Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Four Season (1)

Selama empat musim, ketika siang dan malam terus berputar sepanjang waktu. Cinta di antara keduanya takkan pernah luntur, diiringi dengan hasrat dan sedikit rasa penasaran akan hal baru... Tak jarang mereka akan bermesraan dengan berbagai cara yang dirasa cocok di kala itu.

*****WINTER*****

Adult BokuAka.

.
.
.

Akaashi terbangun karena kedinginan, ia melihat sebagian besar selimut menggulung tubuh Bokuto.

"Mmmnh~ Kou..." Akaashi mencoba menarik selimut tapi tidak berhasil, benda itu ditindih tubuh besar Bokuto.

Tidak punya pilihan lain, Akaashi mencoba masuk ke dalam selimut--dengan sedikit memaksa. Menempel begitu lekat, mendekap lengan kekar suaminya dengan kedua tangannya. Tak lupa kakinya juga memeluk salah satu kaki Bokuto.

Mencari kehangatan dari tubuh suaminya.

"Mmh~" Akaashi mendapatkan apa yang ia cari, dan rasa kantuk kembali menyerangnya.

Sambil menempelkan kening di dekat leher Bokuto, iris zamrud itu kembali terpejam.

.
.
.

"Hm?" Iris emas itu mengerjap, baru saja terbangun dari tidurnya.

"Nhuuu..." Dengkuran halus terdengar di sebelah kanannya, dan ia mendapati Akaashi masih tertidur lelap sambil memeluknya.

Bokuto tersenyum, berpikir ia saat tidur menarik seluruh selimut dan membuat Akaashi menempel karena kedinginan.

"Shhh, dingin ya? Maaf ya Ji." Bokuto mengecup kening Akaashi.

Dan ketika ia mencoba bangun, ia baru menyadari sebelah kanan tubuhnya tidak bisa digerakkan karena Keiji memeluknya seperti Koala.

Meski begitu, Bokuto masih mencoba bergerak melepas diri--mengingat Akaashi sekali tidur susah bangun, jadi goncangan kecil takkan membangunkannya.

"Hm?" Bokuto mengerjap, punggung tangannya menyentuh sesuatu yang terasa keras di dalam selimut.

"........" Bokuto kembali berbaring dan mencoba meraba benda yang tadinya ia gesek.

Meremas buntelan padat dengan bibir manyun.

Morning wood Akaashi.

"Hmm..." Melirik suaminya yang tertidur seperti beruang hibernasi, Bokuto pikir jika ia sedikit bertingkah sepertinya tidak apa.

Sedikit usaha untuk membuka selimut dengan tangan yang bebas, Bokuto membalik tubuh Akaashi hingga memunggunginya.

Mengusap helai ikal yang memiliki aroma seperti shampoo miliknya, mengecup pipi chubby kekasihnya dengan gemas.

Tidak ada reaksi.

Alis yang lebih muda hanya berkerut dan bibirnya tengah bergumam mengenai bunga tidur.

Yah, hari cukup dingin dan Bokuto tidak akan melewatkan kesempatan untuk berhubungan seks dengan Akaashi.

Sambil menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher, menyesap aroma latte dari sabun favorit Akaashi.

Tangan kasar Bokuto meraba pinggul suaminya, terus ke depan dan meraba perut bergelambir yang ia suka. Meremasnya dari luar piyama.

Tangannya terus bergerak dan kini menarik ujung celana piyama beserta celana dalamnya ke bawah untuk mengekspos lubang yang masih cukup longgar dari tadi malam.

"Buka mulutmu sayang." Bokuto menyentuh bibir Akaashi yang masih bengkak, memasukkan jari jemarinya ke dalam rongga mulut yang sedikit terbuka.

"Mmhu~" Akaashi mengerang dalam tidurnya, dan Bokuto dapat merasakan lidah istrinya merespon. Bergerak perlahan seakan paham untuk membasahi.

Bokuto selalu menyukai sisi lain Akaashi ketika tidur, selain menggemaskan, ia akan menjadi begitu nakal.

Adik Bokuto di bawah sana juga semakin bersemangat.

"Mmh~ cukup sayang, kamu akan membuatku keluar hanya karena menghisap jariku."

Bokuto menarik jarinya keluar, membuat seutas benang tercipta dan rengekan kecewa Akaashi.

"Fufu, tenang, aku perlu menyiapkanmu dulu."

Bokuto meremas pipi tembem yang masih sedikit merah karena perlakuan kasar, menekan jari telunjuknya yang basah pada cincin keriput Akaashi.

Begitu lunak dan panas.

Bokuto bahkan dengan mudah menambah 3 jari sekaligus untuk menyiapkan lubang Akaashi, menggerakkan jari-jarinya dengan sedikit kasar. Menyerang prostat kekasihnya yang masih tertidur.

Akaashi menggeliat, melengkungkan punggungnya hingga menempel pada dada bidang suaminya. Nafasnya berat, bulir keringat membasahi piyamanya, ia mengerang dalam tidurnya.

Tidak sekedar mengerang, bahkan hampir terdengar seperti tangisan.

Merasa cukup, Bokuto menarik jarinya keluar dan diiringi nafas Akaashi yang tercekat.

Iris emas itu dengan lapar menatap pantat semok yang tidak pernah bosan ia jamah.

Tangan kanan yang menyusup ke bawah tubuh untuk memeluk dada Akaashi, meremas salah satu bukit kembar yang bengkak karena semalaman dimanja.

Sementara tangan kiri Bokuto menarik turun alakadar bagian depan celana tidurnya, mengeluarkan penisnya yang begitu keras dan basah akan precum. Mengocok batangnya yang tebal berurat sebelum mengarahkan pucuk merahnya pada belahan pantat si cantik, menggesekkan cairan precumnya pada cincin keriput yang sedikit bengkak.

Bokuto sudah tidak sabar ingin memasukkan dirinya ke dalam sana!

Dengan hati-hati, Bokuto mendorong ke dalam lubangnya yang ketat, menekan pinggulnya hingga menyentuh pipi bokong yang kenyal. Membuat erangan lirih kembali terdengar, Akaashi dalam tidurnya meremas lengan Bokuto yang memeluknya.

Sementara Bokuto mendesis nikmat tepat di telinga Akaashi, membisikkan kalimat sayang untuk menenangkan male-wifenya yang terlihat gelisah dalam tidur.

Tangan kanan Bokuto dengan lembut memainkan dada Akaashi, meremas dan mencubit putingnya dari balik piyama. Sementara tangan kirinya meraih penis yang setengah keras dengan pucuk merah muda yang basah, melebarkan lubang kencing yang meneteskan precum dengan ibu jarinya.

Mencoba membuat Akaashi rileks dalam tidurnya.

Perlahan pinggul Bokuto juga bergerak, pelan, sangat pelan, tanpa menarik penisnya begitu jauh. Hanya memaju mundurkan agar penisnya dapat menggesek dinding rektum yang meremasnya.

Bokuto dengan sengaja juga menggesekkan puncak jamur kesukaan kekasihnya pada buntalan saraf yang selalu membuat Akaashi menggila, menekan prostat yang lebih muda berulang kali.

"Ungh~💕 Kou~💕"

Melihat kekasihnya begitu menggemaskan, merengek dan mendesahkan namanya dalam tidur membuat Bokuto meleleh.

Ia ingin lebih.

Sedikit kasar dengan jemari memelintir puting, dan meremas pucuk merah muda yang basah, Bokuto mendorong penisnya begitu dalam dengan kuat.

"Aangh~💕" Akaashi memekik hingga terbangun, tersentak akan rasa nikmat yang kini keluar mengotori tangan kiri Bokuto.

Tubuhnya gemetar dalam dekapan suaminya, kesadarannya belum sempurna kembali, dan ia dibuat kebingungan dengan kondisi tubuhnya yang begitu kacau.

Ada sepasang tangan yang tengah memanja tubuhnya, memilin puting dan mengurut penisnya yang mengucurkan sperma. Nafas berat dan kecupan manja pada kupingnya.

Perasaan penuh dan sesak diperutnya, dan sensasi nikmat pada lubangnya yang masih dikocok perlahan.

"K-Kou...💕" Akaashi tercekat, Bokuto menaikkan tempo untuk menggenjotnya.

"Shh~ sorry babe, Desember membuat adikku kedinginan~" Keluh Bokuto sambil meninggalkan kecupan di pundak yang bergetar, membuat desahan semakin banyak lolos dari bibir M Akaashi.

"T-tad--ngh~💕 malam kan--angh💕 ud-udahh--mmh~💕" Rengek Akaashi dengan air liur menetes.

Baru juga bangun, prostatnya tengah ditumbuk. Bagaimana ia bisa bicara dengan normal?

"Aku tak pernah cukup denganmu."

"Ahh~💕"

Tanpa mengeluarkan dirinya, Bokuto mengubah posisi mereka. Membuat Akaashi menungging dengan pantatnya naik, wajahnya ditekan ke kasur dengan tangan kasar mencengkeram lehernya.

Dan tanpa memberikan waktu untuk Akaashi bernafas, Bokuto menggenjot lubang istrinya dengan kuat, menggesek dinding rektum itu dengan cepat.

Erangan Akaashi teredam pada bantal, dengan lemas meremas sprei dengan tubuh tersentak-sentak.

"Angh~💕 Ough~💕 Kou~💕"

Akaashi tidak bisa berpikir jernih lagi, ia sudah tenggelam dalam euforia. Bahkan dengan tenaga yang tersisa ia mencoba menggerakkan pinggulnya untuk mengimbangi Bokuto.

"Ohh, sayang~ mulai menikmati, hm?"

Tangan besar Bokuto meremas memar tadi malam di pinggulnya, menahannya di tempat. Membuat Akaashi merengek ketika gerakan tanpa henti dari si dominan berhenti tiba-tiba.

Penis tebal itu didiamkan saja dalam bokongnya.

"Mmh~ Kou~ jangan berhen--AAH💕"

Bokuto mendorong maju dengan pelan tapi keras, membuat tubuh Akaashi menyentak ke depan.

"K-Kou--💕" Akaashi mendesis, tapi Bokuto hanya tertawa. Tangannya menelusuri lekuk pantat kekasihnya yang semakin merah, ibu jarinya membelai tepi lubang Akaashi yang terentang.

Bokuto menyelinap keluar darinya, Akaashi merengek kehilangan tapi dia tidak menyangka lubangnya akan terbuka dengan ibu jari Bokuto.

Merasakan sepasang mata melihat jauh ke dalam dirinya yang terekspos, basah, dan gatal ingin diisi.

Si dominan meludah ke dalam lubangnya, dan menampar dinding rektumnya dalam satu hentakan kuat.

"~~~💕💕💕"

Mata Akaashi berguling ke belakang kepalanya, rasa nikmat berkali lipat menabrak akal sehatnya. Ia hampir keluar.

"Keiji~💕" Panggilnya sambil menumbuk lubang Akaashi lagi dengan kuat, menarik penisnya hingga hanya tersisa pucuknya, lalu didorong hingga buah zakarnya menampar pipi pantat. Detik itu, Akaashi muncrat tanpa disentuh.

SPLUUURTT!!!

Akaashi bergidik, tubuhnya merosot saat dia keluar dengan keras. Penisnya berkedut hebat, memuntahkan cairan sperma, mengotori perutnya sendiri dan kasur mereka--untuk kesekian kalinya malam ini.

Lubang yang mengetat membuat Bokuto kembali mendesis nikmat, merasakan bagaimana Akaashi meremas batang penisnya sampai ia tidak bisa bergerak.

Bokuto tertawa, "Kamu suka sedikit kasar bukan?" Bisiknya tepat di samping telinga Akaashi.

Oh, astaga. Bahkan suara berat dan serak suaminya dapat membuat Akaashi kembali mencapai puncak hasratnya.

Akaashi tidak menjawab, dia terengah-engah turun dari langit ketujuh ketika Bokuto kembali bergerak, mengocok lubangnya yang sensitif. Menimbulkan kecipak becek dan tamparan kulit yang sensual.

"Ji, kau dengar itu? Dengar seberapa longgar lubangmu karenaku?"

Yang Akaashi bisa lakukan hanyalah mengerang dan mengerang, tiada kata yang keluar dari bibir yang basah akan saliva selain desahan dan nama suaminya. Akaashi meracau, air matanya tumpah bercampur ingus.

Bokuto bergerak lebih cepat dan lebih cepat, menenggelamkan jari jemari tebalnya pada pinggul istrinya--yang dijamin akan membuat memarnya bertambah.

"Kamu ingin aku keluar di dalammu, sayang?"

Akaashi hanya mengerang, sudah benar-benar mabuk akan rasa nikmat.

Bokuto menggeram di belakangnya, melihat bagaimana penis tebalnya keluar masuk dari cincin keriput yang sempit.

Beberapa hentakan kuat, buah zakar mengetat, dan penis yang semakin bengkak. Bokuto membenamkan dirinya begitu dalam, menyemprot perut Akaashi dengan cairannya yang hangat.

SPLUUURT!!! SPLUUURT!!!

Sensasi hangat yang mengisi perut membuat Akaashi mengejang, penisnya yang bocor meneteskan sperma lebih banyak.

Spurtt!!

"Ungh~💕" Akaashi gemetar, terisak pelan.

Sementara Bokuto menggigit bibirnya, menggeram nikmat dengan sensasi yang membungkus penisnya untuk kesekian kali. Seakan mencoba meremas setiap tetes terakhir spermanya keluar.

Puas melihat Akaashi yang lemas dengan bokong masih menungging, Bokuto memberikan beberapa tusukan pelan sebelum menarik dirinya keluar.

PLOP! Membuat cincin keriput yang tadinya melebar perlahan merapat meski tidak bisa sepenuhnya, membiarkan cairan Bokuto yang tak dapat tertampung mengalir jatuh di antara kedua paha Akaashi.

"Ahh~ sekarang jadi terasa sangat panas!" Keluh Bokuto sambil menyisir rambut lepeknya dengan jari, menatap kekacauan yang baru saja mereka buat.

Sprei kusut, basah oleh keringat, dan sperma berceceran.

Namun, melihat istrinya sama sekali tidak bergerak membuat Koutarou mulai khawatir.

"Keiji?"

"💀"

Bokuto Keiji pingsan karena kelelahan.

******

Author Note :

"Aku mencintaimu selama 4 musim terus berputar." Terdengar seperti "Aku akan menggagahimu selama 4 musim terus berputar."

Maafkan aku, come back kali ini sedikit terlalu panas 💦

Kalau kalian sampai rada demam, itu... tanggung sendiri ya hehe 😀

28052022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro