di dinding. Sooyun menggeleng.
"Kenapa kau menyimpannya?"
"Karena mereka idolaku, lalu apakah wanita itu idolamu?"
"Jika iya kenapa? Kau cemburu?" balas Jungkook.
Next?
Jangan lupa vote and comment ya 😊
I Purple U 💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro