NNN
Terinspirasi dari tantangan No Nut November yang ditujukan untuk para lelaki ataupun wanita.
.
.
.
Peraturan NNN :
1. Tidak diperbolehkan ejakulasi dengan cara apapun.
2. Pornografi diperbolehkan.
3. Anda harus menyelesaikan tantangan ini selama 1 bulan di November ini.
Di satu sisi ada yang mengatakan NNN tidak berlaku untuk yang memiliki pasangan, tapi di cerita ini... Itu berlaku ( ꈍᴗꈍ)
.
.
.
31 Oktober 2021, di kediaman Bokuto.
"Hehe, ini menyenangkan." Celetuk Bokuto sambil mengunyah permen.
Dengan sepasang telinga rubah yang mencuat di antara helai kelabu, dan ekor rubah yang diikat dengan sabuk pada perut yang ditutupi kemeja compang-camping.
Bokuto menjadi Werewolf.
"Hu'um, filmnya juga bagus." Akaashi mengangguk mengiyakan.
Rambut yang biasnaya berantakan di sisir rapi, dengan setelan jas berwarna hitam, serta gigi runcing yang menyembul di antara bibir.
Akaashi menjadi Vampir.
Keduanya tengah menghabiskan malam Halloween di apartmen Bokuto, mengingat ia sudah lulus SMA dan mulai hidup mandiri.
Sedangkan Akaashi telah menduduki kelas 3 SMA, keduanya selalu bertemu di waktu weekend untuk berkencan.
Destinasi malam ini hanya di rumah dengan cemilan dalam kehangatan bersama orang tercinta.
"Bokuto-san, aku ingin menumpang mandi."
"Mandi jam segini?" Bokuto menoleh dan mendapati Akaashi tengah melepas kancing bajunya.
"Umm, iya rasanya cukup gerah memakai ini." Akaashi mendongak menatap iris emas yang terpaku.
Bulir keringat menetes dari garis rahang si junior, bergerak turun hingga bulir keringat itu berhenti di daerah dada yang terekspos.
Di ujung pucuk dada yang tenggelam.
"Bokuto-san?" Akaashi mengernyit bingung dengan Bokuto yang diam membisu.
"Guk guk..."
"B-Bokuto-san...?" Akaashi beringsut mundur.
Krak. Krak. Krak.
Bokuto mengunyah permen dimulutnya sambil mendekati Akaashi.
Hingga Akaashi berbaring di atas sofa, dikukung oleh Bokuto.
Chu~ Bibir keduanya bertemu.
Akaashi yang kebingungan mencoba mendorong dada Bokuto menjauh, hingga rahang bawahnya tiba-tiba diraih.
Ibu jari Bokuto menyibak bibir Akaashi, membuat empunya bibir mengerang.
Slurp. Lidah Bokuto bergerak masuk, beserta pecahan permen yang tersisa.
"Mmh~ Mmmhu~" Akaashi meremas pundak Bokuto, ia meleleh dengan cumbuan yang terasa manis ini.
Bertukar saliva dan saling mengecup, memainkan lidah pada rongga mulut dan menyapa rentetan gigi.
"Mmmmnh~" Smoooch❤️
Bokuto melepaskan bibir Akaashi dan membuat seutas benang saliva jatuh di sisi wajah Akaashi.
Nafas keduanya tersengal, wajah merona, dan terangsang.
"Vampir yang cantik." Bokuto menjilat bibirnya, menatap Akaashi yang menggoda iman.
Bibir bengkak yang memerah terbuka meraup pasokan udara, air mata yang menggenang dari manik zamrud.
Suara lirih yang terdengar erotis setiap kali Akaashi mengambil nafas.
Membuat adik Bokuto bersemangat di bawah sana.
"Karena besok libur, kita bisa bersantai malam ini." Cengir Bokuto sambil menarik lepas dasi yang tadinya mengikat kerah kemeja Akaashi.
"Bokuto-san, jangan--" Suara Akaashi tercekat saat perpotongan lehernya dicumbu, membuat bibirnya reflek terkatup.
Tangan Bokuto juga tidak tinggal diam, mulai meraba daerah sensitif Akaashi. Melebarkan paha montok yang masih dibalut celana.
"Ah♡" Pekikan Akaashi lolos, Bokuto meremas kejantanannya dari luar.
"Pacarku imut banget~" Bisik Bokuto sambil menyerang daerah kuping Akaashi, menggigit dan menjilat.
"Uuum~" Akaashi tidak bisa melawan Bokuto, ia kalah tenaga.
Halloween kalah menakutkan dengan nafsu Bokuto di atas ranjang.
.
.
.
Esok paginya, 1 November 2021.
"Hah!" Akaashi tersentak bangun, hari sudah terang.
"........." Akaashi mengerut kesal, ia tertidur di tengah-tengah sedang melakukan itu dengan Bokuto.
Bagaimana ia tidak tertidur? Sudah hampir 2 jam bokongnya dihajar, tapi sang kekasih masih menyerang dengan alasan ada sekotak kondom.
Akaashi mencoba menegakkan tubuhnya yang ngilu, sakit, dan dipenuhi memar.
Satu hal yang Akaashi dapati tubuhnya bersih seakan telah dimandikan, tidak ada cairan cinta yang belepotan ataupun tertinggal di tubuhnya.
Karena hari sudah siang, tentu Bokuto tidak berada di sisi Akaashi. Kekasihnya itu cukup rajin untuk berolahraga.
"Uuughh.... ini akan menimbulkan bekas..." Akaashi melirik payudaranya yang dipenuhi bercak merah keunguan hingga gigitan, mana putingnya membengkak dan terasa sakit.
Tuing~ Notif smartphone Akaashi berbunyi.
"Pesan masuk? Oh, bukan ini notifikasi berit--" Akaashi terpaku dengan apa yang ia lihat.
GRATAK. Pintu kamar terbuka, Bokuto muncul dari sisi yang berlawanan.
"Tadaimaa~ Ah? Sudah bangun ya? Ini aku bawa onigir--Kaashi?"
Melihat sang kekasih hanya diam menatap tentu membuat Bokuto kebingungan.
"Kaashi, ada yang sakit?"
Bokuto segera merangkak naik ke atas kasur dan mendekati Akaashi, menatap dengan raut wajah khawatir.
"Bokuto-san, apa kamu tertarik dengan tantangan?"
( *'ω`*) Eh?
Akaashi baru bangun habis kejeduk ya? Meski sedikit membingungkan, Bokuto...
"Tentu, aku tertarik kenapa?"
Akaashi menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan sebuah artikel berita.
No Nut November, di mana suatu asosiasi menantang pria di dunia agar melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan mentalnya sendiri.
Tantangan NNN di tahun 2021 ini adalah... no sex, no touching, no flirting selama satu bulan.
"........" Bokuto membisu.
"Bagaimana? Ini juga termasuk dengan sex before match seperti biasanya yang kamu minta juga tidak bole--"
Gyuuuut~ Akaashi bisa merasakan tubuhnya di dekap erat, Bokuto berlinang air mata.
"Kaaaashiii~ kamu seriusan??"
"120% aku serius."
Akaashi mengacungkan jempolnya dengan bangga, Bokuto menghela nafas pasrah.
"Baiklah, 1 bulan saja kan?"
"Hu'um, bertahanlah 30 hari tanpa mengeluarkan benihmu." Akaashi tersenyum lebar.
Memikirkan bahwa 1 bulan ke depan energi mereka tidak akan tersalurkan ke dalam seks, Akaashi mulai merencanakan apa yang dapat ia lakukan.
Mungkin seperti berolahraga atau bersantai sejenak tanpa aktivitas di atas ranjang yang menyakitkan pinggang.
Ya, Akaashi Keiji sangat menantikan ini.
.
.
.
6 November, 1 minggu berlalu.
Akaashi terlihat kusut, ekspresi lelah dan kesal tercetak jelas.
"A-Akaashi senpai, maaf lain kali aku akan memukul sesuai arahanmu." Seru seorang junior Akaashi sambil membungkuk minta maaf.
Tersadar atmosfer latihan mulai kacau, Akaashi segera bersikap seperti dirinya yang biasa.
"Tidak, tidak apa, aku--"
"Akaashi-kun, apa kamu mau istirahat sejenak? Tidak biasanya kamu mood swing begini."
Mood Swing...? Seorang Akaashi?
Tunggu ada yang aneh, kenapa Akaashi sering badmood tidak jelas semenjak challange yang ia buat dengan Bokuto?
Sementara Bokuto... Ia masih beraktivitas seperti biasa, kuliah dan latihan voli dengan rekan tim MSBY Black Jackals.
Meski di hari sabtu ini Bokuto terlihat sedih karena tidak bisa bertemu dengan sang kekasih secara langsung karena ada pertandingan di prefektur lain.
.
.
.
10 November.
"Hahh..." Bokuto menghela nafas untuk kesekian kalinya pagi ini.
Menatap morning wood yang dengan gagah berani berdiri di balik celana.
"Akaashi bilang jangan sentuh tapi..."
Throb. Penis Bokuto berkedut nakal seakan minta dimanja.
"15 menit lagi aku akan bangun."
Bokuto kembali berbaring untuk mencoba menenangkan diri, sudah beberapa hari berlalu, dan selama morning wood Bokuto akan berdiam diri hingga penisnya kembali tidur.
Sementara Akaashi dengan morning wood... Ia selalu dilanda kegelisahan.
"Uughh, kenapa di suhu dingin kamu..." Akaashi merapatkan kedua pahanya, bahkan bergesekan dengan celana dalam membuat Akaashi sangat basah.
Takut dirinya mencapai puncak hasrat hanya karena gesekan kain, Akaashi melepas celananya perlahan.
Meliukkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba menghindari penisnya untuk bergesekan.
Throb. Penis Akaashi menegak sempurna dengan precum yang membanjiri.
Andai Bokuto bersamanya, Akaashi yakin ia akan disantap detik ini juga.
Twitch. Penis Akaashi berkedut hanya karena memikirkan Bokuto.
"Tidak! Tidak boleh!" Akaashi mendekap erat bantalnya, mencoba mengalihkan perhatiannya dari Bokuto yang menggoda iman.
Demi apapun Akaashi akan bertahan meski itu membuat penisnya cukup sensitif.
.
.
.
Selasa 30 November.
"Akaashi~ akhir minggu nanti kita kencan ya? Sekalian rayain ultahmu." Bokuto menelfon sang kekasih, mengingat di hari kerja mereka terpisahkan oleh jarak.
"Iya Bokuto-san, apa aku boleh menginap?"
"Tentu saja boleh!"
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu,
sebentar lagi kelas dimulai."
"Um'hum, dadah Kaashi~"
Dan sambungan telfon terputus, iris emas itu masih terpaku pada layar smartphonenya.
"Ahhh.... pengen remes bokongnya Akaashi."
Sebenarnya Bokuto merasa tantangan NNN yang cukup meresahkan sedikit menambah stres fisik, karena seks sendiri membantu pelepasan stresnya.
Tapi jika itu permintaan sang kekasih Bokuto bisa apa? Pada akhirnya selama 1 bulan Bokuto benar-benar fokus dengan latihannya hingga menambah menu agar ia benar-benar kelelahan.
Sebagai atlit yang merasa terbantu dengan aktivitas seksual sebagai penunjuang perfoma bermain, Bokuto merasa ini suatu menu latihan yang menekankan sisi psikologisnya mengenai kebutuhan biologis.
Walau terkadang di akhir Minggu mereka bertemu dan berpelukan tanpa adanya adegan ranjang, rasanya ada yang kurang terkadang.
Meski begitu, tidak ada yang salah dengan menunjukkan cinta dengan kasih sayang tanpa adanya nafsu.
Ini juga mengajarkan Bokuto agar tidak menuruti nafsu binatangnya setiap kali melihat Akaashi bersamanya.
.
.
.
Sabtu, 4 Desember.
"Kaashiii~" Bokuto melambaikan tangannya ketika melihat sang kekasih turun dari kereta.
Karena pertandingan Senin besok, Akaashi memilih untuk mendatangi Bokuto yang berada di Osaka.
"Bokuto-san." Sapa Akaashi balik dan berhambur dalam dekapan sang kekasih.
Gyuut~ Akaashi mendekap erat Bokuto dan itu menarik perhatian orang-orang sekitar.
"Ummm, Kaashi?" Karena yang biasanya agresif adalah dirinya, Bokuto sedikit kebingungan dengan Akaashi yang tiba-tiba memeluknya--tapi ia suka Akaashi yang bersikap manja.
"Ahh, maaf..." Akaashi reflek melepas dekapannya.
"Tidak, tidak apa... ah, sudah makan siang?"
Akaashi menggelengkan kepalanya, ia sengaja tidak membeli bento di kereta api karena berpikir Bokuto pasti akan mengajaknya makan.
"Baiklah, kita cari makan siang dulu."
Bokuto mengajak Akaashi untuk makan siang bersama.
Sebelum pulang ke apartemen Bokuto, mereka berbelanja bahan makanan untuk merayakan ultah Akaashi.
Dari membeli soda, cemilan, bahan makanan mentah untuk malam hari dan esoknya, serta kue ulang tahun.
Seakan tengah berkencan.
.
.
.
"Ahhh~ daging memang yang terbaik!" Seru Bokuto dalam kunyahannya.
"Um'hum, jamurnya juga." Timpal Akaashi.
Saat ini mereka tengah menyantap makan malam bersama di apartemen Bokuto, duduk lesehan menghadap jendela yang memperlihatkan langit malam tanpa awan.
"Kamu tahu? Tantangan kemarin ternyata cukup bagus, tapi... melihatmu sekarang di hadapanku membuatku ingin menerkammu bulat-bulat."
Akaashi terdiam dalam kunyahannya, wajahnya bersemu.
"Hmm?" Bokuto melihat Akaashi beranjak dari tempat duduknya, pergi ke kamar.
"Kaashi?" Akaashi kembali menghadap Bokuto, gerak geriknya seakan tengah menyembunyikan sesuatu.
Tluk. Akaashi meletakkan sebotol lube beraroma stroberi dan sekotak kondom ukuran Bokuto.
Wajah keduanya merah padam.
Di sini Bokuto sadar jika yang tersiksa bukan hanya dirinya.
Akaashi mengambil tempat duduk tepat di samping Bokuto, memeluk lengan kekar sang kekasih dengan manja.
"Bokuto-san..."
Throb. Adik Bokuto telah bangun.
.
.
.
"Keiji..." Adalah panggilan yang paling disukai Akaashi ketika di atas ranjang.
Akaashi bisa merasakan helai ravennya diusap ketika dirinya sibuk membuka celana Bokuto.
Mengeluarkan kejantanan Bokuto yang sudah sebulan tidak dimanja.
Boing. Penis Bokuto menampakkan dirinya, tegak berdiri dengan kokoh di depan wajah Akaashi.
Batang tebal yang berurat, pucuk penis yang juga besar dan basah oleh precum.
Bokuto sudah sangat terangsang.
"Ahh, Keiji..." Pucuk penisnya dikecup, seakan menyetrum sekujur tubuh Bokuto.
Akaashi meneguk ludah, Bokuto sangat sensitif.
Haaaaa~ Akaashi membuka mulutnya, memasukkan penis Bokuto sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya.
Setelah sekian lama tidak merasa nikmat, Bokuto seakan melayang. Rasa nikmat di selangkangannya berkali lipat.
Apa lagi ketika Akaashi memainkan lidahnya pada pucuk penis sambil meremas pelan buah zakar yang menggantung.
Menusuk lubang kencing Bokuto dengan lidahnya, mengemut pucuk penis itu dalam rongga mulut yang hangat.
Sungguh, ketika Akaashi sangat bernafsu ia terlihat sangat erotis.
"Guh--" Bokuto menggeram, Akaashi menyedot penisnya.
"Ummh~ Mmhh~" Akaashi mengerang disela cumbuannya, ia merindukan Bokuto menjamahnya.
GRAB! Sepasang tangan mencengkram kepala Akaashi,
"Umph?!" Akaashi tersedak, kepalanya ditahan dan digerakkan naik turun.
Air mata mengalir deras, tenggorokan Akaashi terasa perih. Bahkan ingus dan air liurnya belepotan keluar.
"Ahh~ uugh~" Tubuh Bokuto berkedut.
Akaashi bisa merasakan Bokuto akan mencapai puncak hasratnya.
Spuuurt!
Kepala Bokuto mendongak ke belakang, sambil menahan kepala Akaashi ia menyemburkan hasrat kental.
"Ummph~ Uuungh~" Akaashi menggeliat, tersedak oleh cairan Bokuto.
Setelah puas, Bokuto melepaskan Akaashi. Menarik penisnya yang masih menegak keluar dari bibir seksi sang kekasih.
Gulp. Akaashi menelan cairan yang masih berada di dalam mulutnya.
Cairan itu cukup banyak, padahal ia sudah menelan sebagian cairan itu ketika Bokuto muncrat.
"Ahh... Hahh..." Akaashi tersengal, wajahnya merah padam.
Manik zamrud yang berair dan sayu, hidung dan bibir yang belepotan.
Akaashi terlihat sangat kacau hanya karena Fellatio.
Bokuto takkan menahan dirinya lagi, ia meraih wajah Akaashi dan mencumbu bibir yang kotor itu.
"Mmh~ Uummh~" Akaashi didorong jatuh hingga berbaring.
Dengan bibir yang tengah mencumbu, Bokuto melepaskan pakaian Akaashi satu persatu hingga sang kekasih telanjang bulat.
Tautan bibir terputus karena Akaashi menjauhkan kepalanya.
"J-jangan lihat..."
Akaashi mencoba merapatkan pahanya, menutupi penisnya dengan tangan.
"Hum? Kamu keluar ya tadi?" Bokuto menjauhkan tangan Akaashi dan melihat penis yang sangat basah.
"......" Akaashi sama sekali tidak menjawab, ia hanya bergerak gelisah karena diperhatikan.
"Aku rasa kamu jauh lebih sensitif dariku."
Bokuto menyentil pucuk penis Akaashi dan membuat erangannya lolos, membuat penis yang basah dan memerah itu tersentak.
"K-Kou... please..." Bokuto terpana.
"Ternyata NNN cukup bagus juga jika bisa melihat pacarku seimut ini." Batin Bokuto.
Bokuto bergerak turun dan menyampirkan kedua kaki Akaashi di atas pundaknya, setelah mengganjal bokong si cantik dengan bantal.
"Ahh~❤️" Akaashi menggigil, Bokuto menuangkan lube di atas penisnya, cairan itu terasa dingin.
Tuk. Akaashi berjengit saat pipi bokongnya dilebarkan, bersamaan dengan ujung botol lube ditempelkan pada bibir holenya.
Spuurt.
"Auh❤️ Angh❤️❤️" Erangan Akaashi menjadi saat cairan itu mengisi holenya.
"Yosh, saatnya menyiapkanmu."
Bokuto memasukkan jari tengahnya ke dalam Akaashi.
"~~~~~❤️❤️❤️" Akaashi menggeliat, ditambah pucuk dadanya dicumbu
Bibir Bokuto mengemut dan menghisap. Lidahnya juga tidak mau kalah, menjilat permukaan kulit yang sensitif. Sesekali menggigit dengan gemas mengirimkan sinyal listrik.
Belum lagi gerakan menggunting di bawah sana, membuat hole Akaashi semakin berkedut lapar akan Bokuto.
Akaashi benar-benar dimanjakan oleh Bokuto.
"Sebulan kita tidak melakukannya kamu jadi lebih ketat, hm?"
"Ah❤️" Spurt! Akaashi mengejang, ia menyemburkan hasratnya. Tubuhnya bergetar di bawah kukungan Bokuto.
Hahh... Hahh... Hahhh...
Akaashi terlihat kepayahan, kedua tangan yang tadinya meremas bantal di sisi kepala itu terkulai lemah.
Dada yang naik turun dengan salah satu pucuk dada yang bengkak, kejantanan yang meneteskan sperma.
Kaki jenjang yang mengangkang lebar. Membuat hole basah Akaashi merekah dan menggoda untuk diserang.
Bokuto mengecup bibir Akaashi lagi dan tersenyum.
"Feels good, beb?" Akaashi yang masih berkedut nikmat itu mengangguk.
Tidak menduga satu bulan tidak melakukan seks membuat tubuhnya begitu sensitif.
"Kou... inside, itchy..." Rengek Akaashi manja.
Bokuto lagi-lagi meneguk ludah, Akaashi benar-benar berbeda dari biasanya. Jika dulu sering menolak karena lelah, kini meski lelah ia masih meminta untuk dimasuki.
Bokuto tanpa pikir panjang mendekat dan memposisikan penisnya.
"Eh? Kondomnya--"
"Tidak perlu."
Akaashi meneguk ludah, gugup. Sudah lama sekali sejak mereka tidak melakukannya tanpa kondom. Raw sex.
"Nghhh~" Akaashi memejamkan matanya, merasakan pucuk penis Bokuto didorong masuk.
"Rileks, Ji, kamu sempit banget." Bokuto meremas kedua pinggul Akaashi.
"Uugh~ aku tidak ingat kamu sebesar ini~" Rengek Akaashi sambil terisak, Bokuto seakan mencoba membelah tubuhnya menjadi dua.
Di sisi lain Bokuto menahan dirinya untuk terus bersabar agar tidak bersikap kasar, karena merasa nikmat dengan sensasi panas dan lengket yang membungkus penisnya.
"Shh, tenang Ji." Bokuto menunduk dan meraih wajah Akaashi.
Mengecup bibir yang merengek protes dengan lembut.
Bokuto mencoba membuat Akaashi menerimanya, tangan Bokuto juga bergerak untuk meremas pucuk dada Akaashi yang bengkak karenanya.
Memilin puting yang terasa mengeras.
Sambil terus mendorong dirinya semakin masuk, Bokuto bisa merasakan Akaashi mulai rileks.
Smoch❤️ Bokuto menjauhkan wajahnya dan membuat ciuman itu terputus.
"Otanjoubi Omedetou~ Keiji." Cengir Bokuto dan mengecup kening Akaashi.
Akaashi tertegun, lalu tersenyum. Ia lupa sudah lupa waktu kalau hari ini sudah berganti hari ke 5 Desember.
Akaashi mendekap erat punggung Bokuto.
"Arigatou, Kou--ahh❤️" Akaashi mengerang, Bokuto bergerak di dalam tubuhnya.
Mengingat ucapan selamat tadi muncul ketika bagian bawah mereka terkoneksi. Bokuto yang melihat reaksi Akaashi yang menggemaskan membuatnya tidak dapat menahan diri lagi.
"Ahh❤️ Kou❤️ Tungg--Ah❤️"
Bokuto sama sekali tidak mendengarkan, masih terus mengocok hole Akaashi.
Dengan kuat menyodok prostat Akaashi, menggesek dinding rektum yang dipaksa melebar.
Spurt!
"Hauuu~❤️" Akaashi mengejang, mengotori perut keduanya dengan cairan hasrat.
"I'm still--aahh❤️ ahh❤️😫" Akaashi semakin menjerit, Bokuto tidak berhenti dan terus mengocok dengan tempo yang sama.
Tapi lebih dalam.
Hingga Bokuto mulai berkedut dan menyemburkan hasratnya.
SPUUURT! SPUUURT! SPUUURT!
Bersamaan dengan sensasi panas yang mengisi perut, Akaashi lagi-lagi mencapai puncak hasratnya
SPUURT!!
Iris zamrud itu memutih, bahkan kedua kakinya yang mengangkang menegang kaku. Sekujur tubuhnya berkedut nikmat.
"Ahh, ini seks terbaik~"
Akaashi sama sekali tidak menjawab, ia terlalu lelah.
"A-ahh--" Akaashi memekik saat Bokuto menarik dirinya keluar.
Glop. Membuat cairan Bokuto perlahan menetes dari celah bibir hole Akaashi.
"Humm?" Akaashi mengernyit saat tubuhnya dimiringkan, salah satu kakinya diletakkan di pundak Bokuto.
Akaashi melotot, Bokuto kembali memposisikan dirinya.
"K-Kou..." Akaashi sudah lemas.
"Masih ada waktu hingga hari Senin, hehe." Bokuto melet lidah.
Hehe, bokong Akaashi akan babar belur.
.
.
.
Minggu, 5 Desember.
Mereka melakukan itu hingga pagi menjelang, membuat bokong Akaashi memerah karena tamparan antar kulit.
Karena terlalu lelah untuk kembali ke Tokyo, Akaashi meminta orang tuanya mengabari pihak sekolah bahwa ia sedang sakit dan tidak bisa ke sekolah.
Nyatanya ia memang sakit (pinggang) karena Bokuto.
Meski Akaashi dibuat kepayahan, Bokuto akan merawat dirinya setelah melakukan seks. Dari membersihkan hingga memakaikan baju.
Atau pagi ini dibawakan sarapan dan handak basah untuk cuci muka, dilayani bak ratu di atas ranjang.
"Keiji~ nanti siang kita nonton ya? Aku ingin menghabiskan waktu denganmu di kasur~"
Akaashi tersenyum dan mengecup bibir Bokuto.
"Tentu Kou."
Meski sakit ini melelahkan, Akaashi akan terus mencintai Bokuto.
"Ahh, sekarang kamu 18 kan?" Akaashi baru menyadarinya, kini ia sudah mendekati akhir usia belasan.
Sama seperti Bokuto yang sudah berusia 19 tahun.
Bwof!!! Akaashi kembali berbaring di atas kasur sambil ditindih oleh Bokuto.
"Itu berarti kamu sudah legal untuk berhubungan badan." Bokuto menjilat bibirnya.
Akaashi menghela nafas.
"Secara legal iya, tapi aku sudah melakukan ini sejak berusia 16 tahun ingat?"
Ops, Bokuto lupa sudah membobol keperawanan Akaashi setelah kamp musim panas di tahun terakhir dirinya SMA--saat itu Akaashi kelas 2, tahun yang sama ketika mereka bertemu gagak Karasuno.
Ketika festival kembang api diadakan, mereka berpisah dengan rombongan dan pergi berduaan.
Kenangan yang indah karena first sex mereka di tempat terbuka memakai Yukata, mendesah di antara dentuman kembang api.
"Umm secara legal kamu bisa melakukan hal dewasa selain minum sake."
Mengingat usia legal untuk minum minuman beralkohol itu 20 tahun.
"Kamu juga Kou."
"Bhuu... jadi boleh tidak?" Bokuto memanyunkan bibir.
Akaashi mengalihkan pandangan sambil mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya, wajahnya memerah.
"S-setelah aku mandi dan sarapan?"
Ekor anjing imajiner bergoyang di belakang Bokuto.
"Tentu( ˘ ³˘)♥" Bokuto mengecup kening Akaashi.
Bluuuush~ Akaashi semakin memerah.
Ahh, ini hari ulang tahun yang terbaik bagi Akaashi.
Author Note :
Sebenulnya seks LGBT rentan kena penyakit menular, jadi kondom juga jadi pengaman agar tidak tertular ataupun menularkan.
Karena ini juga cerita fiksi dan aku tidak terlalu tertarik me-realistiskan seks layaknya kehidupan nyata.
Anggaplah mereka akan tetap "save" meski Bokuto keluar di dalam. Mengingat kebanyakan cerita yang ku tulis Akaashi jadi creampie.
Akaashi yang diisi Bokuto itu
menggemaskan (。•̀ᴗ-)✧
Btw, apa para cewe sekalian tertarik NNN? Itu berarti ga baca semua tulisan NSFW ya 🌝
Eh bentar dah batal karena kalian baca ini, ehe 🗿
1 November 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro