Chapitre Six
Chapter sebelumnya~
Wanita asal Inggris itu mengulurkan tangannya, sebuah sihir di lakukannya, membuat sebuah portal yang gelap terbuka "Dazai, Chuuya, ayo kita berangkat" ucapnya mulai memasuki portal itu, diikuti oleh Dazai dan Chuuya.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Ketiga orang beda tinggi itu kini sedang berdiri menghadap sebuah kafe yang berada di kota Yokohama.
Cring~
Suara lonceng kecil berdentang terdengar saat pintu kafe itu terbuka, "selamat datang" seorang gadis berambut merah dengan pakaian pelayan dan juga apronnya menyambut tanpa mengalihkan perhatiannya dari gelas kaca yang sedang dibersihkannya. "Kau tetap saja acuh ya, Lucy Maud Montgomery" ucap Lucy begitu masuk.
Seorang laki-laki bersurai putih, dengan poni miring, dan kemeja putih kasualnya langsung berlari menghampiri wanita yang baru saja masuk begitu mendengar suaranya "Atsushi-kuu~n" Dazai merentangkan kedua tangannya agar manusia harimau putih itu dapat memeluknya.
Bukannya pelukkan yang didapatkannya melainkan ia terjatuh karena Atsushi mendorongnya agar dapat bertemu Lucy.
Lucy menerima remaja harimau yang menghambur ke pelukannya. "Sudah lama kau tidak ke sini" ucapnya mendongakkan kepalanya, karena ia memang lebih pendek dari wanita bermanik hijau itu "eh~, benarkah? Memangnya sudah selama apa?" Balas Lucy "hm...sekitar setahun mungkin" jawab Atsushi "kau hanya berdua ke sini, Ryoku-san?" Lanjut Atsushi yang masih memeluknya. Ryoku? Itu adalah nama samaran Lucy saat datang ke dunia Bungou stray dogs. Chuuya yang masih berdiri di belakang Lucy mendengar percakapan kedua insan itu mencubit tangan Atsushi yang berada di belakang tubuh Lucy "aww!" Atsushi mengaduh kesakitan akibat cubitan sayang dari Chuuya, melepas pelukannya "kau lihat, aku juga datang bersama Chuuya" ujar Lucy menyingkir agar Chuuya dapat terlihat.
"Ah, kau kembali lagi rupanya Ryoku" gadis bersurai merah itu melepas appronnya, datang sambil memberikan segelas lemon tea, minuman favoritnya "yah....kau juga masih disini rupanya, kukira kau kembali pada Fitzgerald, Maudy" balas Lucy mengambil minuman yang diberikan, Maudy adalah nama panggilan Lucy untuk gadis asal Kanada di depannya ini "pfftt" Chuuya menahan tawanya, kedua kaum hawa menoleh padanya dengan tatapan bingung "hahaha.....lucu sekali melihat dua Lucy yang saling tidak menyebut namanya sendiri" Chuuya terucap sambil tertawa menghiasi bibirnya "tempat ini tak berubah ya, sama dengan tinggi badannya Chuuya, bahkan kurasa Atsushi sudah lebih tinggi dari terakhir kali aku disini" ucap Lucy mencibir Chuuya yang mengalihkan wajahnya "ya...sepertinya begitu, aku juga tak tahu mengapa si topi gravitasi ini masih tetap saja pendek, mungkin tertarik oleh kekuatan gravitasinya" perempuan yang satunya juga ikut mengejek sang empu kekuatan gravitasi "yasudah, aku mau ke kantor dulu yaa" pamit Lucy.
Baru saja kaki kanannya ingin memijak lantai lift, sesuatu menarik pelan di belakangnya "a-aku ikut" suara Chuuya memelan, ia menundukkan kepalanya "haha ayo" Lucy langsung menggenggam tangan Chuuya, mengajaknya masuk.
"Aku minta maaf, tadi hanya bercanda" ucapan Lucy memecah keheningan, ia paham mengapa Chuuya menundukkan kepalanya "a-aku juga mi-minta maaf, aku-" belum sempat ucapannya terselesaikan suara dentingan terdengar, pintu lift terbuka "aku tahu" wanita itu mengeratkan genggamannya, menarik si surai orange keluar.
Pintu kantor terbuka, semua orang di ruangan itu menoleh. "Ryoku-cha~n" Kenji yang berdiri di depan meja Ranpo langsung memeluk Lucy erat-erat "Oi baka! Kau bisa membunuhnya jika kau memeluknya seperti itu" omel Chuuya melihat Lucy nyaris tak bernapas, "hehe, gomen, gomen" balas Kenji "kau masih saja memanggilku Ryoku, sama seperti Atsushi" Lucy mengusak rambut Kenji yang lebih pendek darinya "karena aku tak biasa memanggilmu Lucy, aku lebih nyaman memanggilmu Ryoku" jawab Kenji "ya sudahlah" Lucy kembali mengusak Surai kuning di depannya. Kebetulan sekali ada Fukuzawa di dalam. "Kau kembali lagi?" Nadanya sangat tak enak di dengar "kau tak suka aku kembali? Aku rindu kalian lho, kau mengusirku, Fukuzawa-san?" Balas Lucy dengan nada yang dibuat merajuk "tidak, bukan itu maksudku, hanya saja kukira kau tak kembali lagi" pria baruh baya itu menerima beberapa lembar kertas laporan yang diberikan Kunikida "bahkan kantornya tak berubah juga ya" manik birunya menatap sekitar "yaa...begitulah" sebuah suara menginterupsi "kau juga masih sama Yosano-san" ucap Lucy "oh ya, mina-san, kalian tak sedang sibuk kan? Bagaimana kalau kita bersantai di sebuah kafe? Lagi pula sebentar lagi waktunya istirahat" tawar Lucy "boleh kan Fukuzawa-san?" Tanyanya meminta izin "terserah kau saja" gadis berambut gelombang tersebut langsung menarik pria berkimono di sampingnya "kalau begitu anda juga ikut" langsung keluar ruangan diikuti semua orang di sana.
Para anggota detektif bersenjata tersebut duduk di santai di sebuah kafe pinggir jalan kota Yokohama. Dan juga salah satu anggota port mafia yang bersama mereka. Dazai tidak ikut, dia pergi.
Setumpuk makanan dari berbagai macam tersedia di meja kayu tersebut, siap disantap. Sebenarnya, kafe itu tak ada pelanggan lain selain mereka tapi rasanya ramai sekali, mungkin karena kegaduhan yang dibuat di meja nomor 27 itu. Entah ada yang berebut makanan, ada yang tidak ingin memberikan makanannya, ada yang menggoda kakaknya, ada yang saling mengancam, ada yang sedang menulis resep, ada juga yang tetap stay cool, dan masih banyak lagi.
"Ne, ne, Ryoku-san, apa kau tahu tentang organisasi yang akhir-akhir ini sering menyerang Yokohama?" Atsushi menginterupsi, Lucy yang baru saja menyuap es krim bubble gum nya menoleh, "iya katanya, mereka membantai hanya untuk bersenang-senang, dan bos mereka dapat meniru kekuatan yang di sentuhnya" Kenji tiba-tiba ikut dalam percakapan "lalu, bagaimana? Kalian sudah menangkapnya?" Lucy mulai terbawa percakapan, ingin tahu "sudahlah, tak perlu membahas hal-hal seperti itu" Ranpo menengahi.
BRAKK!
Tiba-tiba saja sesuatu jatuh di atas meja mereka, membuat mejanya hancur, serta makanannya yang entah bagaimana kabarnya. "A-Akutagawa?" Chuuya langsung berdiri dari duduknya mengenali benda yang baru saja jatuh seperti meteor, Akutagawa berdiri, mencoba berjalan walaupun oleng, "oi Akutagawa, tunggu aku" Chuuya berlari menghampiri lelaki bersurai hitam tadi "sebaiknya kita ikut" Fukuzawa berdiri memberi instruksi, semua orang disana mengikuti, tak terkecuali.
Keadaan di luar benar-benar kacau, jalan yang sudah tak terbentuk, beberapa bangunan yang runtuh, dan sebagainya, lagipula mengapa harus di tengah jalan sih, mengapa tidak di tempat luas yang tidak ada bangunan di sekitarnya.
Chuuya memapah Akutagawa menuju Higuchi yang sedang sibuk menembaki para musuh "Akutagawa senpai" ucap Higuchi "sial, pelurunya habis" gumam wanita rambut pirang kuncir kuda itu, ia berbalik, menekuk lututnya, mengambil sesuatu dari tas kecil di balik bajunya, memasukkannya ke dalam pistol tadi "jelaskan" Chuuya memerintah "tadi bos sedang jalan-jalan bersama Alice, entah bagaimana kami mendapat telepon, orang yang menghubungi berkata 'kalau kalian ingin pemimpin kalian kembali kita bertemu di jalan dekat kantor detektif bersenjata' begitu katanya, oleh karena itu, kita semua datang kemari menghadapi mereka The Masks " jelas Higuchi lalu kembali menembak "hoo~ jadi begitu ya, berarti Mori-san tertangkap dong" Lucy yang tiba-tiba muncul mengagetkan Chuuya, Akutagawa, bahkan Higuchi yang sedang menembak ikut kaget "The Masks ya? Yaah..... Mereka juga menggunakan topeng sih" ucap wanita berkebangsaan Inggris itu, berjalan menuju para musuh.
Salah satu pria bertopeng menyentuh bahunya, berniat menghentikan dirinya yang sedang berjalan menuju pemimpin port mafia. "Jangan sentuh bajuku dengan tangan kotor mu itu, teme" raut wajah yang tadinya senang berubah menjadi menyeramkan, langsung tangan itu dicengkeramnya, diputar, lalu tangan satunya ia gunakan untuk menyikut tangan tadi sampai patah "Menyingkir" wanita berambut sepinggang itu menendang tubuh korbannya yang menurutnya menghalangi jalannya "Ivy" ia memanggil seekor rubah berwarna hijau putih dengan gulungan di punggungnya.
"Ya, master?" Makhluk hijau itu melayang mengitari Lucy yang masih berjalan, lancar sekali, karena ia dibantu oleh Higuchi yang menembaki penghalang jalan dari belakang "aku butuh senjata" tangannya terulur untuk mengambil gulungan itu membukanya di udara, mengucapkan beberapa kata, dan keluarlah sebilah katana hitam miliknya.
"Higuchi, cukup, Sekarang biarkan aku yang beraksi" ucapnya wanita rambut pirang tadi berhenti membantunya menembak musuh yang lain digunakannya katana itu menebas semua musuh yang menghadapnya, tubuhnya terciprat banyak cairan merah, tapi ia tak peduli, tetap melakukan tugasnya yang menurutnya adalah sebuah permainan.
Saat melihat ke langit, onyx matanya melihat sesuatu yang dikenalnya, berdiri di atas sebuah gedung yang tinggi "sialan" bilah bibirnya tergerak untuk mengatakan serapah itu. Sayap hitam keluar dari punggungnya, bersiap untuk dikepakkan. Tekanan angin yang amat kuat mampu membuat manusia bertopeng yang mendekat terhempas.
Benda yang di atas gedung tadi mulai menjatuhkan diri, ditambahkannya kecepatan, membelah udara agar dapat menggapai benda tadi sebelum mengenai tanah.
"Kau sialan" adalah kalimat pertama yang keluar dari ranum pucat itu "bukannya membantu malah melakukan bunuh diri" kesalnya tanpa menatap makhluk yang sedang dalam gendongan ini "daripada kau, suka membunuh orang, lebih baik aku bunuh diri" si Surai coklat menjawab, ekor matanya menatap ke arah lain "kau mau kubunuh saja tidak?" Yang menggendong kesal, menatap nyalang ke orang yang berada di bawahnya "aku maunya bunuh diri dengan wanita cantik, bukan dibunuh oleh wanita cantik" balasnya, merasa kesal Lucy langsung saja melempar Dazai ke arah Chuuya, hingga meniban si Surai bertopi.
Tanpa Lucy sadari, pemimpin dari organisasi bertopeng itu menarik sudut bibirnya, membuat sebuah seringaian "kekuatan yang menarik" gumamnya dari balik benda yang menutupi wajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Fortsetzung folgt
Lama banget bikin chapter ini gak tau kenapa lagi males, banyak tugas yang belum dikumpulin juga.
Yahh...Jan lupa tinggalkan jejak ye
Wir sehen uns wieder~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro