Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BokutoFem (2)

Seperti yang kalian ketahui, hubunganku dengan Bokuto-san itu lebih dari hanya sekedar Senpai-Kouhai.

"Keiji~" Senyum bak sinar mentari memanggil namaku, aku lupa entah sejak kapan kami saling memanggil nama.

Hingga kami beranjak dewasa dan memilih jalan masing-masing, Bokuto-san itu...

Mesum.

"Chou~dai."

Dengan ekspresi memohon dan wajah merona, jari jemari yang kasar karena latihan keras membelai area sensitifku yang sudah mengeras.

*****

"Kou, sebentar lagi kamu akan ada pertandingan bukan? Bukankah satu kali saja sudah cukup?"

"Mmh~ More~ moreee~" Rengek Bokuto manja dan mengocok Akaashi di bawah sana.

Akaashi menggigit bibirnya, merutuki dirinya yang dengan bodoh malah kembali mengeras.

Saat ini Bokuto yang bergabung dengan tim Voli professional MSBY Black Jackals akan bertanding, dan keduanya sedang berada di toilet umum di Stadion.

Melakukan rutinitas sebelum bertanding.

Yup, rutinitas.

Sejak Bokuto bertemu dengan Akaashi yang baru di Kelas 1, Bokuto selalu meminta bantuan Akaashi dalam segala urusannya.

Bahkan hingga meminta mengaitkan bra saat mereka di ruang ganti—di mana hanya ada mereka tentunya, walau Akaashi merasa itu sudah berlebihan... ia tetap melakukannya.

Hingga benih asmara timbul dan keduanya menjalin hubungan.

Sudah menjadi pengetahuan umum di mana sang Manajer klub Voli Putri dan Ketua tim Voli Putri Fukurodani saling menautkan benang merah.

Tak perlu menyebar gossip karena mereka sendiri yang menunjukkan kebersamaan mereka—yang hanya dengan melihat orang-orang akan mengerti bahwa mereka saling menyukai.

Setiap kali Bokuto akan bertanding, ia juga akan meminta Akaashi untuk menemaninya. Entah membeli minuman atau sekedar ingin menenangkan diri, hingga ke toilet.

Dan ritual "Sex before Match" selalu menjadi kunci mood Bokuto di tengah lapangan.

Pernah suatu kali mereka tidak melakukan itu sebelum bertanding—karena Bokuto datang bulan, tentunya Akaashi tidak ingin melakukan sesuatu yang mungkin akan berdampak buruk pada sang kekasih.

Meski Bokuto hanya melakukan felatio, ia masih merasa kurang... dan karena hal itu permainannya menjadi kacau.

"NGGGAAAAH!!! GIMANA CARANYA CROSS SPIKE?! PENGEN NABOK BOKONG DEK AKAASHI-KUN AJAAA!!"

Membuat permainan harus dihentikan karena pelatih dari tim Fukurodani meminta time out—si pelatih juga dibuat terkejut karena Akaashi dengan histeris memohon untuk meminta Bokuto keluar dari lapangan atau situasi semakin kacau.

Dan Bokuto akan mengatakan kalimat ambigu yang menjurus pada sang Manajer lelaki.

Sungguh, itu kenangan yang mengerikan.

Tapi, beranjak dewasa... Rutinitas ini kadang tak diperlukan, karena dengan sendirinya Bokuto bisa menenangkan dirinya dan hanya fokus pada pertandingan yang berada di depan mata. Bahkan sesudah mereka menikah, Bokuto hanya meminta jatah rutin di rumah mereka.

No more sex in public place.

Namun, entah kenapa setelah sekian lama... Bokuto kumat. Minta jatah lebih.

"Mmh?" Bokuto mengerjapkan matanya saat bibirnya ditahan dengan jari telunjuk Akaashi.

"Sebentar lagi pertandingan, dan Kou masih ingin bermanja-manja dengan ku?"

Meski tidak suka, Akaashi mencoba tegas. Bokuto merengut, dan bukannya berhenti, gerakan tangannya semakin cepat mengocok Akaashi.

Membuat Akaashi sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak menerjang sang istri.

"Setelah 1 bulan tidak bertemu denganmu, tentunya aku kangen kan? Andai saja aku boleh membawamu ke setiap pertandingan kemarin... Kenapa mereka tidak mengadakannya di Jepang saja... Keijiiii~ aku kangen tau!"

Urat kesabaran hampir putus di kepala Akaashi jika akal sehatnya tak bertahan, sedari tadi Bokuto berkeluh kesah ia terus saja mengocok milik Akaashi hingga ia hampir mencapai puncak.

"Tapi engga di sini juga, Kou."

BRUK! Akaashi mendorong Bokuto dan mengunci kedua pergelangan tangan Bokuto, jika lebih dari tadi Junior Akaashi akan meledak.

"Tadi, kamu bilang kangen aku kan?"

Bokuto mengangguk mengiyakan, penuh harap Akaashi akan menurutinya.

Nyatanya tidak.

Iris emas Bokuto melotot saat melihat Akaashi mengeluarkan sebuah benda dari tasnya, Bokuto sekuat tenaga menggelengkan kepalanya.

"Ji? K-keiji? Sayang?"

"Hmm?"

Bokuto semakin pucat pasi saat Akaashi mendekatkan benda itu padanya.

"Katanya kamu kangen aku kan? Jadi..."

Detik itu juga, Bokuto mengingat untuk tidak memaksakan kehendaknya pada Akaashi.

Terutama ketika mereka sedang berada di tempat umum.

Air matanya menggenang, dan hanya pekikan yang keluar dari bibirnya.

"TIDAAAAAK!!!"

.

.

.

"Permainan istrimu hari ini luar biasa ya?" Komentar Udai yang menonton pertandingan di samping Akaashi.

"Ufufufu." Akaashi hanya tersenyum dan memperhatikan sang kekasih yang serius dalam pertandingan.

Sesekali kontak mata terjadi, wajah Bokuto memanas setiap kali ia melihat Akaashi tersenyum manis padanya.

"Pak Akaashi-san, kau membuat Bu Akaashi-san salting." Timpal Udai yang menyadari gelagat aneh Bokuto yang sesekali menutup wajahnya.

"Hahaha, benarkah?"

"Yap, karena saat ini kau menjadi sorotan kamera."

Hah?

Akaashi menoleh ke arah monitor layar yang tadinya menampilkan nilai skor masing-masing tim itu malah memperlihatkan dirinya dan Bokuto yang masih berada di tengah lapangan.

"KITA TIDAK MENDUGA HAL INI, PEMAIN NOMOR 12 DAN SANG SUAMI TENGAH MELEMPAR TATAPAN CINTA, SUNGGUH PEMANDANGAN YANG MANIS SEKALI."

Timpal sang komentator.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa selama ini Bokuto memakai kalung dengan bandul cincin, cincin yang serupa dengan cincin yang dikenakan Akaashi.

Karena keduanya menjadi pusat perhatian, mereka mendapat sorak soray yang membuat keduanya menjadi semerah kepiting rebus.

"Bokun—maksudku, Akaashin, sudah aku bilang nanti saja lovey doveynya." Tegur Atsumu sambil menepuk pundak Bokuto, gadis dengan rambut blonde itu tersenyum mengejek.

"A-aku..." Yup, Bokuto tidak bisa berkutik.

"Ah~ aku juga ingin seperti Akaashi-san~" Keluh Hinata, gadis dengan kulit tan dan rambut kemerahan itu melihat kearah Bokuto dengan ekspresi iri.

"Memangnya Pria Adlers itu belum melamarmu?" Celetuk Sakusa dan membuat semua orang tertuju pada Hinata, gadis tinggi dengan rambut ikal panjang yang dikuncir ini memang suka membuat orang terkejut.

"I-itu..." Hinata tergagap.

Dan pertandingan mereka diselingi dengan gosip bumbu romansa dari para pemain.

.

.

.

"Kita sudah di rumah sekarang."

"Ya, aku tahu itu."

Bokuto menatap Akaashi yang masih terlihat biasa saja, Bokuto menggembung pipinya kesal. Wajahnya memerah dan matanya berair.

Setelah pertandingan berakhir, mereka pulang lebih dulu dan tidak mengikuti pesta kemenangan yang diadakan oleh Tim MSBY Black Jackals.

Sekarang keduanya sedang berada di sarang cinta mereka.

Rumah mereka.

Akaashi mendekap Bokuto dengan lembut, mengecup kening sang kekasih penuh kasih sayang.

Bokuto juga balik mendekap Akaashi, dengan nafas yang memburu.

Waktu sudah cukup lama berlalu dan mereka sudah bukan anak SMA lagi, jika dulu Bokuto lebih tinggi dari Akaashi, sekarang tidak.

Akaashi tumbuh dari remaja yang menggemaskan menjadi lelaki yang sempurna, meski ia hanya lebih tinggi dari Bokuto beberapa centi.

"Sebenarnya kamu merona bukan karena aku kan?"

Klik.

DEG!

"Angh! Kei-nh!" Bokuto mengerang, kakinya bergetar hebat. Jika ia tidak berpegangan pada Akaashi, ia sudah jatuh merosot ke lantai.

Bokuto bergetar saat benda yang berada di dalam tubuhnya bergerak hebat, karna Akaashi menekan tombolnya.

"Iya, iya kita ke kasur dulu." Pinta Akaashi sambil mengusap bulir air mata Bokuto yang jatuh, wajahnya memelas pada Akaashi.

"Mmm~" Keduanya saling bercumbu, dengan tubuh yang di bawa ke atas ranjang. Satu persatu pakaian mereka tanggalkan, seraya menyambungkan kecupan yang beberapa kali terputus. Kain-kain berserakan di sekitar kasur.

"Kamu tidak ingin mandi dulu?"

Bokuto merengut dan membuka pahanya lebar, di mana hanya ada selembar kain berwarna cream yang menutupi area selangkangannya yang sudah basah.

Tanda bahwa ia sudah tidak bisa menunggu lagi, Bokuto bahkan menggerakkan pinggulnya naik turun.

Sudah terlalu horny bini mu, Kaashi.

Akaashi tersenyum melihat bagaimana sang istri menuntut, Akaashi menyentuh area genital Bokuto.

Benar-benar sudah sangat basah.

"Keluarkan benda itu..."

"Bukannya Kou suka?"

Bokuto berjengit saat jari jemari Akaashi menelusup masuk, menggerakkan benda yang sedari tadi bergetar dan membuatnya menggila selama pertandingan berlangsung.

"A-aku hanya ingin Keij—AAH! Angh! Anh!"

Klitoris yang mengeras itu diemut dalam rongga mulut yang hangat, tak lupa gerakan si jari yang secara in out menggelitik bagian dalam Bokuto.

Membuat bagian sana semakian gatal.

"Ngh~!!" Reflek Bokuto mengeratkan kedua pahanya, namun ditahan oleh Akaashi.

"Kamu mau teriak apapun aku tidak akan berhenti lo ya?"

Akaashi menarik keluar vibrator kecil yang sejak pertandingan bersemayam di dalam Bokuto, Akaashi menjilat cairan kewanitaan yang menetes dari benda itu.

Bokuto semakin terbakar nafsu karena sang kekasih, dan ia dibuat kebingungan saat Akaashi malah turun dari kasur mereka.

"Kemanaa Ji? Aku dah gatel nih!"

"Sabar Kou, masang kondom dulu."

Bokuto segera bangkit dari kasur dan menahan Akaashi, menarik tangannya dan membuat keduanya terjatuh di atas kasur.

"Bahay—"

"I want to feel you."

Bokuto mengulurkan tangannya dan meraih kejantanan Akaashi yang sudah mengeras.

"Please, Ji..."

Akaashi menarik nafas dalam, lalu menempelkan hidungnya pada hidung Bokuto. Kiss nose.

"Jangan salahin Keiji kalo kamu hamil."

"Ihh, kita kan udah nikah juga!"

"Kalo kamu hamil, ga bisa main voli dulu Kou."

Bokuto terdiam, lalu dengan gelagapan ia menatap Akaashi yang masih lurus menatapnya.

"E-engga papa ko! Ntar klo dah gede kita ajarin main voli!"

Sampai kapanpun Akaashi memang tidak bisa melawan Bokuto yang keras kepala, dan berakhir ia yang akan mewujudkan keinginan sang kekasih yang ia cintai.

"Ntar besok susah berdiri, yakin? Keiji ga bakal nahan diri lo?"

Bokuto mengalungkan lengannya pada leher Akaashi, membuat wajah Akaashi semakin dekat dengannya.

"Kan Keiji bisa gendong aku, hehe."

Dan malam itu berakhir dengan desah lirih sepasang burung hantu yang sedang memadu kasih.

.

.

.

"Pagi Ji~" Sapa Bokuto riang gembira.

Akaashi yang telat bangun dari sang kekasih berdiri di ambang pintu dapur dengan wajah kusut, ia memperhatikan Bokuto yang terlihat segar bugar tengah membuat sarapan untuk mereka berdua.

Dengan tubuh yang penuh bercak tadi malam, mengenakan kaos yang selalu Akaashi kenakan di SMA—Setter Dog.

Berbeda dengan Bokuto yang terlihat biasa saja, Akaashi terlihat kusut dengan wajah yang terlihat kekurangan tidur.

Rambut acak-acakan, sekujur tubuh yang juga penuh bercak yang ditinggalkan Bokuto, dan punggung yang sakit.

"Sepertinya aku harus nge-gym."

"Boleh, nanti bareng aku aja Ji."

Timpal Bokuto yang tidak peka dengan Akaashi—yang merasa kalah dari Bokuto, bahkan saat di ranjang tak jarang menjadi submisif dan dimangsa Bokuto.

Akaashi memeluk Bokuto dari belakang, menyesap aroma manis dari ceruk leher Bokuto.

"Kamu buat apa Kou?"

"Telur dadar."

Yang terlihat di wajan berupa telur orak-raik.

"Haaaaaaa~ napa si kamu tu bodoh tapi imut banget."

"Iya aku imut tapi ga usah gini juga kali."

Bokuto sedikit kesal saat Akaashi meremas kedua payudaranya dari belakang ketika ia berkeluh kesah, seakan melampiaskan rasa gemas dengan mencubit putingnya.

Bokuto menoleh dan melihat wajah sang kekasih yang masih setengah mengantuk.

"Masih ga puas Ji?"

Akaashi mengerjapkan kedua matanya dengan cepat, ia menggeleng mengatakan tidak.

Namun, tangannya berkata lain.

Selain mencubit dan meremas payudara Bokuto, tangannya yang lain menelusup masuk ke dalam celana dalam Bokuto.

Perempatan imajiner muncul di pelipis Bokuto.

"Kamu tu sebenarnya mau di serang ya Ji?" Ucap Bokuto seraya meremas morning wood dari luar celana yang Akaashi kenakan.

"Kalau iya?" Tantang Akaashi dan menjilat bibirnya yang terasa kering.

Dahlah, Namanya juga pasutri yang sudah lama tidak bertemu. Di dapur itu, untuk kesekian kalinya mereka saling melumat.

Lagi, dan lagi.

*****

21 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro