Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Our Choice 🦉🪶 (3)

Last part BokuAka Yakuza AU~✨

Bentar lagi 20 september, fanfict menjelang ulang tahun Bokuto!

Special for lucyfaro yang request hardcore dan Dumb4ssbitch yang request dirty talk~✨ I hope you guys enjoy it, ehe🗿

Untuk teman-teman yang request soft plus happy end nanti ya, kita nyiksa Akaashi dulu 🤤

.
.
.

"Are you willing to live with him in pain and happiness until the end?"


.
.
.

Bokuto menarik dasinya yang terikat kencang, menjilat bibirnya yang terasa kering.

Ia memakai setelan jas berwarna hitam yang membuat penampilannya begitu gagah.

Bokuto menatap sosok cantik yang tengah berbaring di atas kasur, siapa lagi kalau bukan Akaashi.

Yup, ini adalah malam pertama mereka sebagai sepasang kekasih.

Dengan cincin perak yang tersemat di jari manis, keduanya kini bersama.

Wajah yang manis dan cantik itu dipoles dengan riasan.

Hooded eye berwarna zamrud dengan bulu mata lentik, sedikit eyeliner untuk mempertegas.

Hidung bangir dengan kulit kecoklatan yang bersih.

Bibir tebal berbentuk M yang dipoles warna merah klasik.

Tubuh tinggi semampai itu dibalut gaun berwarna hitam.

Bagian atas memakai model Halter dress, merupakan jenis gaun dengan model tanpa lengan dan memiliki kerah yang melingkari leher. Lalu dilapisi brokat yang menjuntai jatuh model poncho dengan motif bunga.

Bagian bawah gaun itu model A-line dengan panjang tepat di bawah lutut, membuat kaki jenjang berlapis Cone Heels itu terlihat seksi.

Bokuto menyentuh wajah Akaashi, meraih rahang bawah si cantik dengan tatapan yang beradu.

"I'll be gentle tonight."

Akaashi memiringkan wajahnya, membuat leher jenjangnya semakin terlihat.

Ia tertawa kecil.

"Really? But i love it..." Akaashi melipat salah satu kakinya, membuat lututnya menggesek selangkangan Bokuto dari luar.

"When you rocking inside me so hard~♡"

Sentuhan seduktif itu membuat bagian selangkangan Bokuto menggembung.

"Heh, what a kid."

Bokuto menunduk, mengecup bibir merah Akaashi.

Tak mau kalah, Akaashi mengalungkan tangannya pada leher Bokuto.

"Daddy~" Akaashi mengerling.

Batas kesabaran Bokuto putus, ia mendekap Akaashi dan menciumnya.

Bibir keduanya saling mencumbu, dari ciuman sederhana hingga penuh nafsu.

"Mmh~" Lidah Bokuto menelusup masuk, membuat Akaashi meremas helai kelabu Bokuto yang rapi menjadi berantakan.

Tangan Bokuto tidak tinggal diam, ia membuka pakaian yang Akaashi kenakan.

Bokuto meraih resliting di punggung Akaashi, tapi hanya bisa terbuka setengahnya karena macet.

"Nnh~" Ciuman itu diputuskan oleh Akaashi, matanya berair.

"R-robek saja--angh~" BREEET!!!

Bokuto langsung merobek pakaian Akaashi, membuat gaun cantik itu menjadi serpihan kain dan melemparnya sembarang.

Kini Akaashi hanya memakai lingerie yang memperlihatkan bagian intimnya dengan sensual.

Pucuk kembar dan kejantanan Akaashi menyembul di antara celah renda tipis, membuat bagian tubuhnya yang paling disukai Bokuto terlihat begitu cantik.

Dan berapa kalipun Bokuto melihat tubuh Akaashi, ia takkan pernah bosan.

"Apa aku saja yang telanjang di sini?"

Akaashi meremas kejantanan Bokuto yang tercetak, menatap iris emas yang terpaku.

Bokuto menyeringai, memeluk pinggul Akaashi dan membuat posisi mereka terbalik.

Kini Akaashi yang menindih Bokuto.

"You want me, Kitty?"

Akaashi menahan nafas, tonjolan keras itu menggesek bokongnya.

"Yess~ please♡"

Bokuto melipat tangan dan menjadikannya bantal.

"Do it by yourself."

Akaashi menggigit bibir, tidak biasanya Bokuto begitu.

"But--"

"Your hole want me, right?"

Akaashi meneguk ludah, dengan gugup menunduk.

Mengemut bibir Bokuto, membuka kancing baju Bokuto satu persatu.

Bibir Akaashi bergerak turun, mengecup leher Bokuto, turun kebawah mengiringi kancing baju yang terbuka.

Krrrr~ Tangan Akaashi terus bergerak, menarik turun resliting celana Bokuto.

Mengeluarkan penis Bokuto yang sudah menegak dengan sempurna.

Daging tebal yang mengeras itu terasa hangat dan berdenyut dalam genggaman Akaashi.

Urat yang menonjol, sedikit gelap, dengan aroma khas lelaki.

Akaashi menengadah, menatap iris emas yang masih menatapnya dalam diam.

"Kenapa berhenti?"

Akaashi mendekatkan bibirnya, mengecup pucuk penis Bokuto yang basah.

"Haaa~mh" Akaashi memasukkan penis Bokuto sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya.

"Go deeper, babe."

Air mata Akaashi menggenang, benda itu terlalu tebal dan panjang.

Akaashi mencoba menggerakkan kepalanya perlahan, menyedot, memainkan lidahnya pada batang penis Bokuto.

"Hhh~"

Bokuto mendesis nikmat, meski gerakan Akaashi pelan itu cukup memberikan sensasi.

"Ohh? You jerking when i plunge in your mouth?"

Bokuto terkekeh melihat Akaashi yang sedang melakukan fellatio sambil masturbasi.

"MmhNghh" Akaashi mengocok penisnya yang menegak di antara celah lingerie, membuat pre-cum miliknya menetes.

Mendapat cairan yang cukup, tangan Akaashi semakin turun, meraih holenya sendiri.

"What a sweet, you prepare yourself, hmm?"
Bokuto meremas surai hitam Akaashi dengan gemas.

Akaashi hanya mengerang, mau bicara pun bibirnya sibuk mencumbu Bokuto di bawah.

Tarikan nafas Akaashi semakin berat, bibirnya fokus pada pucuk penis Bokuto.

Mengemut dan menggigit bagian paling sensitif berulang kali.

Jari yang mengocok hole juga semakin cepat, Akaashi hampir mencapai puncak hasratnya.

"Wait, babe, i want to do it inside you."

Bokuto menegakkan tubuhnya, menarik kepala Akaashi, membuat penisnya terlepas dari mulut nakal yang mencoba menyedotnya hingga kering.

"Fwaah~❤️" Spuuurt! Akaashi mengejang, mengotori sprei dengan cairan miliknya.

Bokuto mencium kening Akaashi yang lepek, membiarkan si cantik menikmati sensasi orgasme sejenak.

"Are you okay?" Ibu jari Bokuto mengusap jejak basah di mata Akaashi.

Menggenggam tangan Akaashi yang terkulai, membuat sepasang cincin di jari manis bertemu.

Akaashi mencoba mengatur nafas, pinggulnya berkedut nakal.

"Mmhm~ Kou, inside--nnh~ itchy~"

Akaashi meremas pundak Bokuto, memelas sambil menggoyangkan pinggul, menggesekkan pahanya dengan sensual.

Suami mana yang takkan tergoda dengan istri yang nakal?

"Okay, but you on top." Akaashi membeku.

"Eh?"

Bokuto berbaring lagi dan Akaashi menindihnya.

Penis tebal itu dengan tepat menggesek celah bokong Akaashi.

"T-tunggu, Kou--" Akaashi gugup, mereka tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

"Are you scared? But your hole twitching, babe."

Bokuto benar, bokong Akaashi gatal ingin dikocok.

Akaashi menarik nafas dalam, menungging dan menggenggam Bokuto.

Memposisikan Bokuto tanpa melihat, hanya berdasarkan insting.

"Mmmh♡" Pucuk penis Bokuto tepat di depan hole Akaashi.

Perlahan pinggul Akaashi bergerak turun, membuat Bokuto memasukinya.

"Ugh-- it won't fit--?" Akaashi mencoba memasukkan Bokuto semakin dalam tapi tidak bisa.

"No, that's because you're so tight--" Bokuto meremas pinggang Akaashi.

Menarik Akaashi turun, dan menghentakkan pinggulnya sendiri naik.

Bokuto melesak masuk dan menyodok prostat Akaashi dengan tepat.

"---!!!?" Spurt! Akaashi menyemburkan hasratnya dan mengotori perut Bokuto.

"Wha--? Just put in you came? What a slut."

Akaashi tidak bersuara, ia masih tersengat rasa nikmat, tidak bisa fokus.

Bokuto menyibak bibir Akaashi yang terbuka, memainkan ibu jarinya pada lidah basah.

"Well, you're actually my slut." Senyum sarkastik.

Akaashi tersengal, Bokuto hanya masuk sudah membuat dirinya meleleh.

Bagaimana jika Bokuto bergerak?

"Aaangh~❤️" Akaashi memekik, Bokuto menggerakkan pinggulnya.

"I jus--aah♡ cum--mmh~ahh" Akaashi meremas kepala Bokuto, tak kuasa merasakan nikmat berkali lipat saat prostatnya ditumbuk.

Jeritan Akaashi semakin menjadi, Bokuto juga menyerang pucuk dadanya.

Mencumbu puting yang mengeras secara bergantian.

"Hiiii~❤️❤️❤️" Akaashi gemetar, menyemburkan hasratnya untuk kesekian kali, membuat holenya menjepit Bokuto dengan nakal.

"Heh, sensitif banget ya?" Akaashi sama sekali tidak menjawab, ia hanya mengerang kecil.

"Ahhh" Akaashi lagi-lagi memekik, Bokuto mendorongnya ke kasur.

Membuka kaki Akaashi lebar, mencengkram paha semok si istri hingga memerah.

Kaki jenjang Akaashi terbuka lebar, masih dengan heels yang terpasang membuatnya begitu menggairahkan.

Bokuto menggerakkan pinggul, mengocok hole Akaashi yang becek.

Penis Akaashi yang masih mengeluarkan sperma juga bergoyang karna momentum Bokuto.

Akaashi ikut menggoyangkan pinggulnya tanpa sadar, membuat Bokuto semakin panas.

"Suka banget waktu cum digenjot, hm?"

Pekikan Akaashi meninggi, ia dengan gelisah meremas sprei.

Bokuto bergerak sambil mengocok penis Akaashi, membuat lelaki muda itu terus meracau nikmat.

"Ughh-- so tight--"

Kedutan hole Akaashi menjepit Bokuto dengan nikmat, membuat gerakan in-out semakin cepat.

"Mmhh" Erangan Akaashi teredam, bibirnya dicumbu, lidahnya diajak berdansa.

Lelehan saliva perlahan menetes dari celah bibir, bercampur dengan keringat.

Beberapa hentakan yang cukup dalam, Bokuto menyemburkan hasratnya di dalam Akaashi.

Iris zamrud Akaashi memutih, perutnya terasa panas, penisnya berkedut nakal menyemburkan hasrat untuk kesekian kali.

Smoooch~ Tautan bibir itu terputus dan Akaashi terbaring lemas di atas kasur.

"Hmm? You cum again?" Bokuto baru menyadari Akaashi mengotori perutnya lagi.

"Mmh??" Akaashi yang setengah sadar merasakan pergerakan di atas tubuhnya.

Bokuto mengocok penis Akaashi yang sudah layu, bersamaan dengan bibir yang mencumbu pucuk dada yang mengintip di antara celah lingerie.

"Kou, please~ i can't get up anymore~" Akaashi memelas, mencoba mendorong kepala Bokuto menjauh dari dadanya.

"Really?" Bibir Bokuto bergerak ke atas, mencumbu leher Akaashi dan meninggalkan tanda kemerahan.

"Mmh~" Akaashi kehabisan tenaga, tapi... Ia kembali menegak di tangan Bokuto.

Bokuto tersenyum puas, menunduk dan menjilat puting Akaashi.

"J-jangan gigit--aahh"

Larangan adalah perintah, Bokuto menggigit puting Akaashi dengan gemas.

Gigitan itu membuat Akaashi semakin lemas, berbaring dengan nafas berat yang terdengar seksi.

Bokuto menegakkan tubuhnya, melepas pakaiannya yang masih menggantung.

Srrrrrk! Bokuto menarik sabuk celananya, mengikat kedua lengan Akaashi.

Akaashi yang lemas menggelengkan kepalanya dengan panik, ia sudah tidak sanggup.

"N-no more--"

"What? I just cum once, Ji."

Bokuto memutar tubuh Akaashi, membuatnya menungging.

Akaashi yang lemas tak punya tenaga untuk melawan, ditambah tangannya diikat.

"We'll spend the night together, so be strong❤️" Bisik Bokuto seduktif.

Bokuto memposisikan dirinya, meremas pinggul Akaashi.

"Haaa--!" Akaashi kehabisan nafas, sekali hentakan dan Bokuto melesak masuk.

"Guh--♡"

Langsung mengocok hole Akaashi tanpa ampun, membuat empunya mendesah.

"AhhAhhh♡ Ohh♡ MmnghAah"

Momentum Bokuto membuat tubuh Akaashi tersentak-sentak, menghasilkan suara becek dan tamparan antar kulit.

"Nn--ahh♡ More♡" Suara Akaashi mulai serak.

Bokuto memperlambat gerakannya, bermaksud menggoda Akaashi.

"You want more? Hmm?" Dengan pelan mengocok hole Akaashi yang sensitif.

Akaashi menggelengkan kepalanya dengan lemah, ia sudah tidak sanggup.

"Please, daddy--" PLAK!!! Akaashi tersentak kaget, bokongnya ditampar.

Rasa pedas berbentuk telapak tangan berdenyut di bokong, Akaashi mencoba menatap Bokuto yang terlihat marah.

"Bad kitty." PLAK!!!

"I'll give you punishment." PLAK!!!

"Take that." PLAK!!!

Akaashi hanya membuka mulut tanpa suara, bokongnya terasa ngilu.

Tamparan Bokuto sangat menyakitkan, Akaashi yakin bokongnya akan membiru esok pagi.

Meski begitu...

"Heh, that's turn you on, huh?" Bokuto merasakat hole yang menjepitnya berkedut nakal.

Spuurt! Spluurt!! Spuurt!!! Bersamaan dengan cairan keputihan yang menyembur keluar dari penis Akaashi.

"Daddy, please..." Akaashi terisak.

Bokuto menatap pundak Akaashi yang bergetar, surai hitam itu bergerak.

Mencoba menengok, wajah Akaashi tidak karuan.

Air mata dan keringat, serta saliva dan ingus menjadi satu.

"Wreck me❤️"

.
.
.

Iris zamrud itu mengerjap, cahaya mentari yang menyilaukan menyapa penglihatannya dengan kuat.

Sebenarnya Akaashi tidak bisa bergerak.

Tubuhnya remuk, pegal.

Pinggulnya sakit, dan selangkangannya terasa sangat lengket.

Akaashi mencoba bangun dengan bertumpu pada tangannya tapi tidak bisa, pergelangan tangannya sakit karena semalaman terikat.

Hingga sepasang tangan menarik tubuh Akaashi pada titik panas di dalam selimut, itu Bokuto.

"Morning, Ji."

Telanjang dada, senyum manis, sorot mata penuh cinta, rambut yang jatuh di sisi wajah.

Bluuuush~ Akaashi memerah, baru bangun ia sudah disambut dengan sikap manis Bokuto.

"Hehe, ko merah wajahnya?" Akaashi hanya menunduk dan merapatkan diri pada Bokuto, terbakar malu.

Bokuto dengan gemas semakin mendekap Akaashi yang malu-malu, mencium kening Akaashi dengan sayang.

"Ga ada ucapan selamat pagi, nih?"

Akaashi mendongak, wajahnya masih merah.

"M-morning, Kou." Kecupan di bibir, tindakan Akaashi membuat Bokuto semakin gemas.

Cukup lama mereka bermalas-malasan di kasur hingga... Perut Akaashi keroncongan.

"Mau mandi dulu?" Akaashi mengangguk mengiyakan.

"Bagian bawahku lengket..."

Selimut di buka dan... Tubuh Akaashi yang penuh warna terlihat.

Berbeda dengan Bokuto yang dipenuhi cakaran kuku, corak di tubuh Akaashi beragam.

Dari cupang, bekas gigitan, cetakan tangan Bokuto, hingga bekas ikatan yang tadi malam melekat di tubuh Akaashi.

Lingerie tadi malam? Sudah jadi serpihan karena Bokuto.

Ajaibnya heels Akaashi masih terpasang.

"Ji, kamu..."

"Hmmm?" Akaashi menatap polos.

Tubuh Akaashi berbaring di atas kasur, pahanya terbuka lebar dengan cairan yang merembes keluar dari hole.

"Kou..." Akaashi pucat pasi, Bokuto menegak.

"Tenang Ji, ini hanya morning wood."

"......" Tetap saja Akaashi takut prostatnya akan dihajar lagi.

Bokuto menggendong Akaashi dan memandikannya, membersihkan setiap jengkal tubuh Akaashi dengan telaten.

Menggosok setiap inci tubuh Akaashi perlahan, seakan sedang memegang sebuah Vas keramik yang gampang pecah.

Ketika Bokuto mencoba membersihkan bagian bawah Akaashi yang ditutupi sperma yang mengering, hole Akaashi...

Glo~p♡ Mengeluarkan cairan keputihan yang cukup banyak.

Wajah keduanya merah padam.

"Maaf, Ji... lain kali aku pakai kondom saja."

Akaashi sama sekali tidak menjawab, terlalu malu untuk bersuara.

.
.
.

Di usia yang menginjak 21 tahun, Akaashi memilih jalan hidupnya sebagai kekasih Bokuto... untuk selamanya, dengan cincin yang tersemat di jari manis.

*****

Author note :

I know, yes.

Akaashi is a whore inside--i mean this chapter so long🗿

Oiya, yang ga komen pasti horny🗿

Btw jarak umur mereka 19 tahun, dari tiga chapter gini :

Part 1 : Bokuto (36) 👉🏻👈🏻 Akaashi (17)

Part 2 : Bokuto (39) 👉🏻👈🏻 Akaashi (20)

Part 3 : Bokuto (40) 👉🏻👈🏻 Akaashi (21)

Termasuk happy end? Mengingat BokuAka saling menyukai.

Mau nulis bad end lagi mager wkk, padahal ada kepikiran gini...

Bokuto masuk penjara karena laporan pelecehan, sedangkan Akaashi yang sudah rusak jadi berhalusinasi kalau Bokuto menikahinya... Pada kenyataannya Akaashi sedang menjalani pengobatan psikologis yang dibantu oleh Psikolog dan Psikiater.

Kenapa ada dua? Psikolog itu yang menangani gangguan psikologis tanpa memberikan bantuan medis, sedangkan Psikiater adalah orang yang menangani gangguan psikologis dengan memberikan bantuan medis.

Tergantung gangguan yang dimiliki pasien, bisa saja cuma psikolog atau cuma psikiater yang memberikan penanganan, dan ada kalanya juga mereka kerja sama.

Kalau di kejadian nyata miris sih, korban kalau ga jadi bucin ya trauma.

Tapi karena aku suka nyiksa Akaashi, kalian jangan mikir pelecehan dan kekerasan seksual itu wajar ya? Kecuali pasangan kalian juga suka diikat-ikat waktu hubungan intim 🗿

Sebenarnya endingnya kaya pisau bermata dua, kalau secara norma ya pedo salah. Terus kalau suka sama suka tapi pedo juga ya salah, pada intinya pedo itu salah 🗿

Okeh, ku rasa cukup. Nanti kita lanjut 🤸

See you on next story~

11 September 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro