Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kisah 5 :: Kedatangannya

Pagi kembali dengan begitu cepat. Abidzar jelas sedang bersiap sekolah. Ada banyak sekali hal yang sedang ia pikirkan. Bagaimana caranya membuat manusia yang sudah terdoktrin lingkungan sekitar jadi berbalik arah? Bagaimana caranya menyatukan dua manusia dalam ikatan cinta? Banyak sekali pertanyaan lain yang bersarang di kepalanya. Apakah ini saatnya Abi berpindah haluan? Kalau orang-orang terkenal macam Nabil dan Ammar saja sudah sekali untuk ditaklukkan bagaimana jika siswa biasa saja yang terlihat sangat mudah dipengaruhi.

Ah, pening sekali kepala Abi pagi ini. Belum apa-apa ia sudah pusing. Bagaimana dengan satu tahun ke depannya? Ia masih harus berada di sekolah itu setidaknya sampai ia lulus sekolah nanti. Kalau misinya gagal, Abi pun tak tahu akan mendapatkan hukuman seperti apa nantinya.

Lama-lama sendirian di kamar hanya akan membuatnya merasa frustasi dan overthinking. Jadi Abidzar segera membereskan semua peralatan sekolahnya dan pergi ke luar. Kakak-kakaknya pasti sudah pergi terlebih dahulu. Hanya tersisa ia dan ibunya meski pagi hari baru tiba.

"Nggak papa, nggak usah terlalu dipikirkan. Pusat bilang, mereka ngirim orang buat bantu kamu. Kayaknya hari ini orang itu bakal, deh. Ibu nggak tahu juga dia siapa dan dari mana, Ibu cuma dapet pesan gitu aja." Kalimat panjang yang ibunya katakan begitu ia duduk di meja makan membuat Abidzar berpikir lagi.

Siapa? Siapa yang kali ini akan membantunya? Apakah mereka bisa melaksanakan misi ini?

"Oke, Bu. Abi persiapin lagi strateginya biar misi ini berhasil."

Ibu tersenyum lalu meraih tangan anak bungsunya. Dielusnya jemari kurus itu sembari tersenyum lebar.

"Ibu di sini, nggak akan ke mana-mana. Jadi kamu nggak perlu khawatir, kalau sulit cerita aja ke Ibu. Kalaupun Ibu nggak bisa banyak bantu, setidaknya Ibu masih ada di sini buat kamu bersandar."

Abidzar mengangguk. Ia lupa kalau ibunya adalah soft spoken paling jago alias ibunya selalu mengatakan banyak sekali hal-hal baik sampai-sampai Abi merasa seperti ditenangkan hanya dengan kata-katanya saja.

***

Beberapa Minggu berada di sekolah ini, Abidzar sudah terbiasa. Ia terbiasa melihat siswa-siswi yang sibuk ke sana kemari. Ia sudah terbiasa melihat manusia di sini sangat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang senang berada di perpustakaan, di kelas, di ruang ekskul untuk latihan dan lainnya. Mereka berbaur satu sama lain, seperti sekolah pada umumnya. Sayang sekali memang tidak ada satupun pasangan yang bisa Abi temukan di sini. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing dan enggan berhubungan seperti itu.

Abi mengerti tidak semua sekolah seperti ini. Pasti di luaran sana banyak sekali pasangan-pasangan yang bersembunyi. Hanya saja tugas Abi berada di sini dan mungkin memang sekolah ini salah satu sekolah yang sama sekali tidak ada potensi hubungan percintaan. Terlihat jelas, dengan betapa sibuknya mereka setiap hari. Mengejar prestasi demi prestasi atau mengejar Skill yang mereka perlukan untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

Ah, iya. Abi sedikit penasaran dengan apa yang ibunya katakan tadi. Seseorang akan datang membantunya melaksanakan misi ini. Kira-kira siapa? Apakah orang itu perempuan? Atau laki-laki? Lalu bagaimana bisa ia mengenali orang itu? Atau orang itu yang akan mengenal dirinya terlebih dahulu? Entahlah.

Kondisi di kelasnya saat ini sedang cukup sepi. Bukan karena tidak ada yang datang, kebanyakan dari mereka berada di luar kelas, sibuk dengan urusannya masing-masing lalu akan kembali ke kelas begitu bel masuk berbunyi. Abi tidak punya banyak kegiatan saat pagi hari. Jadi ia lebih memilih bermain ponsel. Mencacat beberapa kemungkinan strategi yang akan ia gunakan selanjutnya.

"Hei!"

Saat sedang fokus-fokusnya, Abi mendengar seseorang berbicara. Lalu bahunya dicolek beberapa detik kemudian, membuat Abidzar mendongakkan kepalanya dan melihat orang itu dengan intens.

Orang di depannya ini, perempuan. Dengan potongan rambut wolf cut, tingginya sekitar 158 cm, pipinya sedikit  bulat, matanya juga bulat. Entah kenapa Abidzar malah fokus dengan wajahnya daripada memikirkan ada apa gerangan orang ini tiba-tiba berada di hadapannya. Lalu ... Abidzar belum pernah melihatnya. Apakah ia murid baru? Atau justru....

Astaga!

Apakah ini orang yang dikirimkan untuk membantunya?

"Hei! Disapa kok malah bengong." Orang ini mengejutkan Abi lagi.

"Eh, iya? Lo siapa ya? Dari kelas sebelah kah?"

"Gue murid baru. Nama gue Yesa. Katanya gue disuruh nyari elo. Abidzar, kan?" Abidzar mengangguk lalu ia bangkit dari duduknya. Membawa gadis bernama Yesa itu keluar kelas dengan tergesa-gesa.

Mereka berlarian di sepanjang koridor dengan bergandengan tangan. Membuat semua pasang mata yang mereka lalui menatap mereka dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Entah tatapan heran, aneh atau justru terkejut?

Mereka berdua berada di taman sekolah. Cukup jauh dari kelasnya dan terlihat sepi karena para siswa sudah mulai pergi ke kelas masing-masing. Gadis yang mengenalkan diri sebagai Yesa itu menghempaskan tangan Abidzar yang masih meraihnya. Terkejut dengan perlakuan si gadis, Abidzar juga langsung sedikit menjauh.

"Apa, sih? Kenapa tarik-tarik gue ke sini?" Gadis itu terlihat kesal karena memang Abidzar menarik tangannya tanpa aba-aba.

"Ya, siapa coba yang nggak kaget tiba-tiba lo bilang disuruh nyari gue. Kalau ada yang denger bisa gawat."

Si gadis tampak santai dengan gayanya. "Apa yang perlu ditakutin? Lo takut ketahuan kalau sebenarnya lo sekolah di sini karena menjalankan misi, gitu?"

Kalau dari apa yang baru saja gadis itu sebutkan, Abidzar baru bisa yakin kalau memang inilah orang yang ibunya maksud tadi pagi. Orang yang pimpinan kirim untuk membantunya menjalankan misi di sini.

"Jadi bener lo orangnya?" Gadis itu terlihat menghela napas begitu Abidzar bertanya.

"Bukannya udah jelas? Gue nggak nyangka ternyata lo selemot ini."

"Nggak gitu, maksudnya. Gue harus benar-benar mastiin kalau lo orang yang dikirim buat bantu gue selama di sini."

"Ya, terus ... lo kira manusia biasa kayak mereka ngerti pembahasan kita sekarang? Nggak, kan. Berarti bener emang gue orang yang lo maksud itu." Abidzar menganggukkan kepalanya. Jadi memang benar, Yesa orangnya.

Tapi aneh sekali kenapa pimpinan malah menyuruh seorang gadis buat membantunya selama di sini? Apa yang membuat mereka mengirim gadis itu ke sekolah ini untuk membantu misi Abi?

"Gue nggak mau bicarakan ini di sini sekarang. Sini, gue minta nomer lo. Kita harus bicara di luar sekolah. Karena lo nggak bakal nyangka akan ada banyak mata-mata di sini."

Entah kenapa Abidzar malah langsung menyerahkan ponselnya. Ia terlihat seperti anjing yang sedang mematuhi perkataan tuannya. Gadis di depannya ini benar-benar mencerminkan seorang Alpha Female. Abidzar bahkan tidak berkutik di depannya. Omongannya itu selalu benar. Makanya Abidzar mau-mau saja mengikuti perintahnya.

Yesa segera mengembalikan ponsel Abidzar setelah mengetikkan nomernya di sana. Ia juga sudah menyimpan nomor Abidzar. Mereka mungkin akan bertemu nanti sore setelah pulang sekolah. Ada banyak hal yang pasti ingin cowok itu ketahui tentangnya. Yesa sudah mempersiapkan semua jawaban yang mungkin akan Abidzar pertanyakan di pertemuan kedua mereka nanti.

"Sampai ketemu lagi nanti, nomernya udah gue save. Gue kirim alamatnya nanti, ya." Kemudian Yesa berbalik dan meninggalkan Abidzar yang masih terdiam tidak berkutik.

Ini terlalu tiba-tiba. Gadis yang sifatnya bossy itu tiba-tiba datang entah dari mana dan seenaknya memperlakukan Abidzar seperti ini. Sayang sekali Abidzar tidak bisa menentangnya. Ia tidak mau semuanya menjadi hancur hanya karena sikap cerobohnya. Sebenarnya memang benar, Abidzar memiliki banyak sekali pertanyaan untuk Yesa. Nanti, akan ia tanyakan semua yang membuatnya merasa bingung.

Misalnya, gadis itu dari mana? Kemampuannya apa? Kenapa ia mau membantu Abidzar di sini? Keluarganya seperti apa? Kekuatan keluarganya juga bagaimana? Pokoknya ada banyak sekali hal yang ingin Abidzar tanyakan pada sang gadis.

Mungkin karena terlalu lama termenung, Abidzar disadarkan oleh seseorang yang menepuk bahunya. Ternyata Ammar. Entah dari mana datangnya cowok itu, tiba-tiba ia sudah berada di sampingnya saja.

"Ngapain lo bengong di sini? Bel masuk udah bunyi lima menit yang lalu. Ayo masuk, nanti alasan aja kalau lo habis kebelet dari toilet. Daripada dihukum telat masuk karena lo bengong sendirian di taman gini, lebih baik dihukum karena telat dari kamar mandi."

Ah, sepertinya Ammar tahu kalau sejak tadi Abidzar berada di taman itu. Semoga saja Ammar tidak melihatnya berbicara dengan Yesa. Akan berakibat fatal kalau sampai Ammar melihatnya bahkan mendengar isi percakapan mereka. Abidzar juga tidak ingin bertanya lebih lanjut, ia takut ternyata apa yang ia takutkan itu benar.

Sembari melangkah sejajar, Ammar meraih bahu Abidzar lalu berbisik di telinganya. "Lo sama anak baru itu saling kenal, ya?"

Waduh, mampus ini mah.

27 September 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro