Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bite and Kiss (2)

Vampire AU~✨
.
.
.
Ahh—mmh.” Erangan itu memecah keheningan malam.

Lehernya tengah dicumbu, tubuhnya didekap erat oleh sosok besar dengan surai kelabu.

Iris zamrud itu berair, suhu tubuhnya memanas. Kedua tangannya memeluk punggung lembab orang yang mendekapnya.

Di mana darah segar merembes dari luka sayatan yang membentang di sepanjang punggung orang itu.

“Bokuto-san, c-cepat minum darahku—“

Nafasnya tercekat, lidah basah orang yang dipanggil Bokuto itu menyapu permukaan lehernya.

“Akaashi...”

Bibir pria itu semakin terbuka, gigi taringnya meruncing.

Aaagh—ahh!” Leher Akaashi digigit, darahnya diminum.

Bokuto menyesap leher Akaashi, jakunnya bergerak saat menelan cairan merah kental.

Tangan Akaashi kembali meraba punggung Bokuto, luka pria itu mulai menutup

“Bokuto-san, lukamu sudah menut--aah~”
Bokuto melepaskan gigitannya, meninggalkan jejak darah yang beraroma manis.

"Mmhm?” Akaashi merasakan bibir Bokuto mengecupi wajahnya.

Menjilat air mata yang tadi mengalir.

"Sakit?”

Akaashi menggeleng, “Aku sudah terbiasa Bokuto-san.”

Mendengar itu Bokuto kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher Akaashi.

Dekapan Bokuto semakin erat, hidungnya bergerak menyesap aroma Akaashi, nafasnya juga menjadi berat.

Akaashi meneguk ludah, Bokuto kalau meminum darahnya pasti akan begini.

Horny.

“Bokuto-san, kita masih di luar.”

Lebih tepatnya di gang sempit di mana rembulan pun tidak sepenuhnya dapat menggapai mereka.

“Akaashi...” Suara husky yang terdengar menggoda.

Akaashi yang mencoba melawan seakan terhipnotis, ia mulai terbuai.

“Kita pulang dulu...” Pinta Akaashi memelas.

Bokuto menghentikan aksinya, menggendong Akaashi ala bridal style.

“Pegangan Shi.”

Akaashi mengeratkan dekapannya pada leher Bokuto, tak lupa memejamkan matanya.

Karena Bokuto akan membawanya berlari dengan sangat cepat menuju rumah mereka. Akselerasi dapat membuat manusia biasa mual, untuk mengantisipasi efeknya dengan menutup mata.

"Kita sudah sampai.”

Akaashi membuka matanya, dan benar saja. Mereka berdua berada di rumah, lebih tepatnya di atas kasur.

Mmn~♡"

Bokuto segera mengecup bibir Akaashi, mengemut bibir peach yang menggoda.

Akaashi membuka mulutnya, memberikan akses masuk pada Bokuto.

Mmh~♡” Tengkuk Akaashi ditahan, lidah Bokuto menelusup masuk.

Saling bertukar saliva, Akaashi bisa merasakan rasa besi yang tersisa di mulut Bokuto.

Tangan Bokuto tidak tinggal diam, ia menarik sabuk celana Akaashi dan menurunkannya.

Aaamh~♡♡” Erangan Akaashi teredam, Bokuto meremas kejantanannya.

Ciuman itu cukup membuat Akaashi mengeras.

Bokuto menarik daging yang menegak itu keluar dari celana Akaashi, mengocoknya dengan tempo yang tepat.

Nghh~♡ mmh~♡” Akaashi menggeliat nikmat, tangannya mencoba menahan tangan Bokuto yang mengocoknya.

Akaashi memalingkan wajahnya, membuat ciuman itu terputus, nafasnya tersengal.

“Kou—ahh! T-terlalu cepat—mmngh~♡"

Akaashi meleleh dengan sentuhan Bokuto.

"Cum for me, Ji.” Bisik Bokuto seduktif, Akaashi mengejang.

Aaangh~♡♡Spuuurt Menyemburkan puncak hasratnya.

Bokuto menatap telapak tangannya yang belepotan dengan cairan Akaashi.

"Ku rasa ini cukup.” Bokuto melumuri hole Akaashi dengan cairan itu, perlahan memasukkan jari jemarinya.

Melebarkan hole Akaashi.

"Ahh~♡ mmh~♡” Akaashi mendesah nikmat, bagian dalamnya dikocok dengan tepat.

Gerakan menggunting untuk melebarkan hole yang mengetat.

Dirasa cukup, Bokuto mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras.

Ukurannya besar, meliuk ke atas, dengan urat tebal yang menonjol, dan meneteskan precum.

Bokuto melebarkan kedua kaki Akaashi, memposisikan penisnya pada hole basah di bawah sana.

“Pelan-pela—aagh!!?” Akaashi membelalak, Bokuto menghentakkan penisnya sekali masuk.

Akaashi tidak bisa bernafas, rasa sakit yang mengerikan mengisi dirinya.

Aagh—sakit—“ Iris zamrud Akaashi kembali berair.

Bokuto menunduk dan mengecupi wajah Akaashi, mencoba menenangkan.

"Shhh, rileks Ji.” Bokuto bisa merasakan Akaashi menjepitnya dengan kuat.

Rahang bawah Akaashi diraih, ibu jari Bokuto mencoba membuka bibir Akaashi yang terkatup rapat.

Ughhmmnn~♡” Akaashi pasrah, bibirnya kembali dicumbu Bokuto.

Ciuman itu untuk membuat Akaashi merasa rileks, dan perlahan jepitan yang membungkus Bokuto melemah.

Smoch! Ciuman itu terputus, meninggalkan jejak saliva di sisi wajah Akaashi.

"Kou... Y-you can move...”

Mendapat lampu hijau, Bokuto menggerakkan pinggulnya perlahan.

Mengocok bagian dalam Akaashi dengan lembut.

"Aaah♡ Ahh♡ Mmmh♡ Ah♡” Erangan Akaashi lolos.

Maju, mundur, maju, mundur. Menggesek dinding rektum Akaashi dengan hati-hati.

Melihat Akaashi menikmati setiap inci dari dirinya, Bokuto menaikkan tempo.

Membuat Akaashi semakin mengerang, tersentak-sentak di atas kasur.

"Ah♡ Ah♡ Ahh♡ Ah♡ Angh♡ Ah♡” Akaashi meremas sprei hingga kusut.

Sosok cantik itu terlihat sangat menggoda di mata Bokuto.

Iris zamrud yang berair, wajah merona, bibir bengkak yang meneteskan saliva, kejantanan yang bergoyang karena momentum, dan lubang nikmat yang tengah melahap penis Bokuto.

Sesuatu dalam diri Bokuto juga bergejolak, ia menginginkan darah Akaashi.

"Ji, bolehkah aku...”

Akaashi masih tersentak-sentak itu mengangguk paham, menggigit bibir dan memalingkan wajah.

Memberikan akses untuk Bokuto menyerang lehernya lagi.

Haaa~ Bokuto mendekatkan wajahnya, bersiap menancapkan giginya lagi.

Grauk.

"AaaghMmmngh~♡ kenapa di sanaaa??” Protes Akaashi.

Bokuto menancapkan giginya di sekitar puting Akaashi yang masih tertutup kemeja, menyesap darah segar si pemuda dari pucuk dadanya.

Apa yang Akaashi rasakan campur aduk antara nikmat dan sakit, ia melampiaskan perasaan itu pada Bokuto dengan menjambak kepala yang tengah menyusu di dadanya.

Uugh~♡ paling tidak buka kemejaku dulu—“

Akaashi yakin kemejanya akan meninggalkan lubang bekas gigitan.

Twitch! Akaashi seakan tersetrum, Bokuto berkedut di dalam tubuhnya.

Why you getting bigger too??

Glup. Bokuto hanya menatap dan menyesap darah Akaashi, sambil terus menggerakkan pinggulnya.

"Mmngh♡ Ahh♡ Kou♡” Tubuh Akaashi berkedut, ia mencapai puncak hasratnya lagi.

Mengotori perut keduanya dengan cairan putih bening, perlahan menjadi sebening air karena Bokuto masih menyerangnya yang sensitif.

Grrrrr

Bokuto semakin kuat menghentakkan pinggulnya, menyodok prostat Akaashi.

AaahMmmnhh” Punggung Akaashi meliuk ke atas, membuat dadanya membusung naik.

Seakan menyodorkan pada Bokuto untuk dilumat habis.

Beberapa tusukan yang dalam, Bokuto menekan dirinya para prostat Akaashi.

SpuuurtSpuurtSpurt

Menyemburkan cairan hangat yang perlahan merembes keluar di antara celah kecil.

Masih dengan bibir yang mengulum salah satu pucuk dada Akaashi, menyesap darah manis.

Hahhh...” Bokuto melepaskan puting Akaashi, menjilat bibirnya yang belepotan darah.

Akaashi dalam dekapannya terkulai lemas, meraup oksigen dengan rakus.

Delicious~” Bokuto mengecup rahang bawah Akaashi dengan gemas.

Akaashi kembali direbahkan di atas kasur, selain karena lelah, ia juga kekurangan darah karena Bokuto.

Aw—“ Akaashi memekik saat Bokuto membuka kancing kemejanya.

Dada Akaashi terekspos, di mana puting kanannya menyembul dan menegak. Di sekeliling areolanya terdapat bekas gigitan Bokuto, masih meneteskan darah segar.

A-aahmmh~♡” Akaashi mengerang sakit, Bokuto menjilati area putingnya yang berdarah.

Air liur Bokuto membantu regenerasi Akaashi, lukanya tertutup dengan sempurna—meski masih meninggalkan jejak gigitan.

Merasa tidak ada sentuhan lagi, Akaashi membuka matanya.

Menatap iris emas yang hanya tertuju pada Akaashi.

“Masih sakit?” Akaashi menggeleng, putingnya sudah mendingan.

Untuk sesaat Akaashi berpikir Bokuto akan mencabik putingnya hingga lepas dengan gigi-gigi karnivora itu.

Hmm?

Bokuto menunduk kearah di mana selangkangan mereka masih menyatu.

Gyuu~t❤️ Bokuto mencoba menarik penisnya keluar, tapi lubang Akaashi seakan menahannya untuk pergi.

Bokuto mendongak dan mendapati Akaashi menutupi wajahnya yang memanas.

"Oya oya?”

Bokuto menyeringai, tidak biasanya Akaashi minta jatah lebih.

Mengingat stamina manusia biasa tidak bisa mengimbangi seorang vampir.

“Lanjut?”

"A-aaah Tidak!"

“Yakin?”

Bokuto menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan sangat pelan, menggoda Akaashi dengan akal sehatnya yang keras kepala.

Akaashi menggigit bibir, rasa nikmat ini penuh rayuan.

“Koutarou...”

“Ya?"

“Lakukan lagi."

Bokuto menyeringai puas.

"Kamu merengek pun, aku takkan berhenti.”

Akaashi meneguk ludah, kenapa penyesalan selalu datang di akhir?

.
.
.

"Keiji-kun, kamu jadi vampir ya?”
Akaashi mengernyit, segera mengecek sklera matanya.

Masih putih, tidak hitam.

Akaashi baru ingat dua hari ini dia di rumah dengan Bokuto setelah menyelesaikan misi.

"Aku...”

Mana mungkin Akaashi menjelaskan kalau sepanjang hari ia melakukan seks dengan Bokuto.

“Aku masih manusia, Kita-san.” Akaashi berkeringat dingin.

Kita Shinsuke merupakan atasan Akaashi di asosiasi, vampir dan kerabat Bokuto.

"Sudah aku bilang kan? Sepertinya hidung kalian sedang tidak berfungsi dengan baik.”

Kita menoleh ke arah belakangnya, di mana dua pria berwajah sama mengekori.

"Eh? Tapi jelas-jelas dia punya aroma vampir! Ya kan, Samu?”

“Hu’um Tsumu, hidung kita tidak mungkin salah.”

Si kembar Miya, demi-human jenis manusia rubah. Mereka sulit dikendalikan, karena itu cocok dengan Kita yang tenang dan terstruktur.

"Kalau dia jadi vampir, memangnya kenapa?”

Si kembar Miya terdiam, suara husky itu tiba-tiba terdengar dari belakang mereka.

“E-eeeehhh??” Si Kembar dengan gerakan patah-patah menoleh ke belakang dengan takut.

Seorang pria gahar dengan wajah datar berdiri tegap, menatap si kembar tajam.

Bagi Bokuto, si kembar Miya hanyalah bayi yang masih menyusu dengan induknya.

“Bokuto-san, kemana saja kamu?”

Ekspresi dingin itu segera berubah menjadi lebih lunak, senyum lebar sambil cengengesan.

"Tadi aku nyasar, hehe~”

Poff!! Bokuto berubah menjadi seekor burung hantu dan hinggap dipundak Akaashi.

Bokuto dengan manja menggesekkan kepalanya pada wajah Akaashi.

“Geli, Bokuto-san~”

Kita hanya tersenyum melihat Akaashi dengan Bokuto akur, sedangkan si kembar Miya menatap tidak percaya.

Bisa-bisanya kakek veteran ini bersikap manja pada daun muda.

Merasa ditatap, Bokuto mendelik dan mengangkat tajinya.

Si kembar segera mengubah pandangan dan pura-pura tidak melihat.

"Baiklah, Kita-san. Kami duluan ya?”

“Iyaa Keiji-kun.”

Sepeninggal Akaashi, senyum Kita masih terpantri.

“Jika Koutarou-san mengubah Keiji-kun, apa yang akan terjadi?”

Si kembar Miya saling pandang, tidak biasanya Kita akan bicara seperti itu.

"Kita-san, apa maksud mu--"

"Bagaimana menurut kalian? Rumor Koutarou-san masih masih mencintai manusia dari 3 abad yang lalu masih melekat bahkan ketika Keiji-kun sudah ada."

Iris abu dengan sklera putih itu perlahan menjadi iris emas dengan sklera hitam, memicing pada punggung Akaashi dan burung hantu Bokuto.

"Jika si bodoh itu menyakiti Keiji-kun, aku yang akan mengeksekusinya."

Si kembar membisu, takut.

Meski Kita terlihat seperti orang yang lemah lembut, Kita sudah seperi orang tua di asosiasi.

Tidak ada satupun anak-anak demi-human dan manusia dibawah naungan asosiasi yang luput dari kasih sayangnya.

Bahkan Akaashi sekali pun sudah bagaikan anak darah dagingnya sendiri.

Walau dulu... Akaashi pernah menghilang dari asosiasi setelah mendengar cerita mengenai legenda si vampir burung hantu.

Entah bagaimana manusia biasa sepertinya bisa kabur dari pengawasan para demi-human dengan indra tajam.

Beberapa bulan kemudian, Akaashi ditemukan bersama dengan Bokuto.

Si vampir yang selalu menyendiri dan hidup tanpa arah tujuan.

"Tapi beda cerita jika Koutarou-san meminumkan darahnya pada Keiji-kun." Kita tersenyum misterius.

Corak mata Kita kembali normal seperti sedia kala, ia tersenyum pada si kembar.

"Ayo, kita juga masih ada pekerjaan yang harus dilakukan."

Si kembar saling pandang, lalu mengekori Kita yang berjalan menuju ujung lorong.

"Baik, Pak!"

*****

Author Note :

Konfliknya gimana? Siyalan, idenya jadi beranak (banyak chap).

Aku mikir sambil bawa motor, eh nemu alur gila begini.

Adegan bertarungnya nanti aja, aku lagi pengen bahas adegan ranjang/plak

Dua chap dulu ya? Nanti chap 3 kita fokus masalah BokuAka dulu kenapa 🗿

20 September 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro